Temukan Tuhan di Internet!
Sejak
pertama kali dikembangkan tahun 1969 di Universitas California- Los Angeles,
kemajuan teknologi internet melesat sangat dramatis. Pengguna internet pun
melonjak luar biasa. Dari data di www.internetworldstat.com yang dirilis tanggal 18 November
2007, disebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia ada sekitar 20.000.000
orang, dan ini berarti naik sekitar 900% dari jumlah pemakai internet
pada tahun 2000.
Bisa
dipastikan pula bahwa sebagian besar komunitas pasturan, susteran, dan bruderan
adalah bagian dari 20 juta pemakai itu. Begitu mudahnya sekarang ini
kita berlangganan internet, serta menjadikannya sebagai bagian dari sarana
karya dan aktivitas harian. Entah disadar atau tidak, saat berkawan
dengan internet, kita masuk dalam dunia baru, budaya internet dan cyber media.
Apa pengaruhnya budaya itu bagi kita?
Budaya
internet dan Cyber media
Dengan
empat sifat khasnya yaitu fun (menyenangkan), dynamic and fast
moving (mudah berubah), serta interconnectedness (saling
tersambung), internet berkarakter kuat untuk membius para pemakainya. Teknologi
ini selalu menawarkan aktivitas yang menyenangkan sehingga membuat orang lupa
waktu. Kita juga tak akan pernah bosan di depan layar computer, karena ia terus
berubah setiap waktu. Lebih lagi, Internet membawa kita mengarungi waktu dan
tempat tanpa batas. Betapa mudahnya kita mengirim email dari Indonesia ke
USA dalam hitungan detik. Dan karena internetlah, kita terseret dalam sebuah
jaringan besar di seluruh dunia, terhubungkan dengan banyak orang tanpa sekat.
Cyber media pun makin
diminati banyak orang. Bahkan Bill Gates, pemilik Microsoft, memprediksi bahwa
pada tahun 2018 koran dan majalah cetak akan ditinggalkan peminatnya, orang
berpindah ke cyber media, membaca koran, dan berita cukup di internet. Budaya
baru ini lebih dinamis, banyak animasi, dan berbeda jauh dengan budaya
tulis/buku yang cenderung stabil, tak mudah berubah, serta membosankan.
Internet
juga menawarkan sebuah relasi baru yang melampaui batas dan dasar hidup
komunitas biara. Kekuatan sebuah komunitas religious dibangun berdasar semangat
pendiri, sejarah dan budaya yang dihidupi bersama oleh anggotanya. Proses
formasi tiap anggota yang relatif sama, serta pengenalan tiap
pribadinya makin menyuburkan hidup sebuah komunitas religius.
Namun
semua kriteria itu tak berbicara saat orang memasuki dunia internet.
Dengan mudahnya orang bergabung dalam kelompok tertentu, tanpa perlu tahu
sejarah, budaya, atau mengenal siapa anggotanya. Bahkan dia dapat sangat
anonim, tak dikenal dan menyamarkan identitasnya, di dalam komunitas internet
yang dimasukinya.
Oleh
karenanya, anonim dan individualis juga menjadi ciri khas dari aktivitas di
internet. Seorang suster atau romo bisa duduk berjam-jam seorang diri di kamar,
surfing di internet, berinteraksi dalam dunia maya, dan mengurangi aktivitas
bersama di dalam rumahnya. Anggota sekomunitas pun tak akan tahu situs
apa yang dikunjunginya, entah situs suci dari vatikan, atau situs khusus orang
dewasa yang sungguh menggoda.
Singkatnya,
melihat berbagai kemungkinan dampak negatifnya, seorang pengguna internet perlu
berdiskresi sungguh: apa tujuannya memakai internet, berapa lama pemakaiannya,
serta mampu memilah website apa yang layak dikunjungi atau disingkiri.
Kesadaran akan semua ini akan membantunya juga untuk bisa menyeimbangkan
aktivitas pribadi dengan komunitasnya. Terlebih lagi, orang perlu
sadar bahwa kita ada tuan dari sarana itu, dan tidak membuat diri diperbudak
dan menjadi adiktif, tak bisa lepas dari internet.
Jendela
Komunikasi dan Pewartaan
Tak
bisa dibantah bahwa internet adalah sarana komunikasi yang amat ampuh. Ia
membuat dunia ini seakan-akan begitu kecil, sehingga semua peristiwa yang ada
di daratan manapun bisa kita ketahui pada saat yang bersamaan.
Dalam
pengalaman saya pribadi, teknologi ini turut menyuburkan pula jalin
persaudaraan antar imam di keuskupan Purwokerto. Minimal ada 3 mailing list
(serayu, unio, balita) yang menjadi wadah refleksi, dan bertukar pikiran antar
uskup, imam , dan umat yang menjadi pemerhati keuskupan ini. Terlebih lagi,
jaringan ini melancarkan komunikasi uskup dengan para imamnya. Keprihatinan dan
pemikiran bapak uskup bisa segera tersampaikan dan mendapat tanggapan pula dari
para imamnya.
Komunitas
imam muda yang tergabung dalam milist balita, menuai banyak manfaat
untuk on going formation dari hasil diskusi dan tular pengalaman
pastoral rekan sebaya. Dalam wadah ini pula, para pendamping imam balita
juga terlibat untuk mengkritisi dan berbagi pengalaman hidup sebagai imam
senior. Dengan demikian, semua anggota mendapatkan sumber inspirasi yang
berlimpah untuk pengolahan hidup imamat lewat dunia internet.
Pewartaan
Iman Kristiani pun sangat efektif tersebar lewat internet. Salah satu contohnya
adalah web site milik The Maryknoll (www.maryknoll.org), sebuah kelompok imam dan suster di
USA yang mengembangkan website sejak tahun 2002. Kini ada sekitar 55.000
pengunjung tiap bulannya yang tertarik membaca kisah misionaris, serta
bergabung dengan karya para suster itu. Website ini pun mengirimkan berita
bulanan online pada kerabat kerja Maryknool untuk menjaga kelestarian
relasi dengan para donatur dan volunter.
Website
Maryknool itu memotret sebuah peluang yang amat besar bagi pewartaan karya dan
kehidupan hidup religious lewat internet. Ketika karya pastoral kita: sekolah,
rumah sakit, panti asuhan, dan karya sosial lainnya, tersebar lewat internet,
akan besar kemungkinannya orang makin mengenal dan terlibat dalam karya kita.
Terlebih, Website itu bisa menjadi sarana bagi promosi panggilan hidup
religius.
Sumber
Pembelajaran Online
Begitu
banyak sumber pembelajaran yang dapat ditemukan di internet untuk membantu
karya perutusan kita. www.homilies.com adalah sumber
inspirasi yang baik untuk persiapan kotbah bagi para imam. Web ini menyediakan
bacaan mingguan dan harian, serta renungan berdasar kalender liturgi Katolik. www.vatican.va adalah web dari
vatikan yang menyediakan banyak berita terbaru seputar Gereja Katolik, documen
Gereja, serta informasi tentang kegiatan dan surat pastoral Bapa suci.
www.catholicFind.com adalah mesin pencari semacam google,
tapi khusus untuk menemukan sumber-sumber dokumen dan ajaran Gereja. www.Catholic.org yang dikelola
komunitas Katolik USA menyediakan kekayaan biografi dari santo-santa,
penjelasan tentang sakramen Gereja, dan berbagai aspek lain dari iman Katolik.
Jika
kita ingin serius belajar teologi, www.ntgateway.com adalah sumber terpecaya untuk belajar
Kitab suci. Web ini dikembangkan secara baik oleh para ahli kitab suci sehingga
selalu memberi data yang terbaru dan bisa dipertanggungjawabkan. www.religion-online.org menyuplai
lebih dari 6000 artikel dari hampir semua aspek pembelajaran teologi dan
pastoral. Bahkan kita bisa download ebook gratis dari web ini.
Belajar
matematika, atau bahasa asing, seperti English, Mandarin, Prancis, secara
gratis juga bisa didapatkan di internet. Kita dapat menemukannya di mesin
pencari, seperti google, dan mengetik: "learning English for free",
maka akan muncul ribuan web yang baik untuk belajar bahasa asing secara gratis.
Melihat
begitu besarnya peran internet dalam hidup manusia modern, pada tahun
2005 Paus Johanes Paulus II menuliskan surat apostoliknya tentang teknologi
ini: "Sekarang ini internet tidak hanya menyediakan sumber informasi,
tapi juga membiasakan orang untuk berkomunikasi secara aktif." Di
akhir suratnya, Paus juga mengingatkan:"Tanpa informasi yang tepat,
internet dapat memanipulasi dan tidak berfungsi untuk melayani….namun Janganlah
takut!"
Akhirnya,
Internet adalah sarana baru bagi kita demi mewartakan iman, dan membantu
sesama untuk menemukan Tuhan di dunia. Oleh karenanya, mari berselancar di
dunia maya!
Ditulis oleh Ant. Galih Arga
Imam Diosesan Keuskupan Purwokerto
Saat artikel ini ditulis
(3-12-2008), beliau adalah Mahasiswa di School of Theology and Ministry, Boston
College, USA
Post a Comment