Intisari Kristianitas Menurut St. Paulus
Tak ada tokoh Kristen lainnya yang lebih banyak menerangkan dan menyebarkan intisari warta iman Kristiani selain St. Paulus. Dengan kekayaan pengetahuan dan kegigihan semangat, ia berkarya tanpa kenal lelah untuk mewartakan Yesus Kristus pada semua bangsa, dan Gereja masa kini sungguh sangat layak berterima kasih pada rasul luar biasa ini.
Kis 8:1 memperkenalkan kita pada seorang bernama “Saulus,” sebagai salah seorang yang terlibat dalam merajam Stefanus, martir Kristen yang pertama. Ia dilahirkan dari orang tua Yahudi di Tarsus (bagian dari sebuah koloni Romawi), maka ia sekaligus adalah seorang Yahudi dan warga Negara Romawi. Ia belajar di Yerusalem pada Gamaliel, seorang Farisi terkenal yang juga menjadi anggota Mahkamah Agama Yahudi (Kis 5:34). Saul penuh dengan semangat religius bahwa Allah yang tunggal telah telah bangsa Yahudi dan mengadakan perjanjian dengan mereka dan bukan dengan bangsa lain. Semua bangsa lain dipandang sebagai “orang-orang kafir” atau “kaum sesat”, termasuk di antaranya adalah “orang-orang Kristen”. Untuk member pelajaran pada para penghujat ini, ia “berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara” (Kis 8:3; 9:1). Ia juga mendapatkan surat kuasa dari imam agung untuk untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik agar ia mendapat izin untuk menangkapi orang-orang Kristen dan membawa mereka kembali ke Yerusalem dengan terikat rantai.
Namun dalam perjalanan menuju Damsyik itu, kehidupan Saulus berbalik 180 derajat ! Suatu kilatan cahaya surgawi menyilaukannya dan menghempaskannnya ke tanah; ia berteriak : “Siapa Engkau, Tuhan ?” Jawabannya adalah : “Akulah Yesus yang kauaniaya itu” (Kis 9:4-6). Dalam jawaban itu, Saulus menerima pemahaman khusus yang ditandainya bagi kehidupan – bahwa Gereja yang dianiayanya senyatanya adalah TUBUH KRISTUS, yang bersatu dan tak terpisahkan dari Yesus.
Pengalaman “Yesus tak terpisahkan dari Gereja” ini menjadi dasar bagi semua ajaran agung St. Paulus (Paulus adalah nama Yunani dari Saulus). Maka kemudian, apa pun permasalahan-permasalahan konkret yang dibicarakannya dalam surat-suratnya, ia selalu mengawali sapaannya bagi kebaikan Tubuh Kristus : “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya” (1 Kor 12:27); “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat” (Kol 1:18); “Dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala” (Ef 4:15); dll.
Paulus memahami, dan tanpa kenal lelah mengajarkan, bahwa kesatuan dalam Gereja merupakan suatu kebutuhan mutlak bila Tubuh Kristus ingin mewujudnyatakan identitas sejatinya; dan kesatuan macam itu akan menjadi mungkin bila rahmat KERENDAHAN HATI dihidupi dalam hidup harian semua anggota Tubuh Kristus. Dengan demikian, tulisnya “dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Flp 2:3). Lebih lanjut, ia menggambarkan YEsus sebagai Model kerendahan hati : “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib…” (Flp 2:5-11).
Surat-surat Paulus mutlak diperlukan oleh semua orang Kristen. Di dalamnya, ia mengajarkan pada orang Kristen apa yang membuat hidup dan ajaran Yesus Kristus menjadi KABAR BAIK bagi semua manusia ! Marilah mencermati tiga tema yang lebih penting.
1. KESELAMATAN KARENA IMAN : Jemaat Kristiani yang didirikan Paulus terutama terdiri dari orang-orang bukan Yahudi (“Yunani/Kafir”) yang percaya pada Injil yang diwartakannya. Namun kemudian, setelah Paulus pergi untuk berkunjung ke tempat-tempat lain, datanglah para guru palsu dan mulai menyelewengkan Injil, dengan bersikeras bahwa orang-orang Kristen masih tetap harus disunat supaya diselamatkan! Dengan berang, Paulus menanggapi ajaran palsu “orang-orang yang ingin bertahan dalam Yudaisme” dan menekankan inti warta Kristiani, yaitu bahwa orang-orang beriman dibenarkan karena iman akan karya Allah bagi kita, dan bukannya karena karya kita bagi Allah : “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus … Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa … karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya” (Rom 3:23-24; 5:8 dst).
Pada Jemaat Kristen Perdana di Galatia, yang lebih terpengaruh oleh ajaran palsu ini, Paulus menulis dengan sangat emosional : “Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? ... Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” (Gal 3:1.3). Berdasarkan ajaran Paulus yang tegas semacam ini, Gereja selalu mewartakan bahwa KESELAMATAN ADALAH SUATU PEMBERIAN KARENA RAHMAT, diterima melalui IMAN akan wafat dan kebangkitan Yesus Kristus, dan diungkapkan dalam PERBUATAN-PERBUATAN BAIK kita atau suatu pemberian diri (Ef 2:8-10; Rom 3:26; dll).
2. TEMPAT UTAMA SALIB : Jemaat Kristen di Korintus sungguh diberkati dengan berbagai karunia spiritual, maka dengan demikian dicobai untuk menyangkal salib Kristus dan hanya menerima kegembiraan karena kemenangan jaya dalam Kebangkitan. Paulus secara teratur menegaskan tempat utama salin bagi kehidupan orang Kristen :
“Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.” (1Kor 1:22-24); “Ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu.” (1Kor 2:1); “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.” (Gal 2:20-21); “Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (Gal 6:14).
Paulus menegaskan bahwa karena persatuan para murid dengan Yesus, penderitaan sungguh diperlukan dan sekaligus penuh makna bagi kehidupan orang Kristen : “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” (Kol 1:24-27). Setiap orang Kristen, sebagai “sesama ahli waris dengan Yesus” (Rom 8:17), diundang dan diteguhkan oleh Roh untuk memenuhi “kuota” penderitaannya dalam kehidupan ini.
3. KEHIDUPAN BARU DALAM ROH : orang-orang Kristen menerima kehidupan baru dalam Roh. “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, …” (Rom 8:15-17; lihat juga Gal 4:4-7).
Dengan demikian, orang-orang Kristen dikaruniai suatu kebebasan spiritual yang baru. Namun kebebasan tidak berarti lisensi (surat izin) : “Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (= disiplin diri)” (2 Tim 1:7). Kebebasan orang-orang Kristen bukanlah melakukan segala hal yang diinginkan seseorang namun menghidupi suatu kehidupan penuh ketaatan pada Roh Kudus : “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” (Gal 5:13).
Kehidupan baru, atau kehidupan dalam Roh, berarti mengubah sikap perilaku orang Kristen sehinga ia menjadi terbiasa mewujudkan buah Roh Kudus, dan melawan dengan gagah berani keinginan-keinginan kedagingan (Gal 5:19-23; rom 13:12 dst). Anugerah Roh kudus ini mempunyai ciri khas “persahabatan,” memampukan orang-orang Kristen untuk menghidupi kehidupan berkomunats, di mana mereka melayani satu sama lain dalam kasih (Kol 3:12-14). Demi tercapainya kebaikan bersama (bonum commune), maka Roh Kudus melimpahkan bermacam-macam kharisma (1Kor 12-14; Rom 12). Kehidupan dalam Roh ini harus memelihara kekudusan orang-orang Kristen dan mempersiapkan mereka untuk menyambut kedatangan Kristus yang kedua : “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (1Tes 5:23-24).
Sebagai kesimpulan, marilah kita mengagumi karya agung Allah, yang tidak hanya membelah Laut Merah namun juga menyempurnakan pertobatan radikal Saulus, sang penganiaya Gereja, dan mengubahnya menjadi Paulus, rasul agung dan pemuja Yesus Kristus. Marilah kita juga menerima dengan iman baru “kepenuhan Injil” yang diwartakannya, dan mengorientasikan kembali kehidupan kristiani kita untuk mengemban kesaksian akan hal-hal yang senantiasa menjadi perhatiannya, yaitu keselamatan kareana iman, tempat utama salib, dan kehidupan dalam Roh. Semuanya itu dalam konteks keanggotaan akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik, yaitu Tubuh yang tak kan terpisahkan dari Kristus, Tuhan kita yang bangkit mulia !
Apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."
Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Rom 8:31-39
Post a Comment