Perayaan Misteri Kristen
PENDAHULUAN
Mengapa Liturgi ?
1066 Dalam syahadat
iman Gereja mengakui misteri Tritunggal Mahakudus dan "keputusan-Nya yang
berbelas kasih" untuk seluruh ciptaan: Bapa menyelesaikan "rahasia
kesukaan Allah" (Ef 1:9), dengan menganugerahkan Putera-Nya yang kekasih
dan Roh Kudus demi keselamatan dunia dan demi kehormatan nama-Nya. Inilah
misteri Kristus Bdk. Ef 3:4.. Ini diwahyukan dalam sejarah dan dilaksanakan
menurut satu rencana, artinya menurut satu "tata" yang dipikirkan
secara bijaksana, yang oleh santo Paulus dinamakan "tata misteri" (Ef
3:9), oleh tradisi para Bapa "tata Sabda yang menjadi daging atau
"tata keselamatan".
1067 "Adapun
karya penebusan umat manusia dan pemuliaan Allah yang, sempurna itu telah
diawali dengan karya agung Allah di tengah umat Perjanjian Lama. Karya itu
diselesaikan oleh Kristus Tuhan, terutama dengan misteri Paska: sengsara-Nya
yang suci, kebangkitan-Nya dari alam maut, dan kenaikan-Nya dalam kemuliaan.
Dengan misteri itu Kristus 'menghancurkan maut kita dengan wafat Nya, dan
membangun kembali hidup kita dengan kebangkitan-Nya'. Sebab dari lambung
Kristus yang beradu di salib muncullah Sakramen seluruh Gereja yang
mengagumkan" (SC 5). Karena itu dalam liturgi, Gereja merayakan terutama
misteri Paska, yang olehnya Kristus menyelesaikan karya keselamatan kita.
1068 Di dalam
liturgi, Gereja mewartakan dan merayakan misteri ini, sehingga umat beriman
hidup darinya dan memberi kesaksian tentangnya di dalam dunia:
"Sebab melalui liturgilah, terutama dalam kurban
ilahi Ekaristi, 'terlaksana karya penebusan kita'. Liturgi merupakan upaya yang
sangat membantu kaum beriman untuk dengan penghayatan Gereja yang sejati"
(SC2).
Apa Arti Kata "Liturgi" ?
1069 Kata
"liturgi" pada mulanya berarti "karya publik",
"pelayanan dari rakyat dan untuk rakyat". Dalam tradisi Kristen, kata
itu berarti bahwa Umat Allah mengambil bagian dalam "karya Allah"
Bdk. Yoh 17:4.. Melalui liturgi, Kristus Penebus dan Imam Agung kita,
melanjutkan karya penebusan-Nya di dalam Gereja-Nya, bersama dia dan oleh dia.
1070 Dalam
Perjanjian Baru kata - liturgi - tidak hanya berarti "perayaan
ibadat" Bdk. Kis 13:2; Luk 1:23 Yn., tetapi juga pewartaan Injil Bdk. Rm
15: 16; Flp 2:14-17; 2:30. dan cinta kasih yang melayani. Bdk. Rm 15:27; 2 Kor
9:12; Flp 2:25. Segala hal itu menyangkut pelayanan kepada Allah dan manusia.
Dalam perayaan liturgi, Gereja adalah pelayan menurut teladan Tuhamya,
"pelayan" Bdk. Ibr 8:2.6 Yn. satu-satunya, karena dalam ibadat,
pewartaan, dan pelayanan cinta ia mengambil bagian pada martabat Kristus
sebagai imam, nabi, dan raja.
"Maka memang sewajarnya juga liturgi dipandang
bagaikan pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus; di situ pengudusan manusia
dilambangkan dengan tanda-tanda lahir serta dilaksanakan dengan cara yang khas
bagi masing-masing; di situ pula dilaksanakan ibadat umum yang seutuhnya oleh
Tubuh Mistik Yesus Kristus, yakni Kepala beserta para anggota-Nya. Oleh karena
itu setiap perayaan liturgis, sebagai karya Kristus Sang Imam serta Tubuh-Nya
yakni Gereja, merupakan kegiatan suci yang sangat istimewa. Tidak ada tindakan
Gereja lainnya yang menandingi daya dampaknya dengan dasar yang sama serta
dalam tingkatan yang sama" (SC 7).
Liturgi sebagai Sumber Kehidupan
1071 Sebagai karya
Kristus, liturgi itu juga tindakan Gereja-Nya. Liturgi melaksanakan dan
menyatakan Gereja sebagai tanda persekutuan antara Allah dan manusia melalui
Kristus. Ia mendorong umat beriman ke dalam persekutuan hidup baru. Ia
mengandaikan bahwa semua orang mengambil bagian dalam liturgi kudus dengan
"sadar, aktif, dan penuh makna" (SC 11). 1692
1072 "Liturgi
kudus tidak mencakup seluruh kegiatan Gereja" (SC 9); penginjilan, iman
dan pertobatan harus mendahuluinya; barulah ia dapat menghasilkan buahnya dalam
kehidupan umat beriman: kehidupan baru dalam Roh Kudus, keterlibatan yang aktif
dalam perutusan Gereja, dan pelayanan pada kesatuannya.
Doa dan Liturgi
1073 Liturgi adalah
juga keikut-sertaan dalam doa yang Kristus sampaikan kepada Bapa dalam Roh
Kudus. Di dalamnya segala doa Kristen menemukan sumber dan penyelesaiannya.
Oleh liturgi manusia batin akan berakar dalam "kasih yang besar",
yang dengannya Bapa telah mengasihi kita dalam Putera-Nya yang kekasih (Ef 2:4)
serta berdasar pada kasih itu Bdk. Ef 3:16-17.. "Perbuatan Allah yang
besar" ini dihidupkan dan diresapkan ke dalam batin, kalau orang
"setiap waktu" "berdoa di dalam Roh" (Ef 6:18). 2558
Katekese dan Liturgi
1074 "Liturgi
itu puncak yang dituju oleh kegiatan Gereja dan serta-merta sumber segala
daya-kekuatannya" (SC 10). Dengan demikian ia adalah tempat yang paling
istimewa untuk katekese Umat Allah. "Katekese mempunyai hubungan batin
dengan seluruh kegiatan liturgis dan sakramental; sebab dalam Sakramen-sakramen
dan terutama dalam Ekaristi, Yesus Kristus berkarya sepenuhnya untuk mengubah
manusia" (Yohanes Paulus II, CT 23).
1075 Katekese
liturgis bermaksud untuk mengantar orang ke dalam misteri Kristus (ia adalah
"mistagogi"), dengan melangkah dari yang tampak kepada yang tidak
tampak, dari tanda kepada yang ditandai, dari "sakramen-sakramen"
kepada "misteri". Untuk katekese ini perlu disiapkan katekismus lokal
dan regional Katekismus ini yang ingin melayani seluruh Gereja dalam
keanekaragaman ritus dan budaya Bdk. SC 3-4., akan mengemukakan apa yang
mendasar dan yang sama dalam seluruh Gereja: liturgi sebagai misteri dan
sebagai upacara (Seksi satu) dan sesudah itu tujuh Sakramen dan sakramentali
(Seksi dua).
SEKSI I
TATA KESELAMATAN SAKRAMENTAL
1076 Dengan
pencurahan Roh Kudus Gereja dinyatakan kepada dunia pada hari Pentekosta.
Pencurahan Roh Kudus menampilkan satu era baru dalam "penyampaian
misteri": era Gereja, di mana Kristus mengumumkan, menghadirkan dan
menyampaikan karya keselamatan-Nya melalui liturgi Gereja-Nya, "sampai Ia
datang" (1 Kor 11:26). Dalam era Gereja ini, Kristus hidup dan bertindak
dalam dan bersama (Gereja-Nya atas satu cara baru yang sesuai dengan zaman baru
ini. Ia bertindak melalui Sakramen-sakramen. Tradisi bersama dari Gereja Timur
dan Barat menamakan cara baru ini "tata sakramental". Tata ini
merupakan penyampaian buah-buah misteri Paska Kristus dalam perayaan liturgi
Gereja yang "sakramental".
Maka kita menjelaskan terlebih dahulu "pemberian
sakramental" (Bab 1) dan sesudah itu menampilkan dengan lebih jelas kodrat
dan ciri-ciri hakiki dari perayaan liturgi (Bab II).
BAB I
MISTERI PASKA DALAM ZAMAN GEREJA
ARTIKEL 1 * LITURGI - KARYA TRITUNGGAL MAHA KUDUS
I. * Bapa Adalah Asal dan Tujuan Liturgi
1077 "Terpujilah
Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan
kepada kita segala berkat rohani di dalam surga. Sebab di dalam Dia, Allah
telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tidak
bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh
Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,
supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada
kita di dalam Dia yang dikasih-Nya" (Ef 1:3-6). 492
1078 Memberkati
adalah satu tindakan ilahi, yang memberi hidup, dan asal mulanya adalah Bapa.
Berkat-Nya [bene-dictio, eu-logia] adalah serentak sabda dan anugerah. Kalau dihubungkan
dengan manusia, maka perkataan "berkat" itu berarti penyembahan dan
penyerahan diri kepada Pencipta dengan ucapan terima kasih. 2626, 2637-2638
1079 Sejak awal
mula sampai akhir zaman seluruh karya Allah adalah berkat. Mulai dari kidung
liturgi tentang penciptaan pertama sampai kepada lagu pujian di dalam Yerusalem
surgawi, para pengarang yang diilhami mewartakan rencana keselamatan sebagai
berkat ilahi yang tidak ada batasnya.
1080 Sejak awal,
Allah memberkati makhluk hidup, terutama pria dan wanita. Perjanjian dengan Nuh
dan dengan segala makhluk hidup membaharui berkat kesuburan ini kendati oleh
dosa manusia tanah "dikutuk". Tetapi sejak Abraham berkat ilahi
meresapi sejarah manusia yang berjalan menuju kematian, supaya mengarahkannya
kembali menuju kehidupan, menuju asalnya. Oleh ketaatan Abraham, bapa
"orang-orang yang percaya" yang menerima berkat itu, dimulailah
sejarah keselamatan.
1081 Berkat-berkat
ilahi tampak kelihatan dalam peristiwa-peristiwa yang mengagumkan dan yang
membawa keselamatan: dalam kelahiran Ishak, keluaran dari Mesir (Paska dan
Exodus), penyerahan tanah terjanji, pemilihan Daud, kehadiran Allah dalam
kenisah, pembuangan yang membersihkan dan kembalinya satu "sisa
kecil". Hukum, para nabi dan mazmur-mazmur yang meresapi liturgi umat
terpilih, mengingatkan berkat-berkat ilahi dan menjawabnya dalam pujian dan
terimakasih.
1082 Dalam liturgi
Gereja, berkat Allah dinyatakan dan dibagikan secara sempurna: Bapa diakui dan
disembah sebagai asal dan tujuan segala berkat dalam tata ciptaan dan tata
keselamatan; dalam Sabda-Nya yang menjadi manusia, yang mati untuk kita dan
bangkit lagi Ia menyelubungi kita dengan berkat-berkat-Nya. Melalui Sabda-Nya
Ia meletakkan di dalam hati kita anugerah di atas segala anugerah, yakni Roh Kudus.
1083 Oleh sebab
itu, kita dapat mengerti dimensi ganda liturgi Kristen sebagai jawaban iman dan
cinta atas berkat-berkat rohani, yang Bapa hadiahkan kepada kita. Disatukan
dengan Tuhannya dan "dipenuhi oleh Roh Kudus" (Luk 10:21 ), Gereja
itu di satu pihak berterima kasih kepada Bapa "karena karunia-Nya yang tak
terkatakan itu" (2 Kor 9:15) dalam sembah sujud, pujian dan syukur. Di
lain pihak sampai kepada kepenuhan rencana keselamatan Allah, Gereja tidak
henti-hentinya mempersembahkan kepada Bapa "persembahan
anugerah-anugerah-Nya" dan mohon kepada-Nya, supaya mengutus Roh Kudus ke
atas kurban, Gereja, umat beriman, dan ke atas seluruh dunia, supaya melalui
persekutuan dengan kematian dan kebangkitan Kristus, Imam Agung, dan melalui
kekuasaan Roh, berkat-berkat ilahi ini menghasilkan buah yang hidup, supaya
"terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia" (Ef 1:6).
II. * Karya Kristus dalam Liturgi
Kristus yang Dimuliakan ...
1084 Kristus, yang
duduk di sebelah kanan Bapa dan yang mencurahkan Roh Kudus di dalam Tubuh-Nya,
Gereja, kini bertindak melalui Sakramen-sakramen, yang Ia tetapkan untuk
membagi-bagikan rahmat-Nya. Sakramen-sakramen adalah tanda-tanda (kata-kata dan
tindakan) yang dapat ditangkap oleh panca indera, yang terjangkau untuk kodrat
manusia. Berkat karya Kristus dan kuasa Roh Kudus, mereka menghasilkan rahmat
yang mereka tandakan.
1085 Di dalam
liturgi Gereja, Kristus menyatakan dan melaksanakan misteri Paska-Nya. Selama
hidup-Nya di dunia Yesus menyatakan dalam ajaran-Nya misteri Paska dan
mengantisipasinya dalam tindakan-Nya. Dan setelah saat-Nya tiba Bdk. Yoh 13:1;
17:1., ia mengalami peristiwa sejarah satu-satunya yang tidak akan hilang:
Yesus wafat "satu kali dan untuk selama-lamanya" (Rm 6:10; Ibr 7:27;
9:12), dimakamkan, dibangkitkan dari antara orang mati, dan duduk di sebelah
kanan Bapa. Peristiwa yang sungguh terjadi dalam sejarah kita ini, bersifat
unik: semua peristiwa yang lain terjadi satu kali, lantas berlalu, terbenam
dalam masa lampau. Sebaliknya misteri Paska Kristus tidak dapat tinggal dalam
masa lampau, karena oleh kematian-Nya Ia mengalahkan maut. Segala sesuatu yang
ada pada Kristus dan segala sesuatu yang Ia lakukan dan derita untuk semua
manusia, mengambil bagian dalam keabadian Allah, dengan demikian mengatasi segala
zaman dan hadir di dalamnya. Peristiwa salib dan kebangkitan adalah sesuatu
yang tetap dan menarik segala sesuatu menuju kehidupan.
... sejak Masa Gereja Para Rasul...
1086 "Seperti
Kristus diutus oleh Bapa, begitu pula Ia mengutus para Rasul yang dipenuhi Roh
Kudus. Mereka itu diutus bukan hanya untuk mewartakan Injil kepada semua
makhluk, dan memberitakan bahwa Putera Allah dengan wafat dan kebangkitan-Nya
telah membebaskan kita dari kuasa setan dan maut, dan telah memindahkan kita ke
Kerajaan Bapa; melainkan juga untuk mewujudkan karya keselamatan yang mereka
wartakan itu melalui kurban dan Sakramen-sakramen, sebagai pusat seluruh hidup
liturgis" (SC 6).
1087 Ketika Kristus
yang bangkit memberikan Roh Kudus kepada para Rasul, Ia mempercayakan wewenang
pengudusan-Nya kepada mereka Bdk. Yoh 20:21-23.: para Rasul menjadi tanda
sakramental Kristus. Berkat kekuatan Roh Kudus yang sama, mereka menyerahkan
wewenang pengudusan itu kepada pengganti-penggantinya. "Suksesi
apostolik" ini membentuk seluruh kehidupan liturgi Gereja. Suksesi itu
bersifat sakramental dan dilanjutkan melalui Sakramen Tahbisan.
... Hadir dalam Liturgi Duniawi...
1088 "Untuk
melaksanakan karya sebesar itu, Kristus selalu mendampingi Gereja-Nya, terutama
dalam kegiatan-kegiatan liturgis. Ia hadir dalam kurban misa, baik dalam
pribadi pelayan, 'karena yang sekarang mempersembahkan diri melalui pelayanan
imam sama saja dengan Dia yang ketika itu mengurbankan Diri di kayu salib',
maupun terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Dengan kekuatan-Nya Ia hadir dalam
Sakramen-Sakramen sekian rupa, sehingga bila ada orang yang membaptis, Kristus
sendirilah yang membaptis. Ia hadir dalam Sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda
bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja. Akhirnya Ia hadir, sementara Gereja
memohon dan bermazmur, karena Ia sendiri berjanji: 'bila dua atau tiga orang
berkumpul dalam nama-Ku, di situlah Aku berada di antara mereka' (Mt
18:20)" (SC 7).
1089 "Memang
sungguh, dalam karya seagung itu, saat Allah dimuliakan secara sempurna dan manusia
dikuduskan, Kristus selalu menggabungkan Gereja, mempelai-Nya yang amat
terkasih, dengan diri-Nya, Gereja yang berseru kepada Tuhannya dan melalui Dia
berbakti kepada Bapa yang kekal" (SC 7).
... yang Mengambil Bagian dalam Liturgi Surgawi
1090 "Dalam
liturgi di dunia ini kita ikut mencicipi liturgi surgawi, yang dirayakan di
kota suci Yerusalem, tujuan penziarahan kita. Di sana Kristus duduk di sisi
kanan Allah, sebagai Pelayan tempat suci dan kemah yang sejati. Bersama dengan
segenap bala tentara surgawi kita melambungkan kidung kemuliaan kepada Tuhan.
Sementara menghormati dan mengenangkan para kudus, kita berharap akan ikut
serta dalam persekutuan dengan mereka. Kita mendambakan Tuhan kita Yesus
Kristus, Penyelamat kita, sampai Ia sendiri, hidup kita, akan tampak, dan kita
akan tampak bersama dengan-Nya dalam kemuliaan" (SC 8) Bdk. LG 50..
III. * Roh Kudus dan Gereja di Dalam Liturgi
1091 Di dalam
liturgi, Roh Kudus membentuk iman Umat Allah dan melaksanakan "karya-karya
agung Allah", Sakramen-sakramen Perjanjian Baru. Kerinduan dan karya Roh
di dalam hati Gereja ialah agar kita hidup dari kehidupan Kristus yang bangkit.
Kalau Ia menemukan di dalam kita jawaban beriman yang digerakkan oleh-Nya,
tibalah saatnya untuk kerja sama yang sebenarnya: liturgi menjadi karya bersama
dari Roh Kudus dan Gereja.
1092 Dalam
membagi-bagikan misteri Kristus secara sakramental, Roh Kudus bertindak dengan
cara yang sama seperti dalam masa-masa tata keselamatan yang lain: Ia
mempersiapkan Gereja untuk pertemuan dengan Tuhan; Ia mengingatkan dan membuat
Kristus tampak bagi iman umat; Ia menghadirkan dan mewujudkan misteri Kristus
oleh kekuatan-Nya yang mengubah. Sebagai Roh persekutuan, Ia menyatukan Gereja
dengan kehidupan dan perutusan Kristus.
Roh Kudus Mempersiapkan Orang untuk Menerima Kristus
1093 Roh Kudus
menyelesaikan di dalam tata sakramental apa yang dipralukiskan dalam Perjanjian
Lama. Karena Gereja Kristus sudah "dipersiapkan atas cara yang mengagumkan
dalam Perjanjian Lama" (LG 2), liturgi Gereja mempertahankan unsur-unsur
ibadah Perjanjian Lama sebagai satu bagian hakiki yang tidak dapat diganti dan
menerimanya:
pertama-tama pembacaan Perjanjian Lama;
doa
mazmur;
dan
terutama kenangan akan peristiwa-peristiwa yang membawa keselamatan, dan
kenyataan-kenyataan yang telah terpenuhi di dalam misteri Kristus (janji dan
perjanjian, eksodus dan paska, kerajaan dan kenisah, pembuangan &
kedatangan kembali).
1094 Atas dasar
kesaksian dari kedua Perjanjian itu Bdk. DV 14-16., disusunlah katekese Paska
Tuhan Bdk. Luk 24:13-49. lalu katekese para Rasul dan bapa-bapa Gereja.
Katekese ini menyingkapkan apa yang tersembunyi dalam huruf-huruf Perjanjian
Lama: misteri Kristus. Katekese itu dinamakan "katekese tipologis"
karena ia menyingkapkan hal-hal baru yang dibawa oleh Kristus berdasarkan
"rupa-rupa" [tipe] yang menyatakan Dia dalam kejadian-kejadian, dalam
kata-kata dan lambang-lambang Perjanjian Lama. Kalau orang melihatnya secara
baru dalam Roh kebenaran dari pihak Kristus, di-nyatakanlah "pralambang-pralambang"
ini Bdk. 2Kor 3:14-16.. Air bah dan bahtera Nuh menandakan lebih dahulu
keselamatan oleh Pembaptisan Bdk. 1 Ptr 3:21., yang sama itu juga awan dan
penyeberangan melalui Laut Merah. Air dari batu wadas adalah pralambang dari
anugerah-anugerah rohani Kristus Bdk. 1 Kor 10:1-6.; manna di padang gurun
menunjuk kepada Ekaristi, "roti yang benar dari surga" (Yoh 6:32).
1095 Karena itu
Gereja - khususnya pada masa Adven, Prapaska dan terutama pada Malam Paska -
membaca dan menghayati lagi peristiwa-peristiwa sejarah keselamatan itu dalam
liturginya "pada hari ini". Tetapi ini pun menuntut bahwa katekese
membantu umat beriman untuk membuka dirinya terhadap pengertian spiritual dari
tata keselamatan ini sebagaimana liturgi Gereja menyingkapkannya dan
menyanggupkan kita untuk mengalaminya.
1096 Liturgi Yahudi
dan Kristen. Pengetahuan yang lebih baik mengenai iman dan kehidupan rohani
bangsa Yahudi, seperti yang masih diakui dan dihayati dewasa ini, dapat
membantu untuk mengerti lebih baik aspek-aspek tertentu dari liturgi Kristen.
Untuk orang-orang Yahudi dan Kristen, Kitab Suci merupakan bagian hakiki dari
liturginya: untuk pewartaan Sabda Allah, untuk jawaban atas sabda ini, untuk
doa pujian dan doa bagi orang hidup dan mati serta untuk doa memohon belas
kasihan ilahi. Ibadat Sabda dengan bentuknya yang khas mempunyai sumbernya
dalam agama Yahudi. Ibadat Harian dan teks serta rumusan liturgi yang lain
mempunyai padanannya dalam agama Yahudi; demikian pula rumusan-rumusan doa-doa
yang paling kita junjung tinggi seperti umpamanya Bapa Kami. Juga doa syukur
agung mengikuti contoh-contoh dari tradisi Yahudi. Kemiripan antara liturgi
Yahudi dan Kristen - tetapi juga perbedaan isinya - menjadi nyata terutama pada
hari-hari raya tahun Liturgi, seperti pesta Paska. Warga Kristen dan Yahudi
merayakan pesta Paska: warga Yahudi mengalami Paska sejarah yang terarah ke
masa depan; warga Kristen mengalami Paska yang sudah dipenuhi dalam kematian
dan kebangkitan Kristus, walaupun masih harus menantikan penyelesaiannya yang
definitif. 1174, 1352,
840
1097 Di dalam
liturgi Perjanjian Baru, tiap kegiatan liturgi, terutama perayaan Ekaristi dan
Sakramen-sakramen, adalah satu pertemuan antara Kristus dan (Gereja.
Perhimpunan liturgi merupakan kesatuan berkat "persekutuan Roh
Kudus", yang mengumpulkan anak-anak Allah dalam Tubuh Kristus yang
tunggal. Ia melampaui segala ikatan manusiawi, nasional, budaya, dan sosial.
1098 Jemaat harus
mempersiapkan diri untuk pertemuan dengan Tuhan, menjadi satu "umat yang
rela". Persiapan hati ini adalah karya bersama Roh Kudus dan jemaat,
terutama pejabat-pejabatnya. Rahmat Roh Kudus berusaha untuk membangkitkan
iman, pertobatan hati, dan penyesuaian kepada kehendak Bapa. Sikap-sikap batin
ini diandaikan, supaya rahmat-rahmat yang dianugerahkan dalam perayaan liturgi
itu sendiri, dapat diterima dan dengan demikian perayaan ini dapat menghasilkan
buah-buah untuk kehidupan baru. 1430
Roh Kudus Mengingatkan Misteri Kristus
1099 Roh dan Gereja
bekerja sama, supaya menunjukkan Kristus dan karya keselamatan-Nya dalam
liturgi. Pada tempat pertama, dalam perayaan Ekaristi, dan - atas cara yang
mirip - dalam Sakramen-Sakramen lain, liturgi adalah perayaan kenangan akan
misteri keselamatan. Roh Kudus adalah ingatan Gereja yang hidup Bdk. Yoh 14:26
1100 Sabda Allah.
Roh Kudus mengingatkan perhimpunan liturgi pertama-tama Akan arti dari
peristiwa keselamatan, dengan memberi kehidupan kepada Sabda Allah, supaya ia
dapat diterima dan dilaksanakan dalam kehidupan.
"Dalam perayaan liturgi, Kitab Suci sangat penting.
Sebab dari Kitab Sucilah dikutip bacaan-bacaan, yang dibacakan dan dijelaskan
dalam homili, serta mazmur-mazmur yang dinyanyikan. Dan karena ilham serta jiwa
Kitab Sucilah dilambungkan permohonan, doa-doa dan madah-madah liturgi; dari
padanya pula upacara serta lambang-lambang memperoleh maknanya (SC 24).
1101 Roh Kudus
menganugerahkan kepada para lektor dan pendengar, sesuai dengan daya terima
hatinya, pengertian rohani mengenai Sabda Allah. Oleh perkataan, tindakan, dan
lambang, yang membentuk kerangka dasar perayaan liturgi, ia menghantar umat
beriman dan para pejabat ke dalam hubungan yang hidup dengan Kristus, Sabda dan
Citra Bapa. Dengan demikian umat beriman dapat merenungkan dan melaksanakan
arti dari apa yang mereka dengarkan dalam perayaan, dan melaksanakannya dalam
kehidupannya.
1102 "Umat
Allah pertama-tama dihimpun oleh Sabda Allah yang hidup.... Sebab oleh Sabda
Penyelamat, iman... dipupuk dalam hati mereka yang percaya" (PO 4)
Pewartaan Sabda Allah tidak hanya membataskan diri pada pengajaran semata mata,
tetapi juga mengundang jawaban yang penuh kepercayaan sebagai persetujuan dan
komitmen terhadap perjanjian antara Allah dan Umat-Nya. Lagi-lagi Roh Kudus
yang memberi rahmat iman ini, menguatkannya dan menumbuhkannya di dalam jemaat.
Jadi, perhimpunan liturgi pertama-tama adalah persekutuan dalam iman.
1103 Anamnese
[peringatan]. Perayaan liturgi selalu berhubungan dengan campur tangan Allah
yang membawa keselamatan dalam sejarah. "Tata perwahyuan itu terlaksana
melalui perbuatan dan perkataan yang amat erat terjalin sehingga... kata-kata
menyiarkan karya-karya dan menerangkan rahasia yang tercantum di dalanmya"
(DV 2). Dalam ibadat sabda, Roh Kudus mengingatkan jemaat kepada segala
sesuatu, yang Kristus telah lakukan untuk kita. Sesuai dengan kodriat
tindakan-tindakan liturgi dan ritus-ritus dalam pelbagai Gereja, perayaan
liturgi "memperingatkan" - dalam satu anamnese yang lebih atau kurang
rinci - karya-karya agung Allah. Roh Kudus, yang cara demikian membangkitkan kenangan
dalam Gereja, mengajak untuk berterima kasih dan memuja [doksologi].
Roh Kudus Menghadirkan Misteri Kristus
1104 Liturgi
Kristen tidak hanya mengingatkan kita akan peristiwa-peristiwa yang
menyelamatkan kita, tetapi menghadirkannya juga. Misteri Paska Kristus
dirayakan bukan diulangi; hanya perayaan-perayaan itu yang diulangi. Di dalam
setiap perayaan terjadi curahan Roh Kudus yang membuat misteri yang terjadi
hanya satu kali itu, menyata dalam waktu sekarang.
1105 Epiklese
adalah permohonan di mana imam memohon kepada Bapa, agar mengutus Roh Kudus,
supaya bahan persembahan menjadi tubuh dan darah Kristus, dan umat beriman yang
menerimanya menjadi persembahan yang hidup bagi Allah.
1106 Bersama dengan
anamnese, epiklese merupakan jantung setiap perayaan sakramental, terutama
Ekaristi:
"Anda menanyakan, bagaimana roti menjadi tubuh
Kristus dan anggur menjadi darah Kristus. Dan saya mengatakan kepadamu: Roh
Kudus datang melakukan hal yang melampaui setiap kata dan setiap pikiran...
Cukuplah bagimu untuk mendengar bahwa itu terjadi karena Roh Kudus, sebagaimana
halnya Tuhan dari Perawan dan oleh Roh Kudus menjadi daging melalui dan dalam
diri-Nya sendiri (Yohanes dari Damaskus, f.o. 4,13). 1375
1107 Kekuatan
transformatif Roh Kudus di dalam liturgi mengarah kepada kedatangan Kerajaan
Allah dan penyelesaian misteri keselamatan. Dalam ketabahan dan pengharapan Ia
menyanggupkan kita, benar-benar mengantisipasi persekutuan sempurna dengan
Tritunggal Mahakudus. Dikirim oleh Bapa, yang mendengarkan epiklese Gereja, Roh
memberi kepada mereka yang menerima-Nya, kehidupan dan bagi mereka ini sekarang
Ia sudah merupakan "panjar" dari warisan mereka Bdk. Ef 1:14.. 2816
1108 Perutusan Roh
Kudus bermaksud dalam setiap tindakan liturgi, untuk mempersatukan umat beriman
dengan Kristus, supaya mereka membentuk Tubuh-Nya. Roh Kudus adalah sebagai
getah dari pokok anggur Bapa, yang menghasilkan buah pada cabang-cabangnya Bdk.
Yoh 15:1-17; Gal 5:22.. Di dalam liturgi, Roh Kudus bekerja sama dengan Gereja
atas cara yang seerat-eratnya. Ia, Roh persekutuan, tinggal tanpa
henti-hentinya di dalam Gereja, dan karena itu Gereja adalah Sakramen agung
persekutuan dengan Allah, yang mengumpulkan anak-anak Allah yang tercerai-berai
menjadi satu. Buah Roh di dalam liturgi adalah serentak persekutuan dengan
Tritunggal Mahakudus dan persekutuan persaudaraan Bdk. 1 Yoh 1:3-7.. 788,
1091, 775
1109 Di dalam
epiklese juga didoakan, agar persatuan jemaat dengan misteri Kristus diwujudkan
secara sempurna. "Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah dan
persekutuan Roh Kudus" (2 Kor 13:13) harus selalu tinggal beserta kita dan
harus juga menghasilkan buah-buah sesudah perayaan Ekaristi. Karena itu, Gereja
memohon kepada Bapa supaya mengirimkan Roh Kudus, agar Ia membuat kehidupan
umat beriman menjadi persembahan yang hidup bagi Bapa: oleh perubahan rohani
menurut citra Kristus, oleh keprihatinan akan kesatuan Gereja dan oleh
keikutsertaan dalam perutusan-Nya dengan memberikan kesaksian dan pelayanan
cinta. 1368
TEKS-TEKS SINGKAT
1110 Di dalam liturgi Gereja, Allah Bapa dipuja dan disembah sebagai
asal mula segala berkat ciptaan dan keselamatan, yang dengannya Ia memberkati
kita dalam Putera-Nya, supaya memberikan kepada kita Roh menjadi anak angkat.
1111 Perbuatan Kristus dalam liturgi bersifat sakramental, karena di
dalam liturgi misteri keselamatan-Nya menjadi nyata oleh kekuatan Roh Kudus;
karena Tubuh-Nya, Gereja, bagaikan sakramen (tanda dan sarana), di mana Roh
Kudus mengerjakan misteri keselamatan; karena Gereja penziarah oleh tindakan
liturginya - seakan-akan sebagai prarasa - sudah mengambil bagian dalam liturgi
surgawi.
1112 Roh Kudus diutus dalam liturgi, untuk mempersiapkan jemaat bagi
pertemuan dengan Kristus, mengenangkan dan menyaksikan Kristus dalam iman
himpunan umat, untuk menghadirkan karya keselamatan Kristus oleh kekuatan-Nya
yang mengubah dan untuk menghasilkan buah persekutuan di dalam Gereja.
ARTIKEL 2 * MISTERI PASKA DALAM SAKRAMEN-SAKRAMEN GEREJA
1113 Seluruh
kehidupan liturgi Gereja berkisar di sekeliling kurban Ekaristi dan
Sakramen-sakramen Bdk. SC 6.. Di dalam Gereja ada tujuh Sakramen: Pembaptisan,
Penguatan atau Krisma, Ekaristi, Pengakuan, Urapan Orang Sakit, Tahbisan, dan
Perkawinan Bdk. DS 960; 1310; 1601.. Dalam artikel ini dibicarakan tentang apa
yang dimiliki bersama oleh ketujuh Sakramen itu dalam hubungannya dengan ajaran
iman. Kesamaannya sejauh menyangkut perayaannya dibahas dalam Bab II seksi ini
dan yang khusus bagi setiap Sakramen, dalam seksi berikutnya. 1210
I. * Sakramen-sakramen Kristus
1114 "Berdasarkan
ajaran Kitab Suci, tradisi apostolik dan pendapat yang serasi... para
bapa", kami mengakui, bahwa "Sakramen-Sakramen Perjanjian Baru...
semuanya ditetapkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus" (Konsili Trente: DS
1600-1601).
1115 Perkataan dan
perbuatan Yesus selama hidup-Nya yang tersembunyi dan pelayanan-Nya di muka
umum sudah membawa keselamatan. Mereka mendahului daya guna misteri Paska-Nya.
Mereka menyatakan dan menyiapkan apa yang akan Ia berikan kepada Gereja, kalau
segala sesuatu sudah diselesaikan. Misteri-misteri kehidupan Kristus adalah
dasar untuk apa yang sekarang Kristus bagi-bagikan melalui pejabat-pejabat
Gereja-Nya dalam Sakramen-sakramen, sebab "apa yang tampak pada Penebus
kita, sudah dialihkan ke dalam misteri-misteri-Nya" (Leo Agung, serm.
74,2).
1116 Sakramen-sakramen
adalah "kekuatan-kekuatan" yang datang dari Tubuh Kristus Bdk. Luk
5:17; 6:19; 8:46., yang tetap hidup dan menghidupkan. Mereka adalah
tindakan-tindakan Roh Kudus yang bekerja di dalam Tubuh-Nya, Gereja. Mereka
adalah "karya-karya agung Allah" dalam perjanjian baru dan kekal.
II. * Sakramen-sakramen Gereja
1117 Oleh Roh, yang
memimpin dia ke "dalam seluruh kebenaran" (Yoh 16:13), Gereja lambat
laun mengenal warisan bernilai yang diterimanya dari Kristus dan lebih saksama
menentukan "cara penggunaannya", seperti yang ia lakukan sebagai wali
misteri-misteri Allah Bdk. Mat 13:52; 1 Kor 4:1. yang setia dalam hubungan
dengan kanon Kitab Suci dan ajaran iman. Dengan demikian, dalam peredaran
sejarah Gereja mengetahui bahwa di antara perayaan liturgi ada tujuh yang
sesungguhnya ditetapkan Tuhan sebagai Sakramen. 120
1118 Sakramen-sakramen
adalah Sakramen "Gereja" dalam arti ganda, karena mereka ada
"melalui dia" dan "untuk dia". Mereka ada "melalui
Gereja" karena (Gereja adalah Sakramen karya Kristus, yang bekerja di
dalamnya berkat perutusan Roh Kudus. Dan mereka itu "untuk Gereja";
mereka adalah "Sakramen-sakramen, yang olehnya Gereja didirikan"
(Agustinus, civ. 22,17) Bdk. Tomas Aqu., s.th. 3,64,2 ad 3., karena mereka
memberikan dan membagi-bagikan kepada manusia, terutama dalam Ekaristi, misteri
persekutuan dengan Allah, Dia yang adalah cinta kasih, Dia yang esa dalam tiga
Pribadi. 1396
1119 Oleh karena
Gereja membentuk bersama Kristus, Kepalanya, "hanya satu pribadi mistik
yang tunggal" (Pius XII, Ens. "Mystici Corporis"), maka di dalam
Sakramen-sakramen ia bertindak sebagai "persekutuan imani" yang
"tersusun secara organis" (LG 11). Oleh Pembaptisan dan Penguatan,
umat imami dimungkinkan merayakan liturgi; tetapi beberapa warga beriman
ditetapkan melalui Tahbisan suci "untuk menggembalakan Gereja dengan Sabda
dan rahmat Allah" (LG 11). 792
1120 Jabatan
tertahbis atau "imamat jabatan atau hierarkis" (LG 10) melayani
imamat bersama, yang diberikan oleh Pembaptisan. Ia menjamin bahwa di dalam
Sakramen-sakramen, Kristus sungguh bekerja untuk Gereja melalui Roh Kudus.
Perutusan keselamatan yang Bapa percayakan kepada Putera-Nya yang menjadi manusia,
dipercayakan oleh-Nya kepada para Rasul dan oleh mereka kepada para
penggantinya; mereka menerima Roh Yesus, supaya dapat bertindak atas nama-Nya
dan atas pribadi-Nya Bdk. Yoh 20:21-23; Luk 24:47; Mat 28:18-20.. Dengan
demikian jabatan tertahbis membentuk ikatan sakramental, yang menghubungkan
tindakan liturgi dengan apa, yang para Rasul katakan dan kerjakan dan melalui
mereka kepada kata-kata dan perbuatan-perbuatan Kristus, sumber dan dasar dari
Sakramen-sakramen. 1547
1121 Tiga Sakramen,
- Pembaptisan, Penguatan dan Tahbisan - sebagai tambahan pada rahmat memberi
satu meterai sakramental, satu "meterai" yang olehnya warga Kristen
mengambil bagian dalam imamat Kristus dan terhitung dalam golongan dan fungsi
Gereja yang berbeda-beda. Keserupaan dengan Kristus dan Gereja, yang dihasilkan
oleh Roh itu tidak terhapus Bdk. Konsili Trente: DS 1609.; ia tinggal di dalam
warga Kristen untuk selama-lamanya sebagai kepekaan untuk rahmat, sebagai janji
dan jaminan perlindungan ilahi dan sebagai panggilan kepada ibadat dan
pelayanan Gereja. Sebagai akibatnya, Sakramen-sakramen ini tidak boleh
diulangi.
III. * Sakramen-sakramen Iman
1122 Kristus telah
mengutus para Rasul-Nya, supaya atas nama-Nya memberitakan "kepada segala
bangsa tentang pertobatan dan pengampunan dosa" (Luk 24:47).
"Jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan
Anak dan Roh Kudus" (Mat 28:19). Perutusan untuk membaptis - dan dengan
demikian perutusan sakramental - sudah termaktub dalam perutusan untuk
mewartakan Injil, karena Sakramen dipersiapkanoleh Sabda Allah dan oleh iman,
yang menyetujui Sabda ini.
"Umat Allah pertama-tama dihimpun oleh Sabda Allah
yang hidup... Diperlukan pewartaan Sabda untuk pelayanan Sakramen-sakramen,
sebab itu merupakan Sakramen-sakramen iman, yang timbul dari Sabda dan dipupuk
dengannya" (PO 4).
1123 "Sakramen-sakramen
dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus, dan akhirnya
mempersembahkan ibadat kepada Allah. Tetapi sebagai tanda, Sakramen juga
dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidak hanya mengandaikan iman, melainkan
juga memupuk, meneguhkan dan mengungkapkannya dengan kata-kata dan tindakan.
Maka juga disebut Sakramen iman" (SC 59).
1124 Iman Gereja
mendahului iman perorangan, yang diajak supaya menyetujuinya. Kalau Gereja
merayakan Sakramen-sakramen, ia mengakui iman yang diterima dari para Rasul.
Oleh karena itu berlakulah prinsip tua: "lex orandi, lex credendi"
(atau sebagaimana Prosper dari Aquitania dalam abad ke-5 mengatakan:
"legem credendi lex statuat supplicandi") "Peraturan doa harus
menentukan peraturan iman": auct. ep.8.. Cara doa adalah cara iman; Gereja
percaya, seperti yang ia doakan. Liturgi adalah unsur dasar tradisi yang suci
dan hidup Bdk. DV 8..
1125 Oleh karena
itu, ritus sakramental tidak boleh diubah atau dimanipulasi sesuai dengan
kehendak pejabat atau jemaat. Malahan otoritas tertinggi di dalam Gereja tidak
dapat mengubah liturgi sesuka hati, tetapi hanya dalam ketaatan iman dan dalam
penghormatan terhadap misteri liturgi. 1205
1126 Karena
Sakramen-sakramen menyatakan dan mengembangkan di dalam Gereja persekutuan
dalam iman, maka "lex orandi" adalah salah satu kriteria yang hakiki
dalam dialog, yang berusaha memulihkan kembali kesatuan umat Kristen Bdk. UR 2
dan 15..
IV. * Sakramen-sakramen Keselamatan
1127 Sakramen-sakramen
yang dirayakan dengan pantas dalam iman, memberikan rahmat yang mereka nyatakan
Bdk. Konsili Trente: DS 1605 dan 1606.. Mereka berdaya guna, karena Kristus
sendiri bekerja di dalamnya; Ia sendiri membaptis, Ia sendiri bertindak dalam
Sakramen-sakramen-Nya, untuk membagi-bagikan rahmat, yang dinyatakan oleh
Sakramen. Bapa telah mengabulkan doa Gereja Putera-Nya, yang menyatakan imannya
akan kekuasaan Roh Kudus dalam epiklese setiap Sakramen. Seperti api mengubah
bahan bakar menjadi api, demikian Roh Kudus mengubah apa yang takluk kepada
kekuasaannya, ke dalam kehidupan ilahi.
1128 Inilah arti
dari ungkapan Gereja Bdk. Konsili Trente: DS 1608., bahwa Sakramen-sakramen
bekerja ex opere operato [secara harfiah: "atas dasar kegiatan yang
dilakukan"]. Artinya, mereka berdaya berkat karya keselamatan Kristus yang
dilaksanakan satu kali untuk selamanya. Oleh karena itu: "Sakramen tidak
dilaksanakan oleh kesucian manusia yang memberi atau menerima [Sakramen],
tetapi oleh kekuasaan Allah" (Thomas Aqu., s.th. 3,68,8). Pada saat
Sakramen dirayakan sesuai dengan maksud Gereja, bekerjalah di dalam dia dan
oleh dia kekuasaan Kristus dan Roh-Nya, tidak bergantung pada kekudusan pribadi
pemberi. Buah-buah Sakramen juga bergantung pada sikap hati orang yang
menerimanya.
1129 Gereja
mengatakan bahwa Sakramen-sakramen Perjanjian Baru perlu untuk keselamatan umat
beriman Bdk. Konsili Trente: DS 1604.. "Rahmat sakramental" adalah
rahmat Roh Kudus yang diberikan oleh Kristus kepada tiap Sakramen secara
khusus. Roh itu menyembuhkan dan mengubah semua mereka yang menerima-Nya,
dengan menjadikan mereka serupa Putera Allah. Buah kehidupan sakramental ialah:
Roh Anak Allah memberi kepada orang beriman bagian pada kodrat ilahi Bdk. 2 Ptr
1:4., dengan mempersatukan mereka dengan daya kehidupan Putera tunggal, sang
Penebus.
V. * Sakramen-sakramen Kehidupan Kekal
1130 Gereja
merayakan misteri Tuhannya, "sampai Ia datang" (1 Kor 11:26) dan
"Allah menjadi semua dalam semua1 (1 Kor 15:28). Sejak para Rasul, liturgi
diarahkan kepada tujuannya oleh hembusan Roh di dalam Gereja: "Marana
tha" (1 Kor 16:22). Liturgi juga mengambil bagian dalam kerinduan Yesus:
"Aku sangat rindu makan Paska ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku
menderita... sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah" (Luk
22:15-16). Dalam Sakramen-sakramen Kristus, Gereja sekarang ini sudah menerima
panjar warisannya. Ia sudah mengambil bagian dalam kehidupan abadi,
"dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan
pernyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juru Selamat kita Yesus
Kristus" (Tit 2:13). "Roh dan pengantin perempuan itu berkata:
Marilah... datanglah, Tuhan Yesus" (Why 22:17.20).
Santo Tomas merangkumkan pelbagai arti dari tanda
sakramental sebagai berikut: "Sakramen adalah tanda yang mengingatkan apa
yang sudah terjadi ialah kesengsaraan Kristus; juga tanda yang menunjukkan apa
yang dilaksanakan di dalam kita oleh kesengsaraan Kristus ialah rahmat: demikian
juga tanda yang mengantisipasi apa yang penderitaan itu sudah nyatakan lebih
dahulu yakni kemuliaan yang akan datang" (s.th. 3,60,3).
TEKS-TEKS SINGKAT
1131 Sakramen-sakramen ditetapkan Kristus dan dipercayakan kepada Gereja
sebagai tanda berdaya guna yang menghasilkan rahmat dan memberikan kehidupan
ilahi kepada kita. Ritus yang tampak, dengan mana Sakramen-sakramen itu
dirayakan, menyatakan dan menghasilkan rahmat, yang dimiliki setiap Sakramen.
Bagi umat beriman yang menerimanya dengan sikap batin yang wajar, mereka
menghasilkan buah.
1132 Gereja merayakan Sakramen-sakramen itu sebagai persekutuan imami
yang dibagikan atas imamat yang diterima dalam Pembaptisan, dan imamat para
pejabat tertahbis.
1133 Roh Kudus mempersiapkan umat beriman untuk Sakramen-sakramen. Ia
melakukan itu dengan perantaraan Sabda Allah dan dengan perantaraan iman, yang
menerima Sabda dengan hati terbuka. Dengan demikian Sakramen-sakramen
memperkuat iman dan menyatakannya.
1134 Kehidupan sakramental menghasilkan buah, baik untuk perorangan
maupun untuk Gereja. Untuk setiap warga beriman buah ini berarti bahwa ia hidup
untuk Allah dalam Yesus Kristus, sedangkan untuk Gereja, bahwa ia bertumbuh
dalam cinta dan dalam perutusannya demi kesaksian.
BAB II
PERAYAAN SAKRAMENTAL MISTERI PASKA
1135 Katekese
mengenai liturgi menuntut pertama-tama pengertian tentang susunan dasar
Sakramen (Bab I). Dalam terang ini menjadi nyatalah sifat baru dari perayaan.
Karena itu dalam bab ini dibicarakan tentang perayaan Sakramen-sakramen Gereja.
Dijelaskan apa yang - di dalam semua tradisi liturgi yang berbeda-beda -
dimiliki bersama oleh ketujuh Sakramen itu. Yang khusus di setiap Sakramen akan
dijelaskan kemudian. Katekese dasar mengenai liturgi, Sakramen-sakramen ini
menjawab pertanyaan-pertanyaan pertama, yang diajukan kaum beriman dalam
hubungan dengan ini :
Siapa merayakan liturgi?
Bagaimana ia dirayakan?
Bilamana ia dirayakan?
Di mana ia dirayakan?
ARTIKEL 3 * MERAYAKAN LITURGI GEREJA
I. * Siapa Merayakan Liturgi?
1136 Liturgi adalah
suatu "kegiatan" dari "Kristus paripurna [Christus totus]"
Liturgi surgawi dirayakan mereka, yang sudah berada di seberang dunia
tanda-tanda. Di sana liturgi sudah merupakan persekutuan dan pesta dalam cara
yang sempurna. 795,
1090
Roh Kudus Menghadirkan Misteri Kristus
1137 Wahyu santo
Yohanes, yang dibacakan dalam liturgi Gereja, menyatakan pertama-tama:
"Sebuah takhta terdiri di surga, dan di takhta itu duduk Seorang (Why
4:2): Allah "Tuhan" (Yes 6:1) Bdk. Yeh 1:26-28.. Lalu santo Yohanes
melihat Anak Domba, yang kelihatan seperti "telah disembelih" (Why
5:6) Bdk. Yoh 1:29.; itulah Kristus yang disalib dan bangkit, Imam Agung
satu-satunya pada tempat kudus yang benar Bdk. misalnya Ibr 4:14-15; 10:19-21.,
yang serentak "berkurban dan dikurbankan, mempersembahkan dan
dipersembahkan" (Liturgi santo Yohanes Krisostomus, Doa Syukur Agung).
Akhirnya tampaklah "sungai air kehidupan, yang... mengalir keluar dari
takhta Allah dan takhta anak Domba" (Why 22:1) - salah satu lambang
terindah untuk Roh Kudus Bdk. Yoh 4:10-14; Why 21:6.. 2642, 662
1138 Dalam
pelayanan pemujaan Allah dan dalam penyelesaian rencana-Nya, turut serta semua
orang yang dihimpun kembali di bawah Kristus sebagai Kepala : kekuatan-kekuatan
surgawi Bdk. Why 4-5; Yes 6:2-3., seluruh ciptaan (di dalam buku Wahyu
dinyatakan oleh empat makhluk hidup), pelayan Perjanjian Lama dan Baru (kedua
puluh empat tua-tua), umat Allah yang baru (seratus empat puluh empat ribu Bdk.
Why 7:1-8; 14:1.), terutama mereka yang telah dibunuh demi Sabda Allah 4Bdk.
Why 6:9-11., dan Bunda Allah yang kudus (wanita Bdk. Why 12., mempelai Anak
Domba Bdk. Why 21:9.), dan akhirnya "suatu kumpulan besar orang banyak
yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan
bahasa" (Why 7:9). 335, 1370
1139 Roh dan Gereja
menyanggupkan kita mengambil bagian dalam liturgi abadi ini, apabila kita
merayakan misteri keselamatan dalam Sakramen-sakramen.
Siapa Merayakan Liturgi Sakramen-sakramen ?
1140 Seluruh
jemaat, Tubuh yang bersatu dengan Kristus, Kepalanya, merayakannya.
"Upacara-upacara liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan perayaan
Gereja sebagai Sakramen kesatuan, yakni umat kudus yang berhimpun dan diatur di
bawah para Uskup. Maka upacara-upacara itu menyangkut seluruh Tubuh Gereja dan
menampakkan serta mempengaruhinya; sedangkan masing-masing anggota disentuhnya
secara berlain-lainan, menurut keanekaan tingkatan, tugas, serta keikutsertaan
aktual mereka" (SC 26). Karena itu berlakulah: "Setiap kali suatu
upacara, menurut hakikatnya yang khas, diselenggarakan sebagai perayaan
bersama, dengan dihadiri banyak umat yang ikut serta secara aktif, hendaknya
ditandaskan, agar bentuk itu sedapat mungkin diutamakan terhadap upacara
perseorangan yang seolah-olah bersifat pribadi" (SC 27).
1141 Jemaat yang
merayakan adalah persekutuan orang yang dibaptis, yang "karena kelahiran
kembali dan pengurapan Roh Kudus disucikan menjadi kediaman rohani dan imamat
suci, untuk sebagai orang kristiani... mempersembahkan kurban rohani" (LG
10). "Imamat bersama" ini adalah imamat Kristus, imam satu-satunya,
dalamnya semua anggota-Nya mengambil bagian Bdk. LG 10; 34; PO 2..
"Bunda Gereja sangat menginginkan, supaya semua
orang beriman dibimbing ke arah keikutsertaan yang sepenuhnya, sadar dan aktif
dalam perayaan-perayaan liturgi. Keikutsertaan seperti itu dituntut oleh
hakikat liturgi sendiri, dan berdasarkan Baptis merupakan hak serta kewajiban
Umat kristiani sebagai 'bangsa terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus,
Umat kepunyaan Allah sendiri' (1 Ptr 2:9) Bdk. 1 Ptr 2:4-5. " (SC 14).
1142 Tetapi
"tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama" (Rm 12:4).
Beberapa anggota dipanggil oleh Allah di dalam dan melalui Gereja untuk
pelayanan khusus bagi jemaat. Pelayan-pelayan ini dipilih dan ditahbiskan
melalui Sakiamen Tahbisan. Dengan itu, Roh Kudus memungkinkan mereka supaya
bertindak atas nama pribadi Kristus, Kepala, untuk melayani semua anggota
Gereja Bdk. PO 2 dan 15.. Pejabat tertahbis adalah bagaikan "ikon"
Kristus, Imam. Dalam Ekaristi, Sakramen Gereja tampil sepenuhnya; karena itu
jabatan Uskup mendapat perwujudannya yang istimewa kalau ia memimpin perayaan
Ekaristi dan dalam persekutuan dengan dia, jabatan para imam dan diaken.
1143 Masih ada lagi
pelayan-pelayan khusus lain untuk melayani imamat bersama para umat beriman.
Yang ditugaskan untuk itu tidak menerima Sakramen Tahbisan; tugas mereka
ditentukan oleh Uskup sesuai dengan tradisi liturgi dan kebutuhan pastoral.
"Juga para pelayan misa (putera altar), lektor, para komentator, dan
anggota paduan suara, benar-benar menjalankan pelayanan liturgis" (SC 29). 903, 1672
1144 Dengan
demikian waktu perayaan Sakramen-sakramen, seluruh himpunan adalah
"selebran" [yang merayakan], setiap orang sesuai dengan tugasnya, tetapi
dalam "kesatuan roh", yang bekerja di dalam semua mereka. "Pada
perayaan-perayaan liturgi setiap anggota, entah pejabat entah umat, hendaknya
dalam menunaikan tugas hanya menjalankan, dan melakukan seutuhnya, apa yang
menjadi peranannya menurut hakikat perayaan serta kaidah-kaidah liturgi"
(SC 28).
II. * Bagaimana Liturgi Dirayakan ?
Tanda dan Lambang
1145 Tanda dan
lambang bagaikan benang, yang dengannya perayaan Sakramen ditenun. Sesuai
dengan pedagogi keselamatan ilahi, arti dari tanda dan lambang itu berakar
dalam karya penciptaan dan dalam kebudayaan manusiawi. Namun ia tampil lebih
jelas dalam peristiwa-peristiwa Perjanjian Lama dan menyatakan diri sepenuhnya
dalam pribadi dan karya Kristus. 1333-1340,
53
1146 Tanda-tanda
dari dunia pengalaman manusia. Dalam kehidupan manusiawi tanda dan lambang
mendapat tempat yang penting. Karena manusia itu sekaligus makhluk jasmani dan
rohani, ia menyatakan dan menangkap kenyataan-kenyataan rohani melalui tanda
dan lambang jasmani. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan tanda dan
lambang, supaya melalui bahasa, melalui gerak-gerik, dan kegiatan dapat
berhubungan dengan orang lain. Yang sama berlaku untuk hubungannya dengan
Allah. 362,
2702, 1879
1147 Allah
berbicara kepada manusia melalui ciptaan yang tampak. Kosmos material
menampilkan diri kepada akal budi manusia, supaya ia melihat di dalamnya
jejak-jejak Penciptanya Bdk. Keb 13: 1; Rm 1:19-20; Kis 14:17.. Siang dan
malam, angin dan api, air dan bumi, pohon dan buah-buahan berbicara tentang
Allah dan melambangkan sekaligus keagungan dan kedekatan-Nya. 299
1148 Karena mereka
diciptakan oleh Allah, maka kenyataan yang dapat ditangkap oleh indera ini
menjadi tanda karya Allah, yang menguduskan manusia, dan juga karya manusia
yang menyembah Allah. Demikian berlaku pula untuk tanda dan lambang dalam hidup
sosial manusia: mencuci dan mengurapi, membagikan roti dan minum dari cawan
yang sama dapat menjadi pernyataan kehadiran Allah yang menguduskan dan terima
kasih manusia terhadap Penciptanya.
1149 Agama-agama
besar umat manusia sering kali memberi kesaksian dengan sangat mengesankan
mengenai arti ritus religius yang kosmis dan simbolik ini. Liturgi Gereja
membutuhkan, mengintegrasikan, dan menguduskan unsur-unsur ciptaan dan
kebudayaan manusia, dengan memberikan kepadanya martabat tanda-tanda rahmat,
penciptaan baru dalam Yesus Kristus. 843
1150 Tanda-tanda
perjanjian. Bangsa terpilih menerima dari Allah tanda-tanda dan lambang-lambang
khusus, yang menandakan kehidupan liturginya. Mereka bukan lagi hanya gambaran
tentang peraturan dalam kosmos dan bukan lagi hanya isyarat-isyarat sosial,
melainkan tanda-tanda perjanjian dan lambang karya agung Allah untuk umat-Nya.
Penyunatan, pengurapan, dan penahbisan para raja dan para imam, peletakan
tangan, persembahan, dan terutama Paska, termasuk tanda-tlanda liturgis
Perjanjian Lama ini. Gereja melihat di dalam tanda-tanda ini pratanda
Sakramen-sakramen Perjanjian Baru. 1334
1151 Tanda-tanda
yang diangkat oleh Kristus. Dalam khotbah-khotbah-Nya Yesus Tuhan sering
memakai tanda-tanda dari ciptaan, guna menjelaskan misteri Kerajaan Allah. Bdk.
Luk 8:10. Ia menyembuhkan orang dan menopang ajaran-Nya melalui tanda yang
kelihatan atau gerakan simbolik. Bdk. Yoh 9:6; Mrk 7:33-35; 8:22-25. Ia
memberikan kepada peristiwa-peristiwa dan tanda-tanda Perjanjian Lama, terutama
keluaran dari Mesir dan Paska, Bdk. Luk 9:31; 22:7-20. satu arti baru, karena
Ia sendiri adalah arti dari semua lambang ini. 1335
1152 Tanda-tanda
sakramental. Sejak Pentekosta, Roh Kudus menguduskan dunia melalui tanda-tanda
sakramental Gereja-Nya. Sakramen-sakramen Gereja tidak menghapus seluruh
kekayaan tanda dan lambang kosmos dan kehidupan sosial, tetapi menyucikan dan
mengintegrasikannya. Sekaligus mereka memenuhi apa yang Perjanjian Lama
nyatakan lebih dahulu. Mereka melambangkan dan melaksanakan keselamatan yang
diperoleh Kristus, mereka menggambarkan lebih dahulu kemuliaan surga dan dalam
arti tertentu mengantisipasinya.
Perkataan dan Perbuatan
1153 Perayaan
sebuah Sakramen adalah pertemuan anak-anak Allah dengan Bapanya di dalam
Kristus dan Roh Kudus. Pertemuan itu merupakan dialog dan mendapat
perwujudannya dalam perbuatan dan perkataan. Memang kegiatan liturgi dengan
sendirinya sudah merupakan satu bahasa, tetapi Sabda Allah dan jawaban iman
harus mengiringi dan menghidupkan kegiatan ini, supaya Sabda tentang Kerajaan
Allah lebih dapat menghasilkan buah di tanah yang baik. Kegiatan liturgi
menyatakan melalui tanda-tanda, apa yang Sabda Allah ungkapkan: penawaran
rahmat Allah dan serentak jawaban iman umat-Nya. 53
1154 Ibadat Sabda
merupakan bagian yang mutlak perlu dalam perayaan sakramental. Untuk
membangkitkan iman umat beriman, tanda-tanda yang mengiringi Sabda Allah,
diperjelas: Kitab Suci (buku bacaan atau buku Injil), penghormatannya (arak-arakan,
dupa, terang), tempat pewartaan (ambo), pembacaannya yang harus didengarkan dan
dimengerti dengan baik, homili yang disampaikan pejabat, yang menjelaskan lebih
lanjut isi pewartaan, demikian pula jawaban umat yang hadir (seperti aklamasi,
mazmur, litani dan pengakuan iman). 1100,
103
1155 Perkataan
liturgi dan perbuatan liturgi sebagai pengajaran dan tanda tidak dapat
dipisahkan satu dari yang lain; juga sebagai perwujudan dari apa yang mereka
artikan, mereka tidak terpisahkan. Roh Kudus tidak hanya menuntun menuju
pengertian akan Sabda Allah, dengan membangkitkan iman, tetapi melalui
Sakramen-sakramen Ia juga mewujudkan karya-karya agung Allah, yang diwartakan
Sabda Allah. Ia menghadirkan dan menyampaikan pekerjaan, yang Bapa telah selesaikan
melalui Putera-Nya yang kekasih. 1127
Nyanyian dan Musik
1156 "Tradisi
musik Gereja semesta merupakan kekayaan yang tak terperikan nilainya, lebih
gemilang dari ungkapan-ungkapan seni lainnya, terutama karena nyanyian suci
yang terikat pada kata-kata merupakan bagian Liturgi meriah yang penting atau
integral" (SC 112). Syair-syair dan nyanyian mazmur-mazmur yang diilhami
yang sering diiringi oleh alat-alat sudah berkaitan erat dengan perayaan
liturgi dalam Pedanjian Lama. Gereja melanjutkan tradisi ini dan
mengembangkannya: "Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur,
kidung puji-pujian, dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan
dengan segenap hati" (Ef 5:19) Bdk. Kol 3:16-17.. "Yang bermadah,
berdoa ganda" Bdk. Agustinus, Psal. 72, 1..
1157 Lagu dan musik
memenuhi fungsinya sebagai tanda semakin baik,"sejauh ia semakin erat
dihubungkan dengan kegiatan liturgi" (SC 112). Untuk itu perlu
diperhatikan tiga butir berikut ini: keindahan ungkapan doa, keikutsertaan
jemaat yang serasi pada waktu yang sudah ditentukan, dan sifat perayaan yang
semarak. Dengan demikian nyanyian dan musik melayani tujuan dari perkataan dan
kegiatan liturgi: pemuliaan Allah dan pengudusan umat beriman Bdk. SC 11 2..
"Betapa aku menangis karena madah dan nyanyianmu,
sangat terharu oleh suara yang merdu dalam gerejamu! Suara-suara itu masuk ke
dalam telingaku dan meneteskan kebenaran ke dalam hatiku; perasaan-perasaan
saleh bergelora di dalamnya, air mataku mengalir, dan aku memperoleh kepuasan
hati yang sejati" (Agustinus,. conf. 9,6,14).
1158 Keserasian
tanda-tanda (nyanyian, musik, perkataan, dan kegiatan) akan makin berarti dan
berhasil, kalau mereka sernakin dikembangkan dalam kekayaan kebudayaan Umat
Allah yang merayakannya Bdk SC 119.. Karena itu, "nyanyian rohani umat
hendaknya dikembangkan secara ahli, sehingga kaum beriman dapat bernyanyi dalam
kegiatan-kegiatan devosional dan perayaan-perayaan ibadat, menurut
kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan rubrik" (SC 118). Tetapi
"syair-syair bagi nyanyian liturgi hendaknya selaras dengan ajaran
Katolik, bahkan terutama hendaklah ditimba dari Kitab Suci dan sumber-sumber
liturgi" (SC 121).
Gambar-gambar Kudus
1159 Gambar kudus,
ikon liturgi, menampilkan Kristus pada tempat yang pertama. Ia tidak dapat menggambarkan
Allah yang tidak kelihatan dan tidak dapat dimengerti. Inkarnasi Putera Allah
telah membuka satu tata gambar baru:
"Pada mulanya Allah, yang bukan badan, bukan juga
rupa, tidak dapat dilukiskan sama sekali melalui gambar. Tetapi sekarang,
setelah ia kelihatan dalam daging dan hidup, bersama manusia, saya dapat
membuat satu gambar dari apa yang saya lihat dari Allah. Kita memandang
kemuliaan Tuhan dengan wajah tak terselubung" (Yohanes dari Damasku, imag.
1,16).
1160 Ikonografi
Kristen menampilkan Injil melalui gambar, sama seperti Kitab Suci
menyampaikannya melalui sabda. Gambar dan sabda saling menjelaskan:
"Singkatnya, kita mempertahankan segala tradisi
Gereja, apakah itu disampaikan kepada kita secara tertulis atau lisan, tanpa
merusakkannya dengan pembaharuan. Salah satu tradisi ini adalah lukisan ikon.
Karena ia sesuai dengan pewartaan Injil, maka ia berguna bagi kita, untuk
memperkuat iman kepada inkarnasi Sabda Allah yang sebenarnya dan bukan khayalan
dan untuk menghasilkan keuntungan besar bagi kita. Karena hal-hal yany saling
menjelaskan itu... rupa-rupanya mempunyai arti yang sama" (Konsili Nisea
II. 787: COD 111).
1161 Semua tanda
dari perayaan liturgi menunjuk kepada Kristus, demikian juga, gambar-gambar
Bunda Allah tersuci dan para kudus. Mereka adalah tanda tentang Kristus, yang
dimuliakan dalam mereka. Di dalam mereka, kita memandang "jumlah besar
saksi-saksi" (Ibr 12:1), yang masih tetap memperhatikan keselamatan dunia,
dan bersama siapa kita disatukan, terutama dalam perayaan sakramental. Melalui
ikon-ikon iman kita melihat manusia yang "diciptakan menurut citra
Allah", dan diubah Bdk. Rm 8:29; 1 Yoh 3:2. menjadi serupa dengan Allah,
dan malahan para malaikat, yang juga dihimpun di bawah Kristus, Kepala.
"Sambil mengikuti ajaran bapa-bapa suci kita yang
mewartakan Allah dan tradisi Gereja Katolik - karena kami tahu bahwa ia berasal
dari Roh Kudus yang hidup di dalamnya - kami memutuskan untuk memasang dengan
segala ketelitian dan sikap hati-hati, di dalam gereja-gereja Allah yang kudus,
di atas perabot-perabot dan pakaian yang kudus, dinding dan papan, rumah dan
jalan, demikian juga penempatan salib yang bernilai dan yang membawa kehidupan,
memasang gambar-gambar yang patut dimuliakan dan kudus - biar dari cat, batu,
atau salah satu bahan yang sesuai - [ini berlaku juga] untuk gambar Tuhan Allah
dan Penebus kita Yesus Kristus, Bunda kita yang tak bemoda dan suci yang
melahirkan Allah, para malaikat yang patut dihormati dan segala orang kudus dan
saleh" (Konsili Nisea II: DS 600).
1162 "Keindahan
dan warna gambar-gambar merangsang doaku. Mereka merupakan pesta bagi mataku,
sebagaimana gambar dari suatu pemandangan alam tnerangsang hatiku, untuk memuja
Allah" (Yohanes dari Damaskus, imag. 1,27). Melihat gambar-gambar suci,
bersama dengan renungan mengenai Sabda Allah dan dengan nyanyian madah
gerejani, membentuk keserasian tanda-tanda liturgi, sehingga misteri yang
dirayakan meresap ke dalam kenangan hati, lalu tampak dengan jelas dalam cara
hidup baru umat beriman. 2502
III. * Bilamana Liturgi Dirayakan ?
Masa Liturgi
1163 "Bunda
Gereja yang penuh kasih memandang sebagai tugasnya: pada hari-hari tertentu di
sepanjang tahun merayakan karya penyelamatan mempelai ilahinya dengan kenangan
suci. Sekali seminggu, pada hari yang disebut hari Tuhan, Gereja mengenangkan
kebangkitan Tuhan, yang sekali setahun, pada hari raya agung Paska, juga
dirayakannya bersama dengan sengsara-Nya yang suci. Namun selama kurun waktu
setahun Gereja memaparkan seluruh misteri Kristus. ... Dengan mengenangkan
misteri-misteri penebusan itu, Gereja membuka bagi kaum beriman kekayaan
keutamaan serta pahala Tuhannya sedemikian rupa, sehingga rahasia-rahasia itu
senantiasa hadir dengan cara tertentu. Umat mencapai misteri-misteri itu dan
dipenuhi dengan rahmat keselamatan" (SC 102).
1164 Sejak hukum
Musa, Umat Allah telah mengenal pesta-pesta tertentu berhubungan dengan Paska,
untuk memperingati karya agung Allah Penyelamat, berterima kasih kepada-Nya
untuk itu, menghidupkan terus kenangan akan karya itu dan mengajarkannya kepada
generasi-generasi baru, guna menjadikannya pedoman hidup. Pada masa Gereja,
antara Paska Kristus yang dilakukan satu kali untuk selama-lamanya dan
penyelesaiannya di dalam Kerajaan Allah, liturgi yang dirayakan pada hari-hari
pesta tertentu, diwarnai oleh sifat baru dari misteri Kristus.
1165 Kalau Gereja
merayakan misteri Kristus, maka di dalam doanya selalu kedengaran lagi satu
perkataan: hari ini! - satu kata yang menggemakan doanya yang diajarkan Tuhan
Bdk. Mat 6:11. dan seruan Roh Kudus Bdk. Ibr. 3:7- 4:11; Mzm 95:7.. "Hari
ini" dari Allah yang hidup. ke mana manusia diundang untuk masuk, adalah
"saat" Paska Yesus, yang meresapi dan menopang seluruh sejarah.
"Kehidupan telah menyebar luas ke segala makhluk dan
semuanya telah dipenuhi dengan sinar yang besar. Fajar segala fajar merembes
masuk ke semesta alam, dan Ia yang telah ada. sebelum "bintang
kejora" dan sebelum bintang-bintang, Dia yang tidak dapat mati dan tidak
berkesudahan, Kristus Agung, menyinari segala makhluk lebih cerah daripada
matahari. Karen itu bagi kita yang percaya kepada-Nya, menyingsinglah satu hari
yanj langgeng, abadi, dan cerah, yang tidak ada titik akhirnya: Paska
mistik" (Hipolitus, pasch. 1-2).
Hari Tuhan
1166 "Berdasarkan
tradisi para Rasul yang berasal mula pada hari kebangkitan Kristus sendiri,
Gereja merayakan misteri Paska sekali seminggu, pada hari yang tepat sekali
disebut Hari Tuhan atau Hari Minggu" (SC 106). Hari kebangkitan Tuhan
adalah serentak "hari pertama dalam minggu", mengenangkan hari
pertama ciptaan, dan "hari kedelapan" di mana Kristus sesudah
"istirahat"-Nya pada Sabtu agung menerbitkan hari "yang Tuhan
janjikan", "hari yang tidak mengenal malam" (Liturgi Bisantin).
"Perjamuan Tuhan" adalah sentrumnya, karena di sana seluruh persekutuan
umat beriman menemui Tuhan yang telah bangkit, yang mengundang mereka ke pesta
pedamuan-Nya Bdk. Yoh 21:12; Luk 24:9b..
"Hari Tuhan, hari kebangkitan, hari umat Kristen,
adalah hari kita. Ia dinamakan hari Tuhan, karena pada hari ini Tuhan telah naik
kepada Bapa sebagai pemenang. Kalau orang kafir menamakannya hari matahari,
kita pun senang mengakuinya, karena hari ini terang dunia telah terbit, hari
ini matahari keadilan telah kelihatan, yang sinar-sinarnya membawa
keselamatan" (Hironimus, pasch.).
1167 Benarlah bahwa
hari Minggu adalah hari, di mana umat beriman berkumpul untuk perayaan liturgi,
"untuk mendengarkan Sabda Allah dan ikut serta dalam perayaan Ekaristi,
dan dengan demikian mengenangkan sengsara, kebangkitan dan kemuliaan Tuhan
Yesus, serta mengucap syukur kepada Allah, yang melahirkan mereka kembali ke
dalam pengharapan yang hidup berkat kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang
mati" (SC 106).
"Kalau kami, o Kristus, merenungkan
mukjizat-mukjizat, yang terjadi pada hari Minggu kebangkitan-Mu yang mulia ini,
kami lalu berkata: Terberkatilah hari Minggu, karena padanya terjadilah awal
ciptaan... keselamatan dunia... pembaharuan umat manusia... Padanya surga dan
bumi bergembira dan seluruh alam semesta dipenuhi dengan sinarnya. Terberkatilah
hari Minggu, karena padanya pintu-pintu firdaus dibuka, sehingga Adam dan semua
orang terbuang masuk ke dalamnya tanpa perasaan takut" (Fanqith, Ofisi
Syria dari Antiokia, jilid 6; Bagian musim panas, hal 193b).
Tahun Liturgi
1168 Zaman baru
kebangkitan menerangi seluruh tahun liturgi dengan Trihari Paska sebagai sumber
terangnya. Tahun itu disinari langkah demi langkah oleh liturgi sebelum dan
sesudah Trihari Paska. Sesungguhnya itulah "tahun rahmat Tuhan" Bdk.
Luk 4:19.. Tata keselamatan berlangsung di dalam waktu, tetapi sejak ia
diselesaikan dalam Paska Yesus dan setelah Roh Kudus dicurahkan, akhir sejarah
telah hadir sebagai "prarasa", dan Kerajaan Allah masuk ke dalam
zaman kita.
1169 Karena itu
Hari Raya Paska bukan saja salah satu pesta di antara yang lain, mclainkan
"pesta segala pesta", "perayaan segala perayaan",
sebagaimana Ekaristi adalah Sakramen segala Sakramen (Sakramen agung). Santo
Atanasius menamakan pesta Paska "Minggu agung" (ep. fest. 1), sebagaimana
pekan suci di dunia timur dinamakan "pekan agung". Misteri
kebangkitan, di mana Kristus mengalahkan kematian, meresapi zaman kita yang
lama dengan kekuatannya yang besar, sampai segala sesuatu ditaklukkan kepada
Kristus.
1170 Dalam Konsili
Nisea (tahun 325) semua Gereja sepakat bahwa Paska Kristen harus dirayakan pada
Minggu sesudah bulan purnama pertama di musim semi 114 Nisan]. Perubahan
kalender yang dilakukan di Barat dalam tahun 1582 ("kalender
Gregorius" sesuai dengan nama Paus Gregorius XIII) menyebabkan pergeseran
beberapa hari terhadap kalender di Timur. Gereja-gereja Barat dan Timur
sekarang ini mencari satu kesepakatan, supaya mereka dapat merayakan lagi pesta
agung kebangkitan Tuhan pada hari yang sama.
1171 Tahun liturgi
adalah pengembangan dari berbagai aspek misteri Paska yang satu. Ini berlaku
terutama untuk daur pesta-pesta yang diatur di sekitar misteri Inkarnasi (Kabar
Gembira, Natal, Epifani) yang memperingati awal keselamatan kita dan
menyampaikan kepada kita buah-buah sulung dari misteri Paska.
Peringatan Orang Kudus dalam Tahun Liturgi
1172 "Dalam
merayakan lingkaran tahun misteri-misteri Kristus itu, Gereja suci menghormati
Santa Maria Bunda Allah dengan cinta kasih yang istimewa, karena secara tak
terceraikan terlibat dalam karya penyelamatan Puteranya. Dalam diri Maria,
Gereja mengagumi dan memuliakan buah penebusan yang serba unggul, dan dengan
gembira merenungkan apa yang sepenuhnya dicita-citakan dan didambakannya
sendiri bagaikan dalam citra yang paling jernih" (SC 103).
1173 Kalau dalam
daur tahunan, Gereja merayakan peringatan akan para martir dan para kudus yang
lain, maka ia "mewartakan misteri Paska" di dalam mereka, "yang
telah menderita dan dimuliakan bersama Kristus. Gereja menyajikan kepada kaum
beriman teladan mereka, yang menarik semua orang kepada Bapa melalui Kristus,
dan karena pahala-pahala mereka Gereja memohonkan karunia-karunia Allah"
(SC 104) Bdk. SC 108 dan 111..
Liturgi Ibadat Harian
1174 Misteri
Kristus - Inkarnasi dan Paska-Nya - kita rayakan di dalam Ekaristi, terutama
dalam himpunan pada hari Minggu. Misteri yang sama meresapi dan menyinari
jam-jam setiap hari oleh perayaan Ibadat Harian, "ofisi ilahi" Bdk.
SC 83-101.. Sambil mengikuti nasihat-nasihat apostolik, agar berdoa tanpa
henti-hentinya Bdk. 1 Tes 5:17; Ef 6:18., perayaan ini "disusun sedemikian
rupa, sehingga seluruh kurun hari dan malam disucikan dengan pujian kepada
Allah" (SC 84). Ia adalah "doa resmi Gereja" (SC 98) di mana
kaum beriman (klerus, kaum biara, dan awam) menjalankan imamat rajawi dari
orang-orang yang telah dibaptis. Dirayakan dalam bentuk yang sudah disetujui
oleh Gereja, Ibadat Harian ini "sungguh merupakan suara sang mempelai
sendiri, yang berwawancara dengan Mempelai Pria, bahkan juga doa Kristus
beserta Tubuh-Nya kepada Bapa" (SC 84). 2698
1175 Ibadat Harian
hendaknya menjadi doa seluruh Umat Allah. Di dalamnya Kristus melanjutkan
"tugas imamat itu melalui Gereja-Nya" (SC 83). Setiap orang mengambil
bagian dalamnya, sesuai dengan tempatnya di dalam Gereja dan keadaan hidupnya:
para imam, yang membaktikan diri untak pelayanan pastoral, karena mereka diajak
untuk tekun dalam doa dan dalam pelayanan Sabda Bdk. SC 86; 96; PO 5.; para
biarawan-biarawati atas dasar karisma hidup bakti mereka Bdk. SC 98., semua
orang beriman sesuai dengan kemungkinan mereka: Karena itu "para gembala
jiwa hendaknya berusaha, supaya ibadat-ibadat pokok, terutama Ibadat Sore, pada
hari Minggu dan hari-hari raya yang lebih meriah, dirayakan bersama di Gereja.
Dianjurkan agar para awam pun mengucapkan Ibadat Harian, entah bersama para
imam, entah antar mereka sendiri, atau bahkan secara perorangan" (SC 100).
1176 Merayakan
Ibadat Harian menuntut tidak hanya mencocokkan suara dengan hati yang berdoa,
tetapi juga "hendaknya mereka mengusahakan pembinaan yang lebih mendalam
tentang liturgi dan Kitab Suci, terutama mazmur-mazmur" (SC 90).
1177 Madah dan doa
permohonan dari Ibadat Harian memasukkan mazmur di dalam waktu Gereja sekian,
sehingga mereka menyatakan arti simbolik dari waktu harian, masa liturgi atau
pesta yang dirayakan. Pembacaan Sabda Allah, yang terjadi di tiap-tiap ibadat
(dengan susulan responsoria [lagu singkat] atau troparion), dan pada ibadat
bacaan pembacaan teks-teks bapa-bapa Gereja dan guru-guru rohani, mengantar
lebih jauh ke dalam arti misteri yang dirayakan, membantu mengerti mazmur dan
mempersiapkan doa meditasi. Dengan demikian pembacaan Kitab Suci [lectio
divina], di mana Sabda Allah dibaca dan direnungkan untuk menjadi doa, berakar
dalam perayaan liturgi.
1178 Ibadat Harian
yang seakan-akan merupakan kelanjutan perayaan Ekaristi, tidak ingin
menyingkirkan berbagai devosi Umat Allah, tetapi menghendakinya sebagai
pelengkap, terutama penyembahan dan penghormatan kepada Sakramen maha kudus
(Salve).
IV. * Di Mana Liturgi Dirayakan ?
1179 Ibadat
"dalam roh dan kebenaran" (Yoh 4:24) dari Perjanjian Baru tidak
terikat hanya pada satu tempat saja. Seluruh dunia adalah suci dan diserahkan
kepada anak-anak manusia. Kalau kaum beriman berkumpul di suatu tempat, maka
sangat penting bahwa mereka membiarkan diri "dipergunakan sebagai batu
hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani" (1 Ptr 2:5). Tubuh Kristus
yang telah bangkit adalah bait rohani, dari mana sumber air kehidupan mengalir.
Dihubungkan dengan Kristus oleh Roh Kudus, kita sendiri adalah "bait dari
Allah yang hidup" (2 Kor 6:16).
1180 Apabila
pelaksanaan kebebasan beragama tidak dihalang-halangi Bdk. DH4., warga Kristen
membangun gedung-gedung, yang ditentukan untuk ibadat. Gereja-gereja yang
kelihatan ini bukanlah tempat berhimpun yang biasa, melainkan melukiskan dan
menyaksikan Gereja, yang hidup di tempat ini, tempat tinggal Allah di antara
manusia-manusia yang didamaikan dan disatukan dalam Kristus.
1181 "Rumah
ibadat, tempat Ekaristi suci dirayakan dan disemayamkan, umat beriman
berkumpul, serta kehadiran Putera Allah Penyelamat kita, yang dikurbankan di
atas altar bagi kita, dihormati dengan sembah sujud demi bantuan serta
penghiburan umat beriman, harus rapi teratur dan sungguh cocok untuk
upacara-upacara ibadat" (PO 5) Bdk. SC 122-127.. Di "rumah
Allah" ini, kebenaran dan keserasian tanda-tanda yang melambangkannya,
harus mewartakan Kristus yang hadir dan berkarya di tempat ini Bdk. SC 7..
1182 Altar
Perjanjian Baru adalah salib Tuhan Bdk. Ibr 13:10., dari mana Sakramen-sakramen
misteri Paska mengalir di atas altar, yang adalah pusat gereja, kurban salib
dihadirkan di bawah tanda-tanda sakramental. Kita juga adalah meja Tuhan, ke
mana Umat Allah diundang Bdk. IGMR 259.. Dalam beberapa liturgi Timur, altar
adalah juga lambang makam (Kristus sungguh telah wafat dan telah bangkit).
1183 Tabernakel
harus ditempatkan "di dalam gereja di suatu tempat yang layak dan sangat
terhormat" (MF). Bentuk yang agung, tempat dan keamanan tabernakel
Ekaristi Bdk. SC 128., haru, mendukung penyembahan Tuhan, yang hadir dengan
sesungguhnya dalam Sakramen maha kudus di altar.
Krisma kudus [Myron] - pengurapan dengannya adalah tanda
pemeteraian sakramental oleh anugerah Roh Kudus - sesuai dengan kebiasaan lama
disimpan di suatu tempat yang aman di dalam gereja dan dihormati. Di sana juga
dapat disimpan minyak katekumen dan minyak orang sakit.
1184 Takhta
[catedra] Uskup atau kursi imam "harus memperlihatkan dengan baik
pelayanan, sebagai pemimpin umat dan tugasnya untuk memimpin doa" (IGMR
271).
Ambo: "Martabat Sabda Allah menuntut untuk
pewartaannya satu tempat khusus di dalam gereja, yang seperti dengan sendirinya
menarik perhatian umat beriman dalam upacara sabda" (IGMR 272).
1185 Himpunan Umat
Allah dimulai dalam Pembaptisan: Gereja harus mempunyai satu tempat untuk
perayaan Pembaptisan [baptisterium] dan melalui bejana air berkat menghidupkan
terutama peringatan akan janji-janji Pembaptisan.
Pembaharuan kehidupan terbaptis menuntut adanya
Pertobatan. Karena itu Gereja harus cocok untuk menyatakan penyesalan dan untuk
menerima pengampunan, yang membutuhkan satu tempat yang layak untuk menerima
orang yang datang mengakukan dosanya.
Gereja juga harus merupakan satu ruangan, yang mengundang
untuk merenung dan doa hening, yang memperluas dan memperdalam doa Ekaristi
yang agung.
1186 Gereja juga
mempunyai arti eskatologis. Untuk masuk ke dalam rumah Allah, orang harus
melewati satu ambang. Inilah lambang penyeberangan dari dunia yang sudah
dilukai dosa ke dunia kehidupan baru, ke mana semua manusia dipanggil. Gereja
yang kelihatan melambangkan rumah Bapa, ke mana Umat Allah sedang menuju dan di
mana Bapa "akan menghapus segala air mata dari mata mereka" (Why
21:4). Oleh karena itu, gereja adalah juga rumah yang terbuka lebar dan
mengundang semua anak Allah.
TEKS-TEKS SINGKAT
1187 Liturgi adalah karya Kristus paripurna, Kepala dan Tubuh. Imam
Agung kita merayakannya secara terus-menerus dalam liturgi surgawi, bersama
dengan Bunda Allah yang kudus, para Rasul, semua orang kudus dan semua manusia
yang telah masuk ke dalam Kerajaan surga.
1188 Dalam suatu perayaan liturgi, seluruh jemaat adalah
"selebran", setiap orang sesuai dengan tugasnya. Imamat orang yang
dibaptis adalah imamat seluruh Tubuh Kristus. Beberapa orang beriman menerima
Sakramen Tahbisan, supaya menghadirkan Kristus sebagai Kepala Tubuh.
1189 Perayaan liturgi mencakup tanda-tanda dan lambang-lambang, yang
berkaitan dengan ciptaan (terang, air, api) dengan kehidupan manusia (membasuh,
mengurapi, memecahkan roti) dan dengan sejarah keselamatan (ritus Paska).
Setelah ditarik masuk ke dalam dunia iman dan setelah dipengaruhi oleh kekuatan
Roh Kudus, unsur-unsur kosmis, ritus manusiawi, kegiatan yang mengingatkan
kepada Allah ini, menjadi penyalur karya Kristus yang menyelamatkan dan
menguduskan.
1190 Upacara Sabda adalah satu bagian hakiki dalam liturgi. Sabda Allah,
yang disampaikan dan persetujuan iman yang menjawabnya, menyatakan arti dari
perayaan.
1191 Nyanyian dan musik sangat erat hubungannya dengan kegiatan liturgi.
Untuk pemanfaatannya secara baik perlu diperhatikan yang berikut ini: doa harus
diungkapkan dengan indah; jemaat harus ikut serta sehati sejiwa dan perayaan
harus mempunyai sifat sakral.
1192 Gambar-gambar suci di gereja-gereja dan di rumah-rumah kita
diperuntukkan supaya membangkitkan iman kita kepada misteri Kristus dan
menumbuhkannya. Melalui ikon Kristus dan karya penyelamatan-Nya kita menyembah
kepada-Nya sendiri. Dengan gambar-gambar suci Bunda Allah tersuci, para
malaikat, dan para kudus kita menghormati pribadi-pribadi yang digambarkan di
situ.
1193 Hari Minggu,
"hari Tuhan" adalah hari perayaan Ekaristi yang utama, karena ia
adalah hari kebangkitan. Ia adalah hari perhimpunan liturgi, hari keluarga
Kristen, hari kegembiraan dan hari senggang. Ia adalail "inti dan dasar
seluruh tahun liturgi" (SC 106).
1194 "Namun
selama kurun waktu setahun Gereja memaparkan seluruh misteri Kristus, dari
penjelmaan serta kelahiran-Nya hingga kenaikan-Nya sampai hari Pentekosta dan
sampai penantian kedatangan Tuhan yang bahagia penuh harapan " (SC 102).
1195 Kalau Gereja
duniawi pada hari-hari tertentu tahun liturgi memperingan orang-orang kudus,
pada tempat pertama Bunda Allah tersuci, lalu para Rasul, para martir dan
orang-orang kudus yang lain, ia menyatakan bahwa ia disatukan dengan liturgi
surgawi. Ia memuji Kristus, karena Ia telah mengerjakan keselamatan-Nya di
dalam anggota-anggota-Nya yang dimuliakan. Contoh para kudus menguatkan Gereja
duniawi itu pada jalan menuju Bapa.
1196 Umat beriman
yang merayakan Ibadat Harian menyatukan diri melalut doa mazmur, melalui
renungan Sabda Allah, melalui madah dan pemberkatan dengan Kristus, Kepala
kita. Dengan demikian mereka menggabungkan diri dengan doa Kristus yang
terus-menerus dan yang mencakup seluruh dunia, yang memuliakan Bapa dan yang
memohon anugerah Roh Kudus ke atas seluruh dunia.
1197 Kristus adalah
bait Allah yang sebenarnya, "tempat, di mana kemuliaan-Nya tinggal".
Oleh rahmat Allah, orang-orang Kristen pun menjadi bait Roh Kudus, menjadi
batu-batu hidup, yang dengannya Gereja dibangun.
1198 Dalam
keberadaannya di dunia, Gereja membutuhkan tempat-tempat, di mana jemaat dapat
berkumpul: gereja-gereja kita yang kelihatan, tempat-tempat kudus, gambaran
kota suci, Yerusalem surgawi, yang kita songsong dalam penziarahan kita.
1199 Di dalam
gereja-gereja ini Gereja melaksanakan upacara ibadat secara resmi demi
penghormatan kepada Tritunggal Mahakudus, mendengarkan Sabda Allah dan
menyanyikan madah pujian, melambunggkan doanya dan membawa kurban Kristus, yang
hadir di tengah jemaat secara sakramental. Gereja-gereja ini adalah juga tempat
renungan batin dan doa pribadi.
ARTIKEL 4 * KEANEKARAGAMAN LITURGI - KESATUAN MISTERI
Tradisi-tradisi Liturgi dan Katolisitas Gereja
1200 Mulai dari
jemaat perdana di Yerusalem sampai kepada kedatangan Kristus kembali,
Gereja-gereja Allah yang Setia kepada iman apostolik, merayakan di mana-mana
misteri Paska yang sama. Misteri yang dirayakan dalam liturgi, tetap satu saja;
hanya bentuk perayaannya yang berlainan.
1201 Misteri
Kristus itu kaya tak terbatas, sehingga tidak ada satu liturgi yang dapat
menyatakannya secara sempurna dan penuh. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan
ritus-ritus memberi kesaksian mengenai keanekaragaman yang mengherankan dan
saling melengkapi. Selama Gereja-gereja yang mempraktikkan tradisi-tradisi
liturgi yang berbeda ini, hidup dalam persekutuan iman dan Sakramen-sakramen
iman, mereka saling memperkaya dan menjadi lebih kuat dalam kesetiaan kepada
tradisi dan kepada perutusan bersama seluruh Gereja Bdk. EN 63-64..
1202 Tradisi
liturgi yang berbeda-beda tumbuh dari perutusan Gereja. Gereja-gereja yang
berasal dari wilayah geografis dan kebudayaan yang satu dan sama, secara
perlahan-lahan mulai merayakan misteri Kristus dalam bentuk perwujudan yang
khusus dan sesuai dengan kebudayaan tertentu. Perbedaan bentuk terdapat dalam
gaya dan cara penyampaian ajaran iman Bdk. 2 Tim 1:14., dalam lambang liturgi,
dalam struktur persekutuan persaudaraan, dalam pemahaman teologis mengenai
misteri dan dalam bentuk kekudusan. Dengan demikian melalui kehidupan liturgi
satu Gereja tertentu, Kristus, Terang dan Keselamatan semua bangsa, disampaikan
kepada bangsa dan kebudayaan, kepada siapa Gereja ini diutus dan di dalam siapa
ia berakar. Gereja mencakup segala sesuatu: ia dapat memurnikan segala kekayaan
kebudayaan yang benar dan dengan demikian mengintegrasikannya ke dalam
kesatuannya sendiri Bdk. LG 23; UR 4..
1203 Tradisi-tradisi
liturgi atau ritus-ritus yang dewasa ini digunakan di dalam Gereja, adalah
ritus Latin (terutama ritus Roma, tetapi juga ritus Gereja lokal tertentu
seperti ritus Ambrosius atau ritus ordo tertentu), ritus Bisantin, ritus
Aleksandria atau Koptis, ritus Siria, Armenia, Maronit dan Kaidea.
"Akhirnya, setia mengikuti tradisi, Konsili suci menyatakan pandangan
Bunda Gereja yang kudus, bahwa semua ritus yang diakui secara sah mempunyai hak
dan martabat yang sama. Gereja menghendaki agar ritus-ritus itu di masa
mendatang dilestarikan dan dikembangkan dengan segala upaya" (SC 4).
Liturgi dan Aneka Kebudayaan
1204 Perayaan
liturgi harus sesuai dengan jiwa dan kebudayaan bangsa yang berbeda-beda Bdk.
SC 37-40.. Supaya misteri Kristus diwartakan kepada semua bangsa, "untuk
membimbing mereka kepada ketaatan iman" (Rm 16:26), haruslah ia
diwartakan, dirayakan dan dihidupkan dalam semua kebudayaan. Sementara itu
kebudayaan tidak dihapus oleh misteri, tetapi dibebaskan dan disempurnakan Bdk.
CT 53.. Oleh kebudayaan manusiawi yang mereka miliki yang diterima dan diubah
Kristus, anak-anak Allah dapat masuk kepada Bapa dan memuliakan Dia dalam satu
Roh.
1205 "Penyesuaian
harus memperhatikan kenyataan bahwa di dalam liturgi, dan terutama dalam
liturgi Sakramen-sakramen, terdapat satu bagian yang tidak berubah, karena ia
berasal dari Allah, sehingga Gereja harus melindunginya. Di samping itu ada
bagian-bagian yang dapat diubah dan kadang-kadang harus disesuaikan Gereja
dengan kebudayaan bangsa-bangsa yang baru menerima Injil Bdk. SC 21."
(Yohanes Paulus II, Sur. Ap. "Vicesimus quintus annus" 16).
1206 "Keanekaragaman
liturgi dapat memperkaya, tetapi dapat juga menimbulkan ketegangan, salah
paham, dan malahan perpecahan. Memang perbedaan dalam bidang ini tidak boleh
merugikan kesatuan. Ia hanya dapat mengungkapkan diri sambil memegang teguh
iman bersama, tanda-tanda sakramental yang Gereja telah terima dari Kristus,
dan persekutuan hierarki. Penyesuaian kepada kebudayaan menuntut pertobatan
hati dan, kalau perlu, kerelaan melepaskan kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak
dapat disatupadukan dengan iman Katolik" (ibid.).
TEKS-TEKS SINGKAT
1207 Sungguh tepat bahwa perayaan liturgi mencari jalan untuk
mengungkapkan diri dengan bantuan kebudayaan bangsa, di mana Gereja berada,
tanpa menggantungkan diri kepadanya. Tetapi liturgi sendiri juga mampu
menghasilkan dan membentuk kebudayaan.
1208 Tradisi liturgi yang berbeda-beda tetapi yang diakui secara resmi,
memberi kesaksian mengenai katolisitas Gereja karena melalui tanda mereka
menyatakan misteri Kristus yang satu dan sama dan menyampaikannya.
1209 Kriterium yang menjamin kesatuan dalam keanekaragaman
tradisi-tradisi liturgi, adalah kesetiaan kepada tradisi apostolik, artinya
kepada persekutuan dalam iman dan dalam Sakramen-sakramen, yang Gereja terima
dari para Rasul. Persekutuan ini nyata dalam suksesi apostolik dan dijamin
olehnya.
SEKSI II
TUJUH SAKRAMEN GEREJA
1210 Sakramen-sakramen
Perjanjian Baru ditetapkan oleh Kristus. Ada tujuh Sakramen: Pembaptisan,
Penguatan, Ekaristi, Pengakuan, Urapan Orang Sakit, Tahbisan, dan Perkawinan.
Ketujuh Sakramen ini mencakup semua tahap dan saat-saat penting kehidupan
seorang Kristen: mereka memberikan kelahiran dan pertumbuhan, penyembuhan dan
perutusan kepada iman orang Kristen. Jadi, ada semacam keserupaan antara tahap
kehidupan kodrati dan tahap kehidupan rohani Bdk. Tomas Aqu., s.th. 3,65,1.. 1113
1211 Sesuai dengan
analogi ini akan dibicarakan pertama-tama tiga Sakramen inisiasi Kristen (Bab
I), lalu sakraman penyembuhan (Bab II) dan akhirnya Sakramen-sakramen yang
diperuntukkan bagi persekutuan dan perutusan umat beriman (Bab III). Urutan ini
bukan kemungkinan satu-satunya, melainkan memperlihatkan bahwa
Sakramen-sakramen ini membentuk satu keseluruhan organis, di mana setiap
Sakramen mendapat tempatnya yang penting bagi kehidupan. Di dalam organisme ini
Ekaristi sebagai "Sakramen segala Sakramen" mendapat tempat khusus:
"Semua Sakramen yang lain diarahkan kepadanya sebagai tujuannya"
(Tomas Aqu., s.th. 3,65,3). 1374
BAB I
SAKRAMEN-SAKRAMEN
INISIASI KRISTEN
1212 Sakramen-sakramen
inisiasi Kristen - Pembaptisan, Penguatan, dan Ekaristi - meletakkan
dasar-dasar kehidupan Kristen. "Dianugerahi oleh rahmat Kristus, manusia
diberi bagian dalam kodrat ilahi. Dalam hal ini terdapat keserupaan tertentu
dengan jadinya, bertumbuhnya, dan dikuatkannya kehidupan kodrati itu.
Dilahirkan kembali dalam Pembaptisan, umat beriman diteguhkan oleh Sakramen
Penguatan dan dikuatkan oleh roti kehidupan abadi dalam Ekaristi. Jadi, oleh
Sakramen-sakramen inisiasi mereka dibawa masuk semakin jauh ke dalam kehidupan
Allah dan semakin mendekati cinta yang sempurna" (Paulus VI, Ap. Konst.
"Divinae consortium naturae") Bdk. OICA praenotanda 1-2..
ARTIKEL 1 * SAKRAMEN PEMBAPTISAN
Tradisi-tradisi Liturgi dan Katolisitas Gereja
1213 Pembaptisan
suci adalah dasar seluruh kehidupan Kristen, pintu masuk menuju kehidupan dalam
roh [vitae spiritualis ianua] dan menuju Sakramen-sakramen yang lain. Oleh
Pembaptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai
putera-puteri Allah; kita menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukkan ke dalam
Gereja dan ikut serta dalam perutusannya (Bdk. Konsili Firense: DS 1314; CIC,
cann. 204
§ 1; 849; CCEO, can. 675 § 1.: "Pembaptisan adalah Sakramen kelahiran kembali oleh air dalam
Sabda" (Catech. R. 2,2,5).
I. * Bagaimana Sakramen Ini Dinamakan ?
1214 Orang
menamakannya Pembaptisan sesuai dengan inti ritusnya: membaptis [bahasa Yunani
"baptizein"] berarti
"mencelup". Pencelupan ke dalam air melambangkan dimakamkannya
katekumen ke dalam kematian Kristus, dari mana ia keluar melalui kebangkitan
bersama Dia (Bdk. Rm. 6:3-4; Kol 2:12. sebagai "ciptaan baru" (2 Kor
5:17; Gal 6:15)).
1215 Sakramen ini
juga dinamakan "permandian kelahiran kembali dan pembaharuan yang
dikerjakan oleh Roh Kudus" (Tit 3:5), karena menandakan dan melaksanakan
kelahiran dari air dan dari Roh, yang dibutuhkan setiap orang untuk "dapat
masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Yoh 3: 5).
1216 "Pembaptisan
ini dinamakan penerangan, karena siapa yang menerima pelajaran [katekese] ini,
diterangi oleh Roh" (Yustinus, apol. 1,61,12). Karena di dalam Pembaptisan
ia telah menerima Sabda, "terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap
orang" (Yoh 1:9), maka orang yang dibaptis itu, setelah "menerima
terang" (Ibr 10:32) menjadi putera "terang" (1 Tes 5:5), ya
malah menjadi "terang" itu sendiri (Ef 5:8).
"Pembaptisan adalah anugerah Allah yang paling indah
dan paling mulia.... Kita menamakannya anugerah, rahmat, pengurapan,
penerangan, busana kebakaan, permandian kelahiran kembali, meterai, dan menurut
apa saja yang sangat bernilai. Anugerah, karena ia diberikan kepada mereka.
yang tidak membawa apa-apa; rahmat, karena ia malah diberikan kepada orang yang
bersalah; pembaptisan, karena dosa dikuburkan di dalam air; pengurapan, karena
ia adalah kudus dan rajawi (seperti orang yang diurapi); penerangan, karena ia
adalah terang yang bersinar; busana, karena ia menutupi noda-noda kita;
permandian, karena ia membersihkan; meterai, karena ia melindungi kita dan
merupakan tanda kekuasaan Allah" (Gregorius dari Nasianze, or. 40, 3-4).
II. * Pembaptisan dalam Tata Keselamatan
Pratanda Pembaptisan dalam Perjanjian Lama
1217 Waktu
pemberkatan air pembaptisan dalam liturgi Malam Paska, Gereja memperingati
secara meriah peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah keselamatan yang sudah
menunjuk kepada misteri pembaptisan:
"Allah, kekuasaan-Mu yang tidak kelihatan
mengerjakan keselamatan umat manusia oleh tanda yang kelihatan. Dengan aneka
ragam cara Engkau telah memilih air, supaya ia menunjuk kepada rahasia
Pembaptisan" (MR, Malam Paska 42: Pemberkatan air pembaptisan).
1218 Sejak awal
dunia, air - makhluk yang sederhana, tetapi mengagumkan ini - adalah sumber
kehidupan dan kesuburan. Menurut Kitab Suci ia seakan-akan dinaungi oleh Roh Kudus (Bdk. Kej 1:2):
"Sudah sejak awal ciptaan Roh melayang-layang di
atas air dan memberi kekutan kepadanya, supaya menyelamatkan dan
menguduskan" (MR, Malam Paska 42: Pemberkatan air pembaptisan).
1219 Gereja
memandang bahtera Nuh sebagai pratanda keselamatan oleh Pembaptisan. Di dalam
bahtera Nuh hanya "sedikit yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air
bah itu" (1 Ptr 3:20):
"Malahan air bah adalah tanda Pembaptisan, karena
air membawa keruntuhan bagi dosa dan satu awal baru untuk kehidupan kudus"
(MR, Malam Paska 42: Pemberkatan air pembaptisan).
1220 Air dari mata
air adalah- lambang kehidupan, air laut lambang kematian. Oleh karena itu, air
juga dapat menunjuk kepada misteri salib. Atas dasar lambang ini lalu
Pembaptisan merupakan satu keikutsertaan di dalam kematian Kristus.
1221 Terutama
penyeberangan melalui Laut Merah - pembebasan Israel yang sebenarnya dari
perhambaan Mesir - menyatakan pembebasan yang dilaksanakan oleh Pembaptisan:
"Ketika anak-anak Abraham, setelah dibebaskan dari
perhambaan Firaun, melewati Laut Merah dengan kaki kering, mereka adalah
pratanda bagi umat beriman, yang oleh air pembaptisan dibebaskan dari
perhambaan yang jahat" (MR. Malam Paska 42: Pemberkatan air pembaptisan).
1222 Akhirnya
pratanda Pembaptisan juga adalah penyeberangan sungai Yordan, yang olehnya Umat
Allah menerima hadiah tanah, yang dijanjikan kepada keturunan Abraham - satu
pratanda kehidupan abadi. Janji akan warisan yang membahagiakan ini terpenuhi
dalam Perjanjian Baru.
1223 Semua pratanda
Perjanjian Lama mendapatkan penyempurnaannya di dalam Yesus Kristus. Ia memulai
kehidupan-Nya di depan umum sesudah Pembaptisan-Nya di sungai Yordan (Bdk. Mat
3:13 par). Setelah kebangkitan-Nya Ia memberi perutusan kepada para Rasul:
"Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Mat 28:19-20) (Bdk. Mrk 16:15-16).
1224 Untuk
"menggenapkan seluruh kehendak Allah" (Mat 3:15) Tuhan kita telah
menerima dengan sukarela pembaptisan oleh Yohanes, yang ditentukan untuk para
pendosa. Dalam tindakan ini terlihatlah "pengosongan diri" Yesus (Bdk.
Flp 2:7). Roh, yang melayang-layang di atas air penciptaan pertama, turun ke
atas Kristus, untuk menunjukkan penciptaan baru, dan Bapa memberi kesaksian
tentang Yesus sebagai "Putera-Nya yang kekasih" (Mat 3:17).
1225 Di dalam
Paska-Nya Kristus telah membuka sumber-sumber Pembaptisan untuk semua manusia.
Ia berbicara mengenai kesengsaraan-Nya, yang akan Ia alami di Yerusalem,
sebagai satu "pembaptisan", yang dengannya Ia harus
"dibaptiskan" (Mrk 10:38) (Bdk. Luk 12:50). Darah dan air, yang
mengalir dari lambung Yesus yang tertikam (Bdk. Yoh 19:34), merupakan gambaran
asli Pembaptisan dan Ekaristi, Sakramen kehidupan baru (Bdk. 1 Yoh 5:6-8).
Dengan demikian kita dimungkinkan untuk "dilahirkan dalam air dan
Roh", supaya masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yoh 3:5):
"Lihatlah, di mana engkau dibaptis, dari mana
Pembaptisan datang, kalau bukan dari salib Kristus, dari kematian Kristus. Di
dalamnya terletak seluruh misteri: Ia telah menderita untuk engkau. Di dalam
Dia engkau telah ditebus, di dalam Dia engkau telah diselamatkan (Ambrosius,
sacr. 2,6).
Pembaptisan di Dalam Gereja
1226 Pada hari
Pentekosta, Gereja sudah merayakan dan menerimakan Pembaptisan kudus. Santo
Petrus berkata kepada rakyat, yang sangat terharu oleh khotbahnya:
"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis
dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima
karunia Roh Kudus" (Kis 2:38). Para Rasul dan rekan kerjanya menawarkan
Pembaptisan kepada semua orang yang percaya kepada Yesus: orang Yahudi, orang
yang takut akan Allah, dan orang kafir (Bdk. Kis 2:41; 8,12-13; 10:48; 16:15).
Pembaptisan selalu dihubung-hubungkan dengan iman: "Percayalah kepada
Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu",
demikian perkataan santo Paulus kepada kepala penjaranya di Filipi. Dan
"seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis" (Kis
16:31.33). 849
1227 Menurut santo
Paulus, seorang yang percaya diikutsertakan di dalam kematian Kristus oleh
Pembaptisan; ia dimakamkan bersama Dia dan bangkit bersama Dia.
"Tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah
dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita
telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya,
sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan
Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru" (Rm 6:3-4) Bdk.
Kol 2:12.. 790
Umat beriman "telah mengenakan
Kristus [sebagai busana]" (Gal 3:27). Berkat Roh Kudus, Pembaptisan adalah
permandian yang menyucikan, menguduskan, dan membenarkan .
1228 Jadi,
Pembaptisan adalah permandian dalam air, di mana "benih yang tidak
fana", yakni Sabda Allah, menghasilkan daya yang menghidupkan (Bdk. 1 Ptr
1:23; Ef 5:26). Santo Agustinus mengatakan tentang Pembaptisan: "Perkataan
ditambah pada unsur [materi], dan terjadilah Sakramen" (ev. Jo. 80,3).
III. * Bagaimana Sakramen Pembaptisan Dirayakan ?
Inisiasi Kristen
1229 Orang menjadi
Kristen - sudah sejak zaman para Rasul - dengan mengikuti jalan inisiasi dalam
beberapa tahap. Jalan ini dapat ditempuh cepat atau perlahan. Tetapi ia harus
selalu mempunyai beberapa unsur hakiki: pewartaan Sabda, penerimaan Injil yang
menuntut pertobatan, pengakuan iman, Pembaptisan itu sendiri, pemberian Roh
Kudus, dan penerimaan ke dalam persekutuan Ekaristi.
1230 Inisiasi ini,
dalam peredaran waktu dan sesuai dengan pelbagai situasi, dilaksanakan atas
cara berbeda. Dalam abad-abad pertama Gereja, inisiasi Kristen ini mengalami
pengembangan yang luas: waktu yang lama untuk katekumenat, dan satu deretan
ritus, yang menandakan jalan persiapan secara liturgis, akhirnya mengantar ke
perayaan Sakramen-sakramen inisiasi Kristen. 1248
1231 Ditempat
dimana Pembaptisan anak-anak sudah menjadi bentuk yang sangat biasa untuk
pemberian Pembaptisan, perayaan ini sangat dipersingkat menjadi satu upacara,
yang mencakup juga tahap-tahap awal menuju inisiasi Kristen dalam bentuk sangat
singkat. Pembaptisan anak-anak menuntut dengan sendirinya katekumenat sesudah
Pembaptisan. Pada kesempatan itu tidak hanya diperhatikan pengajaran iman yang
perlu sesudah Pembaptisan, tetapi juga pengembangan rahmat Pembaptisan dalam
perkembangan pribadi orang yang dibaptis. Di sinilah pelajaran katekese
mendapat tempatnya.
1232 Konsili Vatikan
II mengadakan kembali "katekumenat bertahap untuk orang dewasa" dalam
Gereja Latin (SC 64). Ritusnya dapat ditemukan dalam Ordo Initiationis
Christianae Adultorum (1972). Di samping itu Konsili memperbolehkan, supaya
"di daerah-daerah misi... dimasukkan juga unsur-unsur inisiasi yang
terdapat sebagai kebiasaan pada masing-masing bangsa, sejauh itu dapat
disesuaikan dengan upacara kristiani" (SC 65) (Bdk. SC 37-40).
1233 Dalam segala
ritus Latin dan Gereja Timur dewasa ini, inisiasi Kristen untuk orang dewasa
mulai dengan penerimaan ke dalam katekumenat, sampai memuncak dalam perayaan
ketiga Sakramen, - Pembaptisan, Penguatan dan Ekaristi - dalam satu upacara (Bdk.
AG 13; CIC, cann. 851; 865; 866). Dalam ritus Gereja Timur inisiasi Kristen
untuk anak-anak mulai dengan Pembaptisan, yang langsung disusul oleh Penguatan
dan penerimaan Ekaristi. Sedangkan dalam ritus Roma inisiasi berjalan terus
selama tahun-tahun katekumenat, supaya kemudian diselesaikan oleh penerimaan
Penguatan dan Ekaristi, puncak inisiasi Kristen (Bdk. CIC, cann. 851,20).
Mistagogi Perayaan
1234 Arti dan
rahmat Sakramen Pembaptisan tampak dengan jelas dalam ritus perayaan. Kalau
umat beriman dengan penuh perhatian mengikuti perbuatan dan perkataan dari
perayaan ini mereka diantar ke dalam kekayaan-kekayaan, yang ditandakan dan
dikerjakan Sakramen ini dalam tiap penerima baptis yang baru.
1235 Tanda Salib
pada awal perayaan menyatakan bahwa Kristus mengukir tanda-Nya pada orang yang
akan bergabung dengan-Nya. Ia menandakan rahmat penebusan, yang Kristus telah
beroleh bagi kita dengan salib-Nya.
1236 Pewartaan
Sabda Allah menerangi penerima baptis dan jemaat oleh kebenaran yang diwahyukan
dan memancing jawaban iman. Iman tidak dapat dipisahkan dari Pembaptisan.
Pembaptisan itu atas cara yang khusus adalah "Sakramen iman", karena
melalui dia orang masuk secara sakramental ke dalam kehidupan iman.
1237 Karena
Pembaptisan adalah tanda pembebasan dari dosa dan penggodanya, ialah setan,
maka diucapkan satu atau beberapa eksorsisme ke atas orang yang dibaptis.
Selebran mengurapi orang yang dibaptis atau meletakkan tangan di atasnya;
sesudah itu orang yang dibaptis dengan tegas menyangkal setan. Dengan persiapan
ini, ia dapat mengakui iman Gereja, yang dipercayakan kepadanya melalui
Pembaptisan (Bdk. Rm 6:17).
1238 Air
pembaptisan diberkati dengan doa epiklese pada perayaan pembaptisan itu sendiri
atau pada malam Paska. Gereja berdoa kepada Allah supaya kekuatan Roh Kudus
turun ke atas air ini melalui Putera-Nya, sehingga semua orang yang menerima
Pembaptisan di dalamnya, "dilahirkan dari air dan Roh" (Yoh 3:5).
1239 Sesudah itu
menyusul ritus inti dari Sakramen ini: pembaptisan yang sebenarnya. Ia
menandakan dan benar-benar menyebabkan kematian terhadap dosa serta menghantar
masuk ke dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus, karena orang yang dibaptis itu
diikutsertakan dalam misteri Paska Kristus. Atas cara yang paling nyata
pembaptisan dilaksanakan melalui pencelupan ke dalam air pembaptisan sebanyak
tiga kali. Tetapi sudah sejak zaman Kristen purba ia juga dapat diterimakan,
dengan menuangkan air sebanyak tiga kali di atas kepala orang yang dibaptis.
1240 Dalam Gereja
Latin pemberi Pembaptisan berkata : "N. aku membaptis engkau atas nama
Bapa dan Putera dan Roh Kudus", sambil mencurahkan air sebanyak tiga kali.
Di dalam ritus Gereja Timur katekumen menghadap ke timur dan imam berkata:
"Pelayan Allah N. dibaptis atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus".
Dan setiap kali ia mengucapkan salah satu nama dari Tritunggal Mahakudus, ia
mencelupkan orang yang dibaptis itu ke dalam air dan mengeluarkannya lagi.
1241 Pengurapan
dengan minyak krisma yang kudus - satu minyak wangi yang diberkati Uskup -
berarti bahwa Roh Kudus diserahkan kepada yang baru dibaptis. Ia menjadi
seorang Kristen, artinya seorang yang "diurapi" oleh Roh Kudus,
digabungkan sebagai anggota dalam Kristus, yang telah diurapi menjadi imam,
nabi, dan raja (Bdk. OBP 62).
1242 Dalam liturgi
Gereja-gereja Timur pengurapan sesudah pembaptisan adalah Sakramen Krisma
(Penguatan). Dalam Liturgi Roma ia menunjuk kepada pengurapan kedua dengan
krisma kudus, yang akan diberikan Uskup: Sakramen Penguatan, yang dalam arti
tertentu "menguatkan" dan menyelesaikan urapan Pembaptisan.
1243 Kain putih
berarti, bahwa orang yang telah dibaptis mengenakan "Kristus [sebagai
busana]" (Gal 3:27): ia telah bangkit bersama Kristus. Lilin baptis, yang
dinyalakan pada lilin Paska berarti bahwa Kristus telah menerangi orang yang
baru dibaptis. Di dalam Kristus, orang-orang yang dibaptis adalah "terang
dunia" (Mat 5:14) (Bdk. Flp 2:15). Sekarang orang yang baru dibaptis itu,
dalam Putera tunggal dijadikan anak Allah. Ia dapat mendoakan doa anak-anak
Allah: Bapa Kami.
1244 Komuni kudus
pertama. Setelah menjadi anak Allah dan menerima pakaian perkawinan, orang yang
baru dibaptis diterima dalam "perjamuan kawin Anak Domba" dan
menerima makanan kehidupan baru, tubuh dan darah Kristus. Gereja-gereja Timur
sangat sadar akan kesatuan inisiasi Kristen dan karena itu mereka memberi
komuni kudus kepada semua orang yang baru dibaptis dan dikuatkan, malahan juga
kepada anak-anak, dengan mengingat Sabda Tuhan: "Biarkan anak-anak itu
datang kepada-Ku; jangan menghalang-halangi mereka" (Mrk 10:14). Gereja
Latin mengkhususkan langkah menerima komuni kudus bagi mereka yang telah
mencapai usia memadai untuk berpikir, tetapi menyatakan hubungan Pembaptisan dengan
Ekaristi dengan cara bahwa anak yang baru dibaptis, dibawa ke altar untuk doa
Bapa Kami.
1245 Berkat mulia
mengakhiri upacara Pembaptisan. Dalam Pembaptisan anak-anak kecil, pemberkatan
ibu mempunyai arti yang khusus.
IV * Siapa Dapat Menerima Pembaptisan ?
1246 "Yang
dapat dibaptis ialah setiap orang dan hanya orang yang belum dibaptis"
(CIC, can. 864; CCEO, can. 679).
Pembaptisan Orang Dewasa
1247 Sejak awal
Gereja, Pembaptisan orang-orang dewasa diberikan paling sering di tempat, di
mana Injil belum lama diwartakan. Karena itu katekumenat [persiapan
Pembaptisan] mendapat tempat yang penting. Sebagai bimbingan ke dalam iman dan
kehidupan Kristen, ia harus mempersiapkan orang untuk menerima rahmat Allah di
dalam Pembaptisan, Penguatan, dan Ekaristi.
1248 Waktu
persiapan ini, bertujuan membantu katekumen untuk memberi jawaban kepada
tawaran keselamatan ilahi dan untuk mematangkan pertobatan dan imannya dalam
kesatuan dengan persekutuan Gereja. Yang dipentingkan di sini ialah suatu
"pembinaan dalam seluruh hidup kristiani dan masa percobaan yang lamanya
memadai, yang membantu para murid untuk bersatu dengan Kristus Guru mereka.
Maka hendaknya para katekumen diantar sebagaimana harusnya untuk memasuki
rahasia keselamatan, menghayati cara hidup menurut Injil, dan ikut serta dalam
upacara-upacara suci, yang harus dirayakan dari masa ke masa. Hendaknya mereka
diajak memulai hidup dalam iman, merayakan liturgi dan mengamalkan cinta kasih
Umat Allah" (AG 14) Bdk. OICA 19 dan 98..
1249 Para katekumen
"sudah termasuk rumah (keluarga) Kristus, dan tidak jarang sudah
menghayati kehidupan iman, harapan, dan cinta kasih" (AG 14). "Bunda
Gereja sudah memeluk mereka sebagai putera-puteranya dengan cinta kasih dan
perhatiannya (LG 14) Bdk. CIC, cann. 206;
Pembaptisan Anak-anak
1250 Karena
anak-anak dilahirkan dengan kodrat manusia yang jatuh dan dinodai dosa asal,
maka mereka membutuhkan kelahiran kembali di dalam Pembaptisan Bdk. DS 1514.,
supaya dibebaskan dari kekuasaan kegelapan dan dimasukkan ke dalam kerajaan
kebebasan anak-anak Allah Bdk. Kol 1:12-14., ke mana semua manusia dipanggil.
Dalam Pembaptisan anak-anak dapat dilihat dengan jelas sekali bahwa rahmat
keselamatan itu diberikan tanpa jasa kita. Gereja dan orang-tua akan
menghalangi anak-anaknya memperoleh rahmat tak ternilai menjadi anak Allah,
kalau mereka tidak dengan segera membaptisnya sesudah kelahiran Bdk. CIC, can.
867; CCEO, cann. 681; 686,1.. 403,
1996
1251 Orang-tua
Kristen harus mengerti bahwa kebiasaan ini sesuai dengan tugasnya, memajukan
kehidupan yang Tuhan percayakan kepada mereka Bdk. LG 11; 41; GS 48; CIC, can
868..
1252 Adalah satu
tradisi Gereja yang sangat tua membaptis anak-anak kecil. Dari abad kedua kita
sudah memiliki kesaksian jelas mengenai kebiasaan ini. Barangkali sudah pada
awal kegiatan khotbah para Rasul, bila seluruh "rumah" menerima
Pembaptisan Bdk. Kis 16:15.33; 18:8; 1 Kor 1:16. anak-anak juga ikut dibaptis
Bdk. CDF. Instr. "Pastoralis actio"..
Iman dan Pembaptisan
1253 Pembaptisan
adalah Sakramen iman Bdk. Mrk 16:16.. Iman membutuhkan persekutuan umat
beriman. Setiap orang beriman hanya dapat beriman dalam iman Gereja. Iman, yang
dituntut untuk Pembaptisan, tidak harus sempurna dan matang; cukuplah satu
tahap awal yang hendak berkembang. Kepada para katekumen atau walinya
disampaikan pertanyaan: "Apa yang kamu minta dari Gereja Allah ?" Dan
ia menjawab: "Iman".
1254 Pada semua
orang yang sudah dibaptis, apakah anak-anak atau orang dewasa, iman masih harus
tumbuh sesudah Pembaptisan. Persiapan Pembaptisan hanya menghantar sampai ke
ambang kehidupan baru. Pembaptisan adalah sumber kehidupan baru dalam Kristus,
yang darinya seluruh kehidupan Kristen mengalir. Karena itu, setiap tahun pada
malam Paska, Gereja merayakan pembaharuan janji Pembaptisan.
1255 Supaya rahmat
Pembaptisan dapat berkembang, bantuan orang-tua sangat penting. Juga bapa dan
ibu wali harus turut bertanggung jawab. Mereka harus menjadi orang Kristen yang
baik, yang mampu dan siap mendampingi anak dan orang dewasa yang baru dibaptis
pada jalan kehidupan Kristen Bdk. CIC, cann. 872-874.. Tugas mereka adalah
jabatan gerejani yang sebenarnya [officium] Bdk. SC 67.. Seluruh persekutuan
Gereja ikut bertanggung jawab untuk pengembangan dan perlindungan rahmat Pembaptisan.
V. * Siapa Dapat Membaptis ?
1256 Biasanya
pelayan Pembaptisan adalah Uskup dan imam dan, dalam Gereja Latin, juga diaken
Bdk. CIC, can. 861, ? 1; CCEO, can. 677, ? 1.. Dalam keadaan darurat setiap
orang, malahan juga seorang yang belum dibaptis, dapat menerimakan Pembaptisan,
asal saja ia mempunyai niat yang diperlukan: Ia harus bersedia melakukan, apa
yang dilakukan Gereja , waktu Pembaptisan, dan memakai rumusan Pembaptisan yang
trinitaris. Gereja melihat alasan untuk kemungkinan ini dalam kehendak
keselamatan Allah yang mencakup semua orang Bdk. 1 Tim 2:4. dan perlunya
Pembaptisan Bdk. DS 1315; 646; CIC, can. 861, ? 2. demi keselamatan Bdk. Mrk
16:16..
VI. * Perlunya Pembaptisan
1257 Tuhan sendiri
mengatakan bahwa Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan Bdk. Yoh 3:5.. Karena
itu, Ia memberi perintah kepada para murid-Nya, untuk mewartakan Injil dan
membaptis semua bangsa Bdk. Mat 28:19-20; DS 1618; LG 14; AG 5.. Pembaptisan
itu perlu untuk keselamatan orang-orang, kepada siapa Injil telah diwartakan
dan yang mempunyai kemungkinan untuk memohon Sakramen ini Bdk. Mrk 16:16..
Gereja tidak mengenal sarana lain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah
masuk ke dalam kebahagiaan abadi. Karena itu, dengan rela hati ia mematuhi
perintah yang diterimanya dari Tuhan, supaya membantu semua orang yang dapat
dibaptis, untuk memperoleh "kelahiran kembali dari air dan Roh".
Tuhan telah mengikatkan keselamatan pada Sakramen Pembaptisan, tetapi Ia
sendiri tidak terikat pada Sakramen-sakramen-Nya. 1129, 161, 846
1258 Gereja sudah
sejak dahulu yakin bahwa orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa
sebelumnya menerima Pembaptisan, telah dibaptis untuk dan bersama Kristus oleh
kematiannya. Pembaptisan darah ini demikian pula kerinduan akan Pembaptisan menghasilkan
buah-buah Pembaptisan walaupun tidak merupakan Sakramen.
1259 Bagi para
katekumen yang mati sebelum Pembaptisan, kerinduan yang jelas untuk menerima
Pembaptisan, penyesalan atas dosa-dosanya, dan cinta kasih sudah menjamin
keselamatan yang tidak dapat mereka terima melalui Sakramen itu.
1260 "Sebab
karena Kristus telah wafat bagi semua orang, dan panggilan terakhir manusia
benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa
Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang, untuk bergabung dengan cara
yang diketahui oleh Allah dengan misteri Paska itu" (GS 22) Bdk. LG 16; AG
7.. Setiap manusia yang tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja-Nya, tetapi
mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya akan
hal itu, dapat diselamatkan. Orang dapat mengandaikan bahwa orang-orang semacam
itu memang menginginkan Pembaptisan, seandainya mereka sadar akan peranannya
demi keselamatan.
1261 Anak-anak yang
mati tanpa Pembaptisan, hanya dapat dipercayakan Gereja kepada belas kasihan
Allah, seperti yang ia lakukan dalam ritus penguburan mereka. Belas kasihan
Allah yang besar yang menghendaki, agar semua orang diselamatkan Bdk. 1 Tim
2:4., cinta Yesus yang lemah lembut kepada anak-anak, yang mendorong-Nya untuk mengatakan:
"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku; jangan menghalang-halangi
mereka" (Mrk 10:14), membenarkan kita untuk berharap bahwa untuk anak-anak
yang mati tanpa Pembaptisan ada satu jalan keselamatan. Gereja meminta dengan
sangat kepada orang-tua, agar tidak menghalang-halangi anak-anak, untuk datang
kepada Kristus melalui anugerah Pembaptisan kudus.
VII. * Rahmat Pembaptisan
1262 Pelbagai
akibat Pembaptisan dinyatakan oleh unsur-unsur yang kelihatan dalam ritus
sakramental. Pencelupan ke dalam air adalah lambang kematian dan pembersihan,
tetapi juga kelahiran kembali dan pembaharuan. Jadi, kedua akibat pokok adalah
pembersihan dari dosa dan kelahiran kembali dalam Roh Kudus (Bdk. Kis 2:38; Yoh
3:5).
Demi Pengampunan Dosa...
1263 Oleh
Pembaptisan diampunilah semua dosa, dosa asal, dan semua dosa pribadi serta
siksa-siksa dosa (Bdk. DS 1316). Di dalam mereka yang dilahirkan kembali, tidak
tersisa apa pun yang dapat menghalang-halangi mereka untuk masuk ke dalam
Kerajaan Allah. Baik dosa Adam maupun dosa pribadi demikian pula akibat-akibat
dosa, yang terparah darinya adalah pemisahan dari Allah, semuanya tidak ada
lagi.
1264 Tetapi di
dalam orang-orang yang dibaptis tetap ada beberapa akibat sementara dari dosa:
penderitaan, penyakit, kematian, kelemahan yang berhubungan dengan kehidupan
(seperti misalnya kelemahan tabiat), serta kecondongan kepada dosa, yang
tradisi namakan sebagai concupiscentia
[keinginan tak teratur] atau, secara kiasan, "dapur dosa" [fomes peccati]. Karena keinginan tak
teratur "tertinggal untuk perjuangan, maka ia tidak akan merugikan mereka,
yang tidak menyerah kepadanya dan yang dengan bantuan rahmat Yesus Kristus
menantangnya dengan perkasa. Malahan lebih dari itu, 'siapa yang berjuang
dengan benar, akan menerima mahkota' (2 Tim 2:5)" (Konsili Trente: DS
1515).
"Satu Ciptaan Baru"
1265 Pembaptisan
tidak hanya membersihkan dari semua dosa, tetapi serentak menjadikan orang yang
baru dibaptis suatu "ciptaan baru" (2 Kor 5:17), seorang anak angkat
Allah Bdk. Gal 4:5-7.; ia "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (2
Ptr 1:4), adalah anggota Kristus Bdk. 1 Kor 6:15; 12:27., "ahli
waris" bersama Dia (Rm 8:17) dan kenisah Roh Kudus Bdk. 1 Kor 6:19..
1266 Tritunggal
Mahakudus menganugerahkan kepada yang dibaptis rahmat pengudusan, rahmat
pembenaran, yang
menyanggupkan dia oleh kebajikan-kebajikan ilahi, supaya
percaya kepada Allah, berharap kepada-Nya, dan mencintai-Nya;
menyanggupkan dia oleh anugerah-anugerah Roh Kudus, supaya
hidup dan bekerja di bawah dorongan Roh Kudus;
menyanggupkan dia oleh kebajikan-kebajikan susila, supaya
bertumbuh dalam kebaikan.
Dengan demikian, berakarlah seluruh organisme kehidupan
adikodrati seorang Kristen di dalam Pembaptisan kudus.
Digabungkan ke Dalam Gereja, Tubuh Kristus
1267 Pembaptisan
menjadikan kita anggota-anggota Tubuh Kristus. "Kita adalah sesama
anggota" (Ef 4:25). Pembaptisan menggabungkan kita ke dalam Gereja. Dari
dalam bejana pembaptisan dilahirkanlah umat Allah Perjanjian Baru yang unik,
yang mengatasi semua batas alami dan manusiawi menyangkut negara, kebudayaan,
bangsa, dan keturunan. "Dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi,
maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka telah dibaptis menjadi
satu tubuh" (1 Kor 12:13).
1268 Orang yang
sudah dibaptis menjadi "batu hidup" yang dipergunakan untuk membangun
"rumah rohani" dan "imamat kudus" (1 Ptr 2:5). Oleh
Pembaptisan mereka mengambil bagian dalam imamat Kristus, dalam perutusan-Nya
sebagai nabi dan raja. Mereka adalah "bangsa yang terpilih, imamat yang
rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya [mereka]
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil
[mereka] keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (1 Ptr 2:9).
Pembaptisan memberi bagian dalam imamat bersama umat beriman.
1269 Setelah
menjadi anggota Gereja orang yang dibaptis bukan lagi miliknya sendiri (Bdk. 1
Kor 6:19), melainkan milik Dia, yang telah wafat dan bangkit untuk kita (Bdk. 2
Kor 5:15). Karena itu, di dalam persekutuan Gereja ia harus merendahkan diri
kepada orang lain (Bdk. Ef 5:21; 1 Kor 16:15-16), melayani mereka (Bdk. Yoh
13:12-15), mematuhi pemuka-pemuka Gereja, tunduk kepada mereka (Bdk. Ibr 13:17),
mengakui dan menghormati mereka (Bdk. 1 Tes 5:12-13). Seperti Pembaptisan itu
mengakibatkan tanggung jawab dan kewajiban, demikian orang yang dibaptis
mempunyai juga hak-hak di dalam Gereja: hak untuk menerima Sakramen-sakramen,
dikuatkan oleh Sabda Allah, dan ditopang oleh bantuan rohani Gereja lainnya (Bdk.
LG 37; CIC, cann.208-223; CCEO, can. 675,2).
1270 Orang yang
dibaptis telah "dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah, mereka wajib
mengakui di muka orang-orang iman, yang telah mereka terima dari Allah melalui
Gereja" (LG 11) serta untuk mengambil bagian dalam kegiatan apostolik dan
misioner umat Allah Bdk. LG 17; AG 17; 23..
Kesatuan Sakramental dari Kesatuan Kristen
1271 Pembaptisan
membentuk dasar persekutuan semua orang Kristen, juga dengan mereka yang belum
sepenuhnya berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik. "Sebab mereka
itu, yang beriman akan Kristus dan dibaptis dengan sah, berada dalam suatu
persekutuan dengan Gereja Katolik, sungguhpun tidak secara sempurna. Sungguhpun
begitu, karena mereka dalam baptis dibenarkan berdasarkan iman, mereka
disatu-ragakan dalam Kristus. Oleh karena itu mereka memang dengan tepat
menyandang nama Kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja Katolik
diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan" (UR 3). "Baptis merupakan
ikatan sakramental kesatuan antara semua orang yang dilahirkan kembali
karenanya" (UR 22).
Meterai Rohani yang Tidak Terhapus
1272 Orang yang
dibaptis menjadi serupa dengan Kristus, karena melalui Pembaptisan ia
digabungkan bersama Kristus Bdk. Rm 8:29.. Pembaptisan menandai warga Kristen
dengan satu meterai [character] rohani yang tidak dapat dihapuskan, satu tanda,
bahwa ia termasuk bilangan Kristus. Tanda ini tidak dihapuskan oleh dosa mana
pun, meskipun dosa menghalang-halangi Pembaptisan untuk menghasilkan buah
keselamatan Bdk. DS 1609-1619.. Karena Pembaptisan diterimakan satu kali untuk
selamanya, maka ia tidak dapat diulangi.
1273 Ketika orang
beriman digabungkan kepada Gereja oleh Pembaptisan, mereka menerima meterai
sakramental, yang "menugaskan mereka untuk menghormati Allah secara
Kristen" (LG 11). Meterai Pembaptisan menyanggupkan dan mewajibkan orang
Kristen, agar melayani Allah dengan mengambil bagian secara aktif dalam liturgi
Gereja yang kudus dan menjalankan imamat semua orang Kristen melalui kesaksian
hidup kudus dan cinta penuh semangat Bdk. LG 10..
1274 Meterai Tuhan
("Dominicus character": Agustinus, ep. 98,5) adalah meterai yang
dengannya Roh Kudus telah memeteraikan kita "untuk hari penyelamatan"
(Ef 4:30) Bdk. Ef 1:13-14; 2 Kor 1:21-22.. "Pembaptisan adalah meterai
kehidupan abadi" (Ireneus, dem. 3). Orang beriman, yang mempertahankan
"meterai" sampai akhir, artinya setia kepada tuntutan yang diberikan
bersama Pembaptisannya, dapat mati "ditandai dengan meterai iman"
(MR, Doa Syukur Agung Romawi 97), dalam iman Pembaptisannya, dalam harapan akan
memandang Allah yang membahagiakan - penyempurnaan iman - dan dalam harapan
akan kebangkitan.
TEKS-TEKS SINGKAT
1275 Inisiasi Kristen terlaksana dalam tiga Sakramen: Pembaptisan, yang
adalah awal kehidupan baru; Penguatan, yang menguatkan kehidupan ini; Ekaristi,
yang mengenyangkan umat beriman dengan tubuh dan darah Kristus, untuk
mengubahnya ke dalam Kristus.
1276 "Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Mat 28:19-20).
1277 Pembaptisan adalah kelahiran menuju hidup baru di dalam Kristus.
Menurut kehendak Tuhan ia perlu untuk keselamatan seperti Gereja itu sendiri,
dalamnya orang digabungkan oleh Pembaptisan.
1278 Ritus hakiki dari Pembaptisan ialah bahwa yang akan dibaptis
dicelupkan ke dalam air atau bahwa kepalanya dituangi dengan air sambil
menyerukan Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putera, dan Roh Kudus.
1279 Buah Pembaptisan atau rahmat Pembaptisan itu bermacam-macam:
pengampunan dosa asal dan semua dosa pribadi; kelahiran untuk hidup baru, yang
olehnya manusia menjadi anak angkat Allah, anggota Kristus dan kenisah Roh
Kudus. Orang yang dibaptis digabungkan dengan Gereja, Tubuh Kristus, dan
mengambil bagian dalam imamat Kristus.
1280 Pembaptisan mengukir di dalam jiwa satu tanda yang tidak terhapus meterai,
yang menahbiskan orang yang dibaptis untuk menghormati Allah secara Kristen.
Karena meterai ini, Pembaptisan tidak dapat diulangi Bdk. DS 1609 dan 1624..
1281 Siapa yang mati karena iman, demikian pula para katekumen dan semua
orang, yang walaupun tidak mengenal Allah, dengan dorongan rahmat mencari Allah
secara jujur dan berusaha melaksanakan kehendak-Nya, akan mencapai keselamatan,
meskipun mati tanpa dibqptis Bdk. LG 16..
1282 Sejak dahulu kala Pembaptisan diberikan kepada anak-anak, karena ia
adalah hadiah rahmat Allah, yang tidak mengandaikan jasa-jasa manusia.
Anak-anak dibaptis dalam iman Gereja. Langkah masuk ke dalam hidup Kristen
menghantar menuju kebebasan sejati.
1283 Mengenai anak-anak yang mati tanpa dibaptis, liturgi Gereja
menuntun kita, agar berharap kepada belas kasihan ilahi dan berdoa untuk
keselamatan anak-anak ini.
1284 Dalam keadaan darurat setiap orang dapat membaptis, sejauh ia mempunyai
niat untuk melakukan apa yang dilakukan Gereja, dan menuangkan air di atas
kepala orang yang dibaptis dan berkata: "Aku membaptis engkau atas nama
Bapa dan Putera dan Roh Kudus".
ARTIKEL 2 * SAKRAMEN PENGUATAN
1285 Bersama dengan
Pembaptisan dan Ekaristi, Sakramen Penguatan membentuk "Sakramen-sakramen
Inisiasi Kristen", yang kesatuannya harus dipertahankan. Jadi, perlu
dijelaskan kepada umat beriman bahwa penerimaan Penguatan itu perlu untuk
melengkapi rahmat Pembaptisan (Bdk. Ocf praenotanda 1). "Berkat Sakramen
Penguatan mereka terikat pada Gereja secara lebih sempurna, dan diperkaya
dengan daya kekuatan Roh Kudus yang istimewa; dengan demikian mereka semakin
diwajibkan untuk menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang
sejati, dengan perkataan maupun perbuatan" (LG 11) (Bdk. Ocf praenotanda 2).
I. * Penguatan dalam Tata Keselamatan
1286 Di dalam
Perjanjian Lama, para nabi memaklumkan, bahwa atas dasar perutusan
keselamatan-Nya (Bdk. Luk 4:16-22; Yes 61:1), Roh Tuhan akan tinggal (Bdk. Yes 11:2) di atas Mesias yang dinantikan. Bahwa Roh Kudus turun ke atas Yesus ketika
Ia dibaptis oleh Yohanes, adalah suatu tanda bahwa Dia itulah yang akan datang:
Dialah Mesias, Putera Allah <<3>.. Karena Yesus dikandung melalui Roh
Kudus, maka seluruh hidup dan perutusan-Nya berlangsung dalam persekutuan
sempurna dengan Roh Kudus, yang diberikan kepada-Nya "dengan tidak
terbatas" (Yoh 3:34). 702-716
1287 Tetapi
kepenuhan Roh ini tidak hanya diberikan kepada Mesias, tetapi kepada seluruh
umat mesianis Bdk. Yeh 36:25-27; Yi 3:1-2.. Berulang kali Kristus menjanjikan
curahan Roh Bdk. Luk 12:12; Yoh 3:5-8; 7:37-39; 16:7-15; Kis 1:8. dan memenuhi
janji-Nya itu untuk pertama kalinya pada hari Paska Bdk. Yoh 20:22. dan lebih
nyata lagi pada hari Pentekosta Bdk. Kis 2:1-4.. Dipenuhi oleh Roh Kudus, para
Rasul mulai mewartakan "perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan
Allah" (Kis 2:11). Petrus menjelaskan bahwa curahan Roh ini adalah tanda
untuk saat mesianis Bdk. Kis 2:17-18.. Siapa yang percaya kepada khotbah para
Rasul dan membiarkan diri dibaptis, menerima karunia Roh Kudus Bdk. Kis 2:38.. 739
1288 "Mulai
dari saat ini para Rasul menyampaikan kepada mereka yang baru dibaptis, sesuai
dengan kehendak Kristus, oleh peletakan tangan, karunia Roh demi penyempurnaan
rahmat Pembaptisan Bdk. Kis 8:15-17;19:5-6.. Dengan demikian, di dalam surat
kepada umat Ibrani disebutkan di antara unsur-unsur pengajaran Kristen pertama
adalah pengajaran mengenai Pembaptisan dan mengenai peletakan tangan Bdk. Ibr
6:2.. Peletakan tangan ini di dalam tradisi Katolik tepat sekali dipandang
sebagai awal Sakramen Penguatan, yang melanjutkan rahmat Pentekosta di dalam
Gereja atas satu cara tertentu" (Paulus VI, Konst. Ap. "Divinae
consortium naturae").
1289 Supaya
menandai karunia Roh Kudus dengan lebih baik lagi, dengan cepat ditambahkan
pada peletakan tangan pengurapan dengan minyak harum mewangi [krisma].
Pengurapan ini menjelaskan nama "Kristen" yang berarti
"terurapi" dan disimpulkan dari Kristus sendiri, yang "Allah
urapi dengan Roh Kudus" (Kis 10:38). Ritus pengurapan itu ada sampai
sekarang baik di Timur maupun di Barat. Karena itu, di Timur orang menamakan
Sakramen ini Khrismasi, urapan dengan krisma, atau Myron, yang berarti
"krisma". Di Barat nama Penguatan pada satu pihak menunjuk kepada
"peneguhan" Pembaptisan, yang dengannya inisiasi Kristen
disempurnakan, dan di lain pihak kepada penguatan rahmat Pembaptisan -
kedua-duanya adalah buah-buah Roh Kudus.
Dua Tradisi: Timur dan Barat
1290 Dalam
abad-abad pertama pada umumnya Penguatan bersama dengan Pembaptisan hanya
merupakan satu upacara saja, satu "Sakramen ganda" seperti yang
dikatakan santo Siprianus. Pembaptisan anak-anak yang semakin sering dan
malahan pada setiap waktu sepanjang tahun dan penambahan paroki-paroki, di
samping alasan-alasan lain, tidak memungkinkan lagi bahwa Uskup hadir dalam
semua upacara Pembaptisan. Karena orang menghendaki agar penyempurnaan
Pembaptisan dikhususkan bagi Uskup, muncullah di dunia Barat kebiasaan bahwa
waktu penerimaan kedua Sakramen itu dipisahkan satu dari yang lain. Dunia Timur
mempertahankan kedua Sakramen itu dalam satu kesatuan; Penguatan diberikan oleh
imam pembaptis. Namun ia hanya memberikannya dengan "Myron" yang
telah diberkati oleh Uskup( Bdk. CCEO,
cann. 695,1;696,1.. 1233)
1291 Satu kebiasaan
Gereja Roma - satu pengurapan dengan krisma kudus sesudah Pembaptisan yang
diberikan sebanyak dua kali - mendukung pengembangan praktik Barat. Pengurapan
pertama untuk yang baru dibaptis dilakukan oleh imam langsung sesudah
Pembaptisan dan kemudian dilengkapi dengan urapan kedua, pada waktu mana Uskup
mengurapi dahi setiap orang yang baru dibaptis (Bdk. Hipolit.trad.ap.21).
Pengurapan pertama dengan krisma yang dilakukan imam tetap dipertahankan dalam
ritus Pembaptisan; itu menandakan keikutsertaan orang yang dibaptis dalam
martabat Kristus sebagai nabi, imam, dan raja. Kalau Pembaptisan diberikan
kepada seorang dewasa, maka sesudah Pembaptisan hanya ada satu urapan saja:
Penguatan.
1292 Praktik Gereja
Timur terutama menyatakan kesatuan inisiasi Kristen; sedangkan praktik Gereja
Latin menyatakan persekutuan warga Kristen baru dengan Uskupnya, sebagai orang
yang menjamin kesatuan Gerejanya, katolisitasnya dan apostolisitasnya, dan
dengan demikian juga hubungan dengan asal-usul apostolik Gereja Kristus.
II. * Tanda-tanda dan Ritus Penguatan
1293 Dalam ritus
Sakramen ini perlu diperhatikan dua hal: tanda pengurapan dan apa yang
pengurapan itu tandakan dan ukirkan, ialah meterai rohani.
Pengurapan itu kaya arti, dalam bahasa biblis dan dalam
gambar-gambar antik: minyak adalah tanda kelimpahan Bdk. Misalnya Ul 11:14. dan
kegembiraan Bdk. Mzm 23:5; 104:15.; ia membersihkan (pengurapan sebelum dan
sesudah mandi) dan membuat lentur (pengurapan untuk para olahragawan dan para
pegulat); ia juga tanda penyembuhan, karena ia mengurangi rasa sakit karena
memar dan luka Bdk. Yes 1:6; Luk 10:34.; ia juga membuat bersih dan kuat.
1294 Semua arti
pengurapan dengan minyak ini ditemukan lagi dalam kehidupan sakramental.
Pengurapan dengan minyak katekumen sebelum Pembaptisan berarti pembersihan dan
penguatan; pengurapan orang sakit berarti penyembuhan dan penguatan. Pengurapan
dengan krisma kudus sesudah Pembaptisan, pada waktu Penguatan dan Tahbisan
adalah tanda konsekrasi. Oleh Penguatan, orang-orang Kristen - artinya
orang-orang yang diurapi - menambah keikutsertaan dalam perutusan Yesus Kristus
dan mengambil bagian dalam kepenuhan Roh Kudus, sehingga seluruh kehidupannya
mengalirkan "keharuman Kristus" Bdk. 2 Kor 2:15..
1295 Oleh
pengurapan ini, orang yang menerima Penguatan menerima tanda meterai Roh Kudus.
Meterai adalah lambang pribadi Bdk. Kej 38:18; Kid 8:6., tanda otoritasnya, hak
miliknya atas sesuatu benda Bdk. Kej 41:42. - para serdadu misalnya ditandai
dengan meterai komandannya dan para hamba dengan meterai tuannya. Meterai
mengesahkan tindakan hukum atau satu dokumen Bdk. Yer 32:10. dan dalam keadaan
tertentu membuatnya menjadi rahasia Bdk. Yes 29:11..
1296 Kristus
sendiri menerangkan tentang diri-Nya bahwa Bapa telah mengesahkan-Nya dengan
satu meterai Bdk. Yoh 6:27.. Juga warga Kristen ditandai oleh suatu meterai:
Tuhanlah, yang "memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan
Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan
untuk kita" (2 Kor 1:22) Bdk. Ef 1:13; 4:30.. Meterai Roh Kudus ini
berarti bahwa orang sepenuhnya menjadi milik Kristus, ditempatkan dalam
pelayanan-Nya untuk selamanya, tetapi juga bahwa perlindungan ilahi dijanjikan
kepada seseorang dalam percobaan besar pada akhirat Bdk. Why 7:2-3; 9:4; Yeh
9:4-6..
Perayaan Penguatan
1297 Satu kegiatan
penting yang walaupun mendahului upacara Penguatan, namun atas cara tertentu
termasuk di dalanmya, ialah pemberkatan krisma kudus. Dalam misa krisma pada
hari Kamis Putih Uskup mengkonsekrir krisma kudus untuk seluruh keuskupan. Di
beberapa Gereja Timur malahan pemberkatan ini dikhususkan bagi para Batrik.
Dalam liturgi Siria dari Antiokia, epiklese pada waktu
pemberkatan krisma kudus [myron) adalah: "Bapa,... utuslah Roh Kudus-Mu
atas kami dan atas minyak di depan kami ini dan mengkonsekrirnya, supaya untuk
semua orang yang akan diurapi dan ditandai dengannya, ia menjadi satu myron
kudus, myron imami, myron rajawi, urapan kegembiraan, pakaian sinar, mantel
kebahagiaan, karunia rohani, pengudusan jiwa dan badan, keselamatan abadi,
meterai tak terhapus, perisai iman dan ketopong besi yang melindungi terhadap
semua perbuatan musuh yang jahat".
1298 Apabila
upacara Penguatan dirayakan terpisah dari Pembaptisan, seperti yang berlaku
dalam ritus Roma, maka ritus Sakramen mulai dengan pembaharuan janji
Pembaptisan dan pengakuan iman dari mereka yang menerima Penguatan. Dengan
demikian jelaslah bahwa Penguatan berhubungan dengan Pembaptisan Bdk. SC 71..
Kalau seorang dewasa dibaptis, maka ia langsung menerima Penguatan dan ikut
serta dalam Ekaristi Bdk. CIC, can. 866..
1299 Di dalam ritus
Roma, Uskup mengulurkan tangan atas kelompok penerima Penguatan - satu gerakan,
yang sejak waktu para Rasul merupakan tanda penyerahan Roh. Sementara itu Uskup
memohon curahan Roh:
"Allah yang Mahakuasa, Bapa Tuhan kami Yesus
Kristus, Engkau telah melahirkan kembali para hamba-Mu ini dari air dan Roh
Kudus, dan membebaskan mereka dari dosa. Sudilah kiranya mencurahkan Roh Kudus
penghibur kepada mereka. Semoga mereka Kauanugerahkan roh kebijaksanaan dan
pengertian, roh penasihat dan kekuatan, roh pengetahuan dan ibadat; dan semoga
mereka Kaupenuhi dengan roh takwa kepada-Mu. Demi Kristus, Pengantara
Kami" (OCf 9).
1300 Lalu menyusul ritus hakiki dari Sakramen. Dalam ritus Latin
Sakramen Penguatan diberikan "melalui pengurapan dengan krisma di dahi
dengan peletakan tangan dan dengan perkataan: "Semoga dimeterai oleh
karunia Allah, Roh Kudus" (Paulus VI, Konst. Ap. "Divinae consortium
naturae"). Di Gereja-gereja Timur diurapilah sesudah epiklese bagian-bagian
badan terpenting dengan krisma: dahi, mata, hidung, telinga, bibir, dada,
punggung, tangan, dan kaki. Pada setiap pengurapan diucapkan rumusan:
"Meterai karunia Roh Kudus". 699
1301 Salam damai, yang dengannya ritus Sakramen itu berakhir menandai
dan memberi kesaksian akan persekutuan mereka dengan Uskup dan semua orang
beriman Bdk. Hipolitus, trad. ap. 21..
III. * Buah-buah Penguatan
1302 Liturgi menjelaskan bahwa Sakramen Penguatan menyebabkan curahan
Roh Kudus dalam kelimpahan, seperti yang pernah dialami para Rasul pada hari
Pentekosta.
1303 Karena itu, Penguatan menghasilkan pertumbuhan dan pendalaman
rahmat Pembaptisan:
Ia menjadikan kita dengan lebih
sungguh anak-anak Allah, dan membuat kita berkata, "Abba, ya Bapa"
(Rm 8:15);
Ia menyatukan kita lebih teguh dengan
Kristus;
Ia menambah di dalam kita karunia
Roh Kudus;
Ia mengikat kita lebih sempurna
kepada Gereja Bdk. LG 11.;
Ia menganugerahkan kepada kita
kekuatan khusus Roh Kudus, supaya sebagai saksi-saksi Kristus yang andal
menyebarluaskan dan membela iman dengan perkataan dan perbuatan, mengakui nama
Kristus dengan lebih berani dan supaya kita tidak pernah malu karena salib (Bdk.
DS 1319; LG 11;12).
"Karena itu, engkau harus
ingat bahwa engkau telah menerima pemeteraian oleh Roh: roh kebijaksanaan dan
pengetahuan, roh nasibat dan kekuatan, roh pengertian dan kesalehan, roh takut
akan Allah; dan peliharalah apa yang telah engkau terima. Allah Bapa telah
memeteraikan engkau, Kristus Tuhan telah menguatkan engkau dan memberikan
jaminan Roh ke dalam hatimu" (Ambrosius, myst.7,42).
1304 Seperti Pembaptisan, yang disempurnakannya, Penguatan pun hanya
diberikan satu kali saja. Penguatan mengukir satu tanda rohani yang tak
terhapus, satu "character"' di dalam jiwa. Inilah tanda bahwa Yesus
Kristus telah menandai seorang Kristen dengan meterai Roh-Nya dan
menganugerahkan kepadanya kekuatan dari atas, supaya ia menjadi saksi (Bdk. Luk
24:48-49).
1305 Karakter ini menyempurnakan imamat bersama umat beriman yang
diterima dalam Pembaptisan. Orang yang menerima Penguatan memperoleh kuasa
untuk mengakui imannya kepada Kristus secara publik dengan kata-katanya,
seakan-akan sebagai jabatannya [quasi ex
officio]" (Tomas Aqu., s. th. 3,72,5 ad 2).
IV. * Siapa Dapat Menerima Penguatan ?
1306 Setiap orang yang dibaptis, yang belum menerima Penguatan, dapat
dan harus menerima Sakramen Penguatan Bdk. CIC, can. 889, ? 1.. Oleh karena
Pembaptisan, Penguatan, dan Ekaristi membentuk satu kesatuan, maka "umat
beriman... diwajibkan menerima Sakramen itu tepat pada waktunya" (CIC,
can. 890), karena tanpa Penguatan dan Ekaristi, Sakramen Pembaptisan itu memang
sah dan berhasil guna, namun inisiasi Kristen masih belum lengkap.
1307 Menurut tradisi Latin "usia yang sanggup untuk
membeda-bedakan" adalah waktu yang tepat, untuk menerima Penguatan. Tetapi
dalam bahaya maut anak-anak pun sudah dapat menerima Penguatan, juga apabila
mereka belum mencapai usia itu Bdk. CIC, cann. 891; 883, 30..
1308 Kalau di sana-sini dibicarakan tentang Penguatan sebagai "Sakramen
kedewasaan", orang tidak boleh menyamakan usia kedewasaan dalam iman
dengan usia kedewasaan alami. Juga orang tidak boleh melupakan bahwa rahmat
Pembaptisan adalah rahmat pilihan tanpa jasa dan tanpa prestasi, yang tidak
membutuhkan satu "pengesahan", supaya dapat berdaya guna. Santo Tomas
Aquinas mengingatkan:
"Usia jasmani tidak boleh
dijadikan ukuran untuk usia jiwa; karena dalam masa kanak-kanak dapat juga
orang mencapai usia dewasa rohani, tentangnya disampaikan oleh buku
Kebijaksanaan: 'Usia lanjut yang dihormati tidak diukur dengan hidup yang lama
dan tidak diukur dengan jumlah banyaknya tahun' (Keb 4:8). Karena itu nyatalah
bahwa banyak orang yang masih dalam usia kanak-kanak, karena kekuatan yang
diterima dari Roh Kudus berani berjuang untuk Kristus sampai titik darah
terakhir" (s.th. 3,72,8 ad 2).
1309 Persiapan untuk Penguatan harus diarahkan sedemikian supaya
menghantar warga Kristen ke suatu kesatuan yang lebih erat dengan Kristus, ke
suatu kemesraan yang lebih hidup dengan Roh Kudus, dengan perbuatan-Nya, dengan
anugerah Nya, dan dengan dorongan-Nya, supaya ia dapat menanggung lebih baik
kewajiban hidup Kristen yang sifatnya apostolik. Karena itu, katekese Penguatan
harus berusaha membangkitkan pengertian tentang keanggotaan dalam Gereja Yesus
Kristus - baik Gereja universal maupun Gereja lokal. Yang terakhir ini
bertanggung jawab khusus dalam persiapan untuk Penguatan.
1310 Untuk menerima Penguatan, orang harus berada dalam suasana rahmat.
Karena itu, dihimbau supaya menerima Sakramen tobat, sehingga dibersihkan
sebelum menerima anugerah Roh Kudus. Di samping itu doa yang intensif juga
harus mempersiapkan orang untuk menerima kekuatan dan rahmat Roh Kudus dengan
Kerelaan batin Bdk. Kis 1:14..
1311 Sangat dianjurkan bahwa yang menerima Penguatan, sama seperti waktu
Pembaptisan, menerima bantuan rohani dari seorang wali. Untuk menjelaskan
kesatuan dari kedua Sakramen ini, maka dianjurkan agar wali Pembaptisan
sekaligus juga menjadi wali Penguatan Bdk. Ocf praenotanda 15; 16; CIC, can.
893.1.2..
V. * Pemberi Penguatan
1312 Pemberi Penguatan yang sebenarnya adalah Uskup Bdk. LG 26..
Di Timur, biasanya imam yang
membaptis langsung memberikan Penguatan, dalam upacara yang satu dan sama.
Tetapi ia melaksanakan ini dengan krisma kudus yang diberkati oleh Batrik atau
Uskup, yang menandaskan kesatuan Gereja, yang ikatannya diperkuat oleh Sakramen
Penguatan. Gereja Latin juga mengikuti susunan ini dalam Pembaptisan orang
dewasa atau juga, kalau seorang yang dibaptis dalam persekutuan Kristen lain, dan
belum menerima Sakramen Penguatan secara sah, diterima secara penuh dalam
persekutuan dengan Gereja Bdk. CIC, can. 883, ? 2.. 1233
1313 Dalam ritus Latin Uskuplah pemberi Penguatan yang biasa Bdk. CIC,
can. 882.. Walaupun Uskup karena alasan-alasan berat, dapat memberi wewenang
kepada para imam supaya menerimakan Penguatan, namun sesuai dengan arti
Sakramen, kalau ia sendirilah yang memberikannya. Sebab justru dengan alasan
ini maka upacara Penguatan dipisahkan dari upacara Pembaptisan. Para Uskup adalah
pengganti para Rasul dan dalam status itu mereka telah menerima Sakramen
Tahbisan secara penuh. Kalau mereka sendiri memberikan Penguatan Bdk. CIC, can.
884, ? 2., maka dinyatakan dengan tepat bahwa ia mengikat penerimanya lebih
erat dengan Gereja, dengan asal-usul apostoliknya dan dengan perutusannya
sebagai saksi Kristus.
1314 Kalau seorang warga Kristen berada dalam bahaya maut, setiap imam
boleh memberikan Penguatan kepadanya Bdk. CIC, can. 883 ? 3.. Gereja
menghendaki bahwa tidak seorang pun dari anak-anaknya, betapa pun kecilnya,
meninggalkan dunia ini, tanpa disempurnakan oleh Roh Kudus dengan anugerah
kepenuhan Kristus.
TEKS-TEKS SINGKAT
1315 "Ketika Rasul-Rasul di Yerusalem
mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus
Petrus dan Yohanes ke situ, Setibanya di situ, kedua Rasul itu berdoa, supaya
orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Sebab Roh Kudus belum turun di atas
seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan
Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka
menerima Roh Kudus" (Kis 8:14-17).
1316 Penguatan menyempurnakan rahmat Pembaptisan.
Itu adalah Sakramen yang memberi Roh Kudus, supaya mengakarkan kita lebih kuat
dalam persekutuan anak-anak Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan
Kristus, memperkuat hubungan kita dengan Gereja, membuat kita mengambil bagian
yang lebih banyak dalam perutusannya, dan membantu kita, supaya memberi
kesaksian iman Kristen dengan perkataan dan perbuatan.
1317 Seperti Pembaptisan, Penguatan juga mengukir
satu tanda rohani, satu meterai yang tidak terhapus di dalam jiwa orang
Kristen; karena itu orang hanya menerima Sakramen ini satu kali saja.
1318 Di Timur, Penguatan langsung diberikan sesudah
Pembaptisan; menyusul keikutsertaan dalam Ekaristi - satu tradisi, yang
menonjolkan kesatuan dari ketiga Sakramen inisiasi Kristen. Dalam Gereja Latin
orang baru menerima Penguatan kalau sudah mencapai usia yang dapat berpikir
rasional; biasanya upacara itu dikhususkan untuk Uskup, untuk menandaskan bahwa
Sakramen ini memperkuat hubungan dengan Gereja.
1319 Seorang penerima Penguatan yang telah mencapai
usia yang dapat berpikir rasional, harus mengakui iman, berada dalam suasana
rahmat, mempunyai maksud menerima Penguatan, dan harus siap menanggung tugasnya
sebagai murid dan saksi Kristus dalam persekutuan Gereja dan dalam dunia.
1320 Ritus hakiki dari Penguatan ialah bahwa yang
dibaptis diurapi dengan krisma kudus pada dahi (di Timur diurapi juga
bagian-bagian tubuh yang lain). Sementara itu pemberi meletakkan tangan di
atasnya dan dalam ritus Roma berkata: "Semoga dimeterai oleh anugerah
Allah, Roh Kudus", dalam ritus Bisantin: "Meterai anugerah Roh
Kudus".
1321 Jikalau upacara Penguatan dirayakan terpisah
dari Pembaptisan, maka hubungan dengan Pembaptisan antara lain dinyatakan
dengan pembaharuan janji-janji Pembaptisan. Penerimaan Penguatan dalam perayaan
Ekaristi turut membantu memperjelas kesatuan dari Sakramen-sakramen inisiasi
Kristen.
ARTIKEL 3 * SAKRAMEN EKARISTI
1322 Ekaristi kudus menyempurnakan inisiasi Kristen. Oleh Pembaptisan
orang diangkat ke martabat imamat rajawi dan oleh Penguatan makin dijadikan
serupa dengan Kristus, oleh Ekaristi ia mengambil bagian dalam kurban Tuhan
bersama seluruh jemaat. 1212
1323 "Pada perjamuan terakhir, pada malam Ia diserahkan, Penyelamat
kita mengadakan kurban Ekaristi tubuh dan darah-Nya. Dengan demikian Ia
mengabadikan kurban salib untuk selamanya, dan mempercayakan kepada Gereja.
mempelai-Nya yang terkasih, kenangan wafat dan kebangkitan-Nya: Sakramen cinta
kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan Paska. Dalam perjamuan
itu Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikaruniai jaminan
kemuliaan.
I.* Ekaristi - Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja
1324 Ekaristi adalah "sumber dan puncak seluruh hidup
kristiani" (LG 11). "Sakramen-sakramen lainnya, begitu pula semua
pelayanan gerejani serta karya kerasulan, berhubungan erat dengan Ekaristi suci
dan terarahkan kepadanya. Sebab dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh
kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Paska kita" (PO 5).
1325 "Keikutsertaan dalam kehidupan ilahi dan kesatuan umat Allah
membuat Gereja menjadi Gereja; keduanya ditandai dengan penuh arti dan
dihasilkan secara mengagumkan oleh Ekaristi. Di dalamnya memuncak tindakan,
yang olehnya Allah telah menguduskan dunia di dalam Kristus, demikian pula
penghormatan, yang manusia sampaikan kepada Kristus dan bersama Dia kepada Bapa
dalam Roh Kudus" (Kongregasi untuk Ibadat, Instr. "Eucharisticum mysterium"
6).
1326 Oleh perayaan Ekaristi kita sudah menyatukan diri sekarang ini
dengan liturgi surgawi dan mengenyam lebih dahulu kehidupan abadi, di mana
Allah akan menjadi semua untuk semua Bdk. 1 Kor 15:28..
1327 Jadi, Ekaristi adalah hakikat dan rangkuman iman kita: "Cara
pikir kita sesuai dengan Ekaristi, dan sebaliknya Ekaristi memperkuat cara
pikir kita" 'Ireneus haer. 4,18,5).
II. * Bagaimana Sakramen Ini Dinamakan ?
1328 Kekayaan isi Sakramen ini menyata dalam aneka ragam nama.
Tiap-tiapnya menunjuk kepada aspek tertentu. Orang menamakannya:
Ekaristi, karena ia adalah ucapan
terima kasih kepada Allah. Kata-kata "eucharistein" Bdk Luk 22:19; 1
Kor 11:24. dan "eulogein" Bdk. Mat 26:26; Mrk 14:22. mengingatkan
pujian bangsa Yahudi, yang - terutama waktu makan - memuliakan karya Allah:
penciptaan, penebusan, dan pengudusan. 2637,
1082, 1359
1329 Perjamuan Tuhan Bdk. 1 Kor 11:20., karena ia menyangkut perjamuan
malam, yang Tuhan adakan bersama murid-murid-Nya pada malam sebelum
sengsara-Nya. Tetapi ia juga menyangkut antisipasi perjamuan pernikahan Anak
Domba Bdk. Why 19:9. dalam Yerusalem surgawi.
Pemecahan roti, karena ritus yang
khas pada perjamuan Yahudi ini, dipergunakan oleh Yesus: pada waktu makan -
sebagai kepala persekutuan - Ia memberkati roti dan membagi-bagikan-Nya Bdk.
Mat 14:19; 15:36; Mrk 8:6.19.; Ia melakukan ini terutama dalam perjamuan malam
terakhir Bdk. Mat 26:26; 1 Kor 11:24.. Dari tindakan ini para murid
mengenal-Nya kembali sesudah kebangkitan Bdk. Luk 24:13-35.. Dengan istilah
"memecahkan roti" orang Kristen pertama menggambarkan perkumpulan
Ekaristi mereka Bdk. Kis 2:42.46; 20:7.11.. Dengan itu, mereka hendak
menyatakan bahwa semua orang yang makan satu roti yang dipecahkan - dari
Kristus itu - masuk ke dalam persekutuan-Nya dan membentuk di dalam-Nya satu
tubuh Bdk. 1 Kor 10:16-17..
Perhimpunan Ekaristi (synaxis),
karena Ekaristi dirayakan dalam perhimpunan umat beriman, di mana Gereja
dinyatakan secara kelihatn Bdk. 1 Kor 11:17-34.. 1382, 790, 1348
1330 Kenangan akan kesengsaraan dan kebangkitan Tuhan.
Kurban kudus, karena ia
menghadirkan kurban tunggal Kristus, Penebus dan mencakup pula penyerahan diri
Gereja. Atau juga kurban misa kudus, "Kurban Syukur" (Ibr 13:15) Bdk.
Mzm 116:13.17., persembahan rohani Bdk. 1 Ptr 2:5., kurban murni Bdk. Mal 1:11.
dan kudus, karena ia menyempumakan dan melebihi segala kurban Perjanjian Lama.
Liturgi kudus dan ilahi, karena
seluruh liturgi Gerej a berpusat dalam perayaan Sakramen ini dan paling jelas
terungkap di dalamnya. Dalam arti yang sama orang juga menamakannya perayaan
misteri kudus. Juga orang mengatakan Sakramen mahakudus, karena Ekaristi adalah
Sakramen segala Sakramen. Disimpan dalam rupa Ekaristi di dalam tabernakel,
orang menamakan tubuh Kristus itu Yang Maha Kudus.
1331 Komuni, karena didalam Sakramen ini kita menyatukan diri dengan
Kristus yang mengundang kita mengambil bagian dalam tubuh dan darah-Nya, supaya
kita membentuk satu tubuh Bdk. 1 Kor 10:16-17.. Orang juga menamakan Ekaristi
hal-hal kudus [ta hagia; sancta] (const. ap. 8,13,12; Didache 9,5; 10,6) - ini
sejajar dengan arti pertama ungkapan "persekutuan para kudus" dalam
syahadat apostolik. Nama-nama yang lain adalah: roti malaikat, roti surgawi,
"obat kebakaan" (Ignasius dari Antiokia, Eph. 20,2) dan bekal
perjalanan.
1332 Misa kudus, karena liturgi, dimana misteri keselamatan dirayakan,
berakhir dengan pengutusan umat beriman [missio], supaya mereka melaksanakan
kehendak Allah dalam kehidupannya sehari-hari.
III. * Ekaristi dalam Tata Keselamatan
Tanda-tanda Roti dan Anggur
1333 Didalam perayaan Ekaristi, roti dan anggur diubah melalui perkataan
Kristus dan seruan kepada Roh Kudus, menjadi tubuh dan darah Kristus. Sesuai
dengan petunjuk Tuhan, demi kenangan akan Dia, Gereja melanjutkan apa yang
telah Ia lakukan pada malam sebelum sengsara-Nya sampai kedatangan-Nya kembali
dalam kemuliaan: "Ia mengambil roti..... "Ia mengambil piala yang
berisi air anggur". Roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus atas
cara yang penuh rahasia, tetapi tinggal tanda-tanda tentang kebaikan ciptaan.
Karena itu, dalam mempersiapkan persembahan kita berterima kasih kepada
Pencipta untuk roti dan anggur Bdk. Mzm 104:13-15., hasil dari usaha
manusia", tetapi pertama-tama "hasil dari bumi" dan "pokok
anggur", anugerah Pencipta. Gereja melihat di dalam tindakan Melkisedek,
raja dan imam yang membawa "roti dan anggur" (Kej 14:18), satu
pratanda bahan persembahannya sendiri Bdk. MR, Doa SyukurAgung Romawi 95:
"Supra quae"..
1334 Di dalam Perjanjian Lama roti dan anggur dipersembahkan di antara
buah-buah sulung, sebagai tanda terima kasih kepada Pencipta. Tetapi dalam
hubungan dengan keluaran dari Mesir ia memiliki lagi satu arti baru... Roti
yang tak beragi, yang umat Israel makan dalam perayaan Paska setiap tahun,
mengingatkan pada ketergesahan keluaran dari Mesir yang membebaskan; kenangan
akan manna di padang gurun selalu mengingatkan Israel bahwa ia hidup dari roti
Sabda Allah Bdk. Ul 8:3.. Dan roti sehari-hari adalah buah tanah terjanji, satu
jaminan bahwa Allah tetap setia kepada janji-janji-Nya. "Piala pengucapan
syukur" (1 Kor 10:16) pada akhir perjamuan Paska Yahudi menambahkan arti
eskatologis pada kegembiraan pesta anggur: penantian mesianis akan pembangunan
kembali Yerusalem. Yesus telah menciptakan Ekaristi-Nya dengan memberikan satu
arti baru dan definitif kepada pemberkatan roti dan anggur.
1335 Mukjizat perbanyakan roti menunjukkan lebih dahulu kelimpahan roti
istimewa dari Ekaristi-Nya Bdk. Mat 14:13-21; 15:32-39.: Tuhan mengucapkan
syukur, memecahkan roti dan membiarkan murid-murid-Nya membagi-bagikannya,
untuk memberi makan kepada orang banyak. Tanda perubahan air menjadi anggur di
Kana Bdk. Yoh 2:11. telah memaklumkan saat kemuliaan Yesus. Ia menyampaikan
penyempurnaan perjamuan pernikahan dalam Kerajaan Bapa, di mana umat beriman
akan minum Bdk. Mrk 14:25. anggur baru, yang telah menjadi darah Kristus.
1336 Pernyataan pertama mengenai Ekaristi, memisahkan murid-murid-Nya
dalam dua kelompok, sebagaimana juga penyampaian mengenai sengsara-Nya
menimbulkan reaksi menolak pada mereka: "Perkataan ini keras, siapakah
sanggup mendengarkannya?" (Yoh 6:60). Ekaristi dan salib adalah batu-batu
sandungan. Keduanya membentuk misteri yang sama, yang tidak berhenti menjadi
sebab perpecahan. "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" (Yoh 6:67).
Pertanyaan Tuhan ini bergema sepanjang masa; melalui pertanyaan ini cinta-Nya
mengundang kita, supaya mengakui bahwa hanya Dialah memiliki "perkataan
hidup kekal" (Yoh 6:68) dan bahwa siapa yang menerima anugerah
Ekaristi-Nya dengan penuh iman, menerima Dia sendiri.
Penetapan Ekaristi
1337 Karena Tuhan mengasihi murid-murid-Nya, Ia mengasihi mereka sampai
kesudahannya. Karena Yesus tahu bahwa saat-Nya telah tiba untuk beralih dari
dunia ini dan kembali kepada Bapa, maka pada waktu makan Ia membasuh kaki
murid-murid-Nya dan memberi kepada mereka perintah cinta kasih Bdk. Yoh 13:1-17..
Untuk meninggalkan bagi mereka suatu jaminan cinta kasih ini, dan mengundang
mereka mengambil bagian dalam Paska-Nya, Ia menetapkan Ekaristi sebagai
kenangan akan kematian dan kebangkitan-Nya dan menugaskan Rasul-rasul-Nya,
waktu itu Ia tahbiskan sebagai imam-imam Perjanjian Baru" (Konsili Trente:
DS 1740), untuk merayakannya sampai Ia datang kembali
1338 Ketiga Injil sinoptik dan santo Paulus telah menyampaikan kepada
kita berita tentang penetapan Ekaristi, sedangkan Yohanes mengisahkan kembali
kata-kata Yesus di sinagoga Kapernaum, yang mempersiapkan penetapan Ekaristi:
Kristus menamakan diri roti kehidupan yang turun dari surga Bdk. Yoh 6..
1339 Yesus telah memilih waktu Paska untuk melakukan apa yang telah Ia
maklumkan di Kapernaum: memberikan tubuh dan darah-Nya kepada murid-murid-Nya:
"Maka tibalah hari raya Roti
Tak Beragi, yaitu hari di mana orang harus menyembelih domba Paska. Lalu Yesus
menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya 'Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paska
bagi kita, supaya kita makan... Maka berangkatlah mereka... lalu mereka
mempersiapkan Paska. Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan
Rasul-rasul-Nya. Kata-Nya kepada mereka: Aku sangat rindu makan Paska ini
bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu:
Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan
Allah... Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya, dan
memberikannya kepada mereka kata-Nya: Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi
kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. Demikian juga dibuat-Nya
dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: Cawan ini adalah perjanjian baru oleh
darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu" (Luk 22:7-8. 13-16. 19-20) Bdk. Mat
26:17-29; Mrk 14:12-25; 1 Kor 11:23-26..
1340 Dengan merayakan perjamuan malam terakhir bersama murid-murid-Nya
dalam rangka perjamuan Paska, Yesus memberi arti yang definitif kepada paska
Yahudi, Kepergian Yesus kepada Bapa-Nya dalam kematian dan kebangkitan - Paska
baru - diantisipasi dalam perjamuan malam. Dan itu dirayakan dalam Ekaristi.
Ini menyempurnakan paska Yahudi dan mengantisipasi paska abadi Gereja dalam
kemuliaan Kerajaan.
"Lakukanlah Ini sebagai Kenangan akan Aku"
1341 Perintah Yesus untuk mengulangi perbuatan dan perkataan-Nya,
"sampai Ia datang kembali" (1 Kor 11:26) menghendaki tidak hanya
mengenangkan Yesus dan apa yang telah Ia lakukan. Perintah itu bertujuan agar
para Rasul dan para penggantinya merayakan secara liturgis kenangan akan
Kristus, hidup-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan akan pembelaan-Nya bagi
kita di depan Bapa.
1342 Gereja tetap setia kepada perintah Tuhan sejak awal. Tentang Gereja
di Yerusalem diberitakan:
"Mereka bertekun dalam
pengajaran Rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa... Dengan bertekun dan dengan sehati mereka
berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah
masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan
tulus hati" (Kis 2:42.46).
1343 Warga Kristen biasanya berkumpul "pada hari pertama dalam
minggu", artinya pada hari Minggu, hari kebangkitan Yesus, "untuk
memecahkan roti" (Kis 20:7). Sampai sekarang perayaan Ekaristi dilanjutkan
dengan cara yang sama, sehingga dewasa ini ia ditemukan di mana-mana di dalam
Gereja dengan kerangka dasar yang sama. Ia tetap merupakan inti kehidupan Gereja. 1166,
1344 Dari perayaan ke perayaan umat Allah yang sedang berziarah
mewartakan misteri Paska, "sampai Ia datang" (1 Kor 11:26), dan
"menempuh jalan salib yang sempit" (AG 1) menuju perjamuan pesta
surgawi, di mana semua orang terpilih akan duduk di meja dalam Kerajaan Allah.
IV. * Perayaan Liturgi Ekaristi
Misa Segala Abad
1345 Dari abad kedua kita miliki kesaksian martir santo Yustinus
mengenai unsur-unsur hakiki dalam pelaksanaan perayaan Ekaristi. Sampai
sekarang hal yang sama itu dipertahankan dalam semua rumpun liturgi yang besar.
Untuk menjelaskan kepada kaisar kafir Antoninus Pius (138 - 161), apa yang umat
Kristen lakukan, Yustinus menulis sekitar tahun 155:
"Pada hari yang dinamakan
hari matahari, semua orang yang tinggal di kota-kota atau daerah sekitarnya
berkumpul di satu tempat yang sama.
Tulisan-tulisan para Rasul dan
kitab-kitab paranab dibacakan, sejauh waktu memungkinkannya.
Setelah pembaca berhenti,
pemimpin memberi satu wejangan, di mana ia menasihati dan, mendorong, supaya
mengikuti ajaran dan contoh yang baik ini.
Sesudah itu kami semua berdiri
bersama-sama dan melambungkan doa ke surga * untuk kami sendiri... dan untuk
semua orang lain di seluruh dunia, supaya kami menjadi layak juga dalam
pekerjaan kami sebagai... manusia yang baik dan supaya menjadi layak sebagat
pengamat perintah-perintah, supaya dengan demikian mendapat keselamatan abadi.
Sesudah kami menyelesaikan
doa-doa, kami saling memberi salam dengan ciuman.
Lalu kepada pemimpin
saudara-saudara, dibawakan roti dan satu cawan dengan campuran air dan anggur.
Ia mengambilnya, melambungkan
pujian dan syukur kepada Bapa semesta alam atas nama Putera dan Roh Kudus dan
menyampaikan ucapan terima kasih [Yn. "eukharistia"] karena kami
dianggap layak menerima anugerah-anugerah ini dari-Nya.
Sesudah doa dan ucapan terima
kasih itu selesai, seluruh umat yang hadir lalu mengatakan: Amin.
Setelah pemimpin menyelesaikan
ucapan terima kasih dan seluruh umat menerimanya dengan suara bulat, para
diaken, sebagaimana mereka disebut oleh kami, membagi-bagikan kepada setiap
orang yang hadir, roti yang telah diberkati dengan penuh syukur
[di-ekaristi-kan] dan anggur yang telah dicampur dengan air untuk dinikmati dan
membawakannya juga untuk mereka yang tidak hadir."
(apol. 1,65; teks sebelum tanda *
dari 1,67)
1346 Perayaan Ekaristi berlangsung sesuai dengan kerangka dasar yang
sepanjang sejarah tetap sama hingga sekarang. Ia terbentuk dari dua bagian
besar, yang pada hakikatnya merupakan satu kesatuan:
Perkumpulan ibadat Sabda dengan
bacaan-bacaan, homili, dan doa umat;
upacara Ekaristi dengan
persembahan roti dan anggur, yang konsekrasinya terjadi dalam ucapan terima
kasih (ekaristi), dan komuni.
Ibadat Sabda dan upacara Ekaristi
merupakan "satu tindakan ibadat" (SC 56). Meja, yang disiapkan untuk
kita dalam Ekaristi adalah sekaligus meja Sabda Allah dan meja tubuh Kristus
Bdk. DV 21..
1347 Bukankah ini sesuai dengan acara perjamuan paska, yang dilakukan
Yesus yang telah bangkit dengan murid-murid-Nya ? Sementara mereka berjalan-jalan,
Ia menjelaskan Kitab Suci kepada mereka lalu duduk makan dengan mereka.
"Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya, dan
memberikannya kepada mereka" (Luk 24:30) Bdk. Luk 24:13-35..
Jalannya Perayaan
1348 Semua orang datang berkumpul. Warga Kristen datang berkumpul di
suatu tempat untuk merayakan Ekaristi. Kristus sendiri mengetuainya; Ia adalah
pelaku utama Ekaristi. Ia adalah Imam Agung Perjanjian Baru. Secara tidak
kelihatan Ia sendiri memimpin tiap upacara Ekaristi. Sebagai wakil-Nya, Uskup
atau imam (yang bertindak "atas nama Kristus, Kepala") memimpin umat,
mengangkat bicara sesudah bacaan, menerima bahan persembahan dan mengucapkan
doa syukur agung. Semua orang ikut mengambil bagian secara aktif dalam perayaan
itu, tiap orang menurut caranya sendiri-sendiri: para lektor, mereka yang
membawa bahan persembahan, pembagi komuni, dan seluruh umat yang menyatakan
keikutsertaannya dengan perkataan "amin".
1349 Ibadat Sabda mencakup bacaan-bacaan dari "Kitab para
nabi", artinya dari Perjanjian Lama, dan dari "tulisan-tulisan para
Rasul", yaitu dari surat-suratnya dan dari Injil. Satu homili mengajak,
supaya menerima kata-kata ini, yang benar-benar adalah Sabda Allah Bdk. 1 Tes
2:13., dan melaksanakannya. Lalu menyusul doa-doa untuk semua orang, sesuai
dengan perkataan Rasul: "Pertama-tama aku menasihatkan: naikkanlah
permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja
dan untuk semua pembesar agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala
kesalehan dan kehormatan" (1 Tim 2:1-2).
1350 Persiapan persembahan [offertorium]. Orang membawa, kadang-kadang
dalam satu prosesi, roti dan anggur ke altar, untuk dipersembahkan imam atas
nama Kristus dalam kurban Ekaristi, di mana mereka berubah menjadi tubuh dan
darah Kristus. Inilah tindakan Kristus sendiri, yang dalam perjamuan malam
terakhir "mengambil roti dan piala". "Hanya Gereja yang dengan
rasa syukur mempersembahkan kepada Pencipta kurban yang murni ini, yang diambil
dari ciptaan-Nya" (Ireneus, haer. 4,18,4) Bdk. Mal 1:11.. Penyampaian
bahan persembahan di altar mengangkat ke permukaan tindakan Melkisedek dan
meletakkan pemberian Pencipta itu ke dalam tangan Kristus. Di dalam kurban-Nya,
Yesus menyempurnakan segala usaha manusiawi untuk membawa kurban.
1351 Sejak awal, umat Kristen membawa, di samping roti dan anggur untuk
Ekaristi, juga sumbangan untuk membantu orang yang memerlukannya. Kebiasaan
kolekte Bdk. 1 Kor 16:1. Ini digerakkan oleh contoh Kristus, yang menjadi
miskin untuk menjadikan kita kaya Bdk. 2 Kor 8:9..
"Siapa yang mempunyai milik
dan kehendak baik, memberi sesuai dengan kemampuannya, apa yang ia kehendaki,
dan apa yang dikumpulkan, diserahkan kepada pemimpin. Dengan itu ia membantu
yatim piatu dan janda, atau mereka yang karena sakit atau karena salah satu
alasan, membutuhkannya, para narapidana dan orang asing yang ada dalam jemaat;
singkatnya, ia adalah pemelihara untuk semua orang yang berada dalam
kesusahan" (Yustinus, apol. 1,67,6).
1352 Anafora. Dengan Doa Syukur Agung, - doa syukur dan doa konsekrasi -
kita sampai kepada jantung hati dan puncak perayaan.
Di dalam prefasi Gereja berterima
kasih kepada Bapa melalui Kristus dalam Roh Kudus untuk segala karya-Nya, untuk
penciptaan, penebusan dan pengudusan. Seluruh jemaat menggabungkan diri dalam
pujian yang tak henti-hentinya dinyanyikan oleh Gereja surgawi para malaikat
dan orang kudus bagi Allah yang tiga kali "kudus".
1353 Dalam epiklese Gereja memohon kepada Bapa, untuk mengirimkan Roh
Kudus-Nya (atau "berkat sepenuh-penuhnya" Bdk. MR, Doa Syukur Agung
Romawi 90.) atas roti dan anggur, supaya mereka dengan kekuatan-Nya menjadi
tubuh dan darah Yesus Kristus, sehingga mereka yang mengambil bagian dalam
Ekaristi menjadi satu tubuh dan satu roh (beberapa liturgi menempatkan epiklese
sesudah anamnese).
Dalam kata-kata penetapan,
kekuatan kata-kata dan tindakan Kristus dan kekuatan Roh Kudus menghadirkan
tubuh dan darah Kristus, kurban-Nya di salib yang dipersembahkan-Nya satu kali
untuk selamanya, di dalam rupa roti dan anggur.
1354 Dalam anamnese yang menyusul sesudah itu, Gereja mengenangkan
sengsara, kebangkitan, dan kedatangan kembali Yesus Kristus dalam kemuliaan; ia
menyampaikan kepada Bapa kurban Putera-Nya, yang mendamaikan kita dengan Dia.
Dalam doa umat Gereja menyatakan
bahwa Ekaristi dirayakan dalam persekutuan dengan seluruh Gereja di surga dan
di bumi, Gereja orang hidup dan orang mati, dan dalam persekutuan dengan para
pemimpin Gereja, Paus, Uskup diosesan, para imamnya, dan diaken, dan dalam
persekutuan dengan semua Uskup di seluruh dunia dan Gereja-gerejanya.
1355 Dalam komuni, yang didahului oleh doa Tuhan dan pemecahan roti,
umat beriman menerima "roti surgawi" dan "piala
keselamatan", tubuh dan darah Kristus, yang telah menyerahkan diri
"untuk kehidupan dunia" (Yoh 6:51).
Karena roti dan anggur ini -
sesuai dengan satu ungkapan lama - di"ekaristi"kan, kita
"menamakan makanan ini ekaristi. Seorang pun tidak boleh mengambil bagian
dalamnya, kecuali orang yang mengakui ajaran kita sebagai yang benar, telah menerima
Pembaptisan untuk pengampunan dosa dan kelahiran kembali dan hidup sesuai
dengan petunjuk Kristus" (Yustinus, apol. 1,66,1-2).
V. * Kurban Sakramental: Syukuran, Kenangan, Kehadiran
1356 Sejak awal, orang-orang Kristen merayakan Ekaristi di dalam satu bentuk
yang tidak berubah dalam inti sarinya, walaupun zaman dan liturgi-liturgi
beraneka ragam. Mereka merayakannya, karena merasa diwajibkan oleh perintah
yang diberikan Tuhan pada malam sebelum sengsara-Nya: "Perbuatlah ini,
setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku" (1 Kor
11:24-25).
1357 Kita memenuhi perintah Tuhan ini, kalau kita merayakan kenangan
akan kurban-Nya. Dengan itu kita mempersembahkan kepada Bapa, apa yang Ia
sendiri telah berikan: anugerah ciptaan-Nya, roti dan anggur, yang oleh
perkataan Kristus dan oleh kekuatan Roh Kudus menjadi tubuh dan darah Kristus.
Dengan demikian Kristus hadir atas cara yang penuh rahasia dan nyata.
1358 Dengan demikian kita harus memandang Ekaristi
sebagai syukuran dan pujian
kepada Bapa;
sebagai kenangan akan kurban
Kristus dan tubuh-Nya;
sebagai kehadiran Kristus oleh
kekuatan perkataan-Nya dan Roh-Nya.
Syukuran dan Pujian kepada Bapa
1359 Ekaristi, Sakramen keselamatan kita yang dilaksanakan Kristus di
salib, adalah juga kurban pujian untuk berterima kasih bagi karya penciptaan.
Dalam kurban Ekaristi dipersembahkan seluruh ciptaan yang dikasihi Allah kepada
Bapa melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Oleh Kristus, Gereja dapat
mempersembahkan kurban pujian sebagai terima kasih untuk semua yang baik, yang
indah dan yang benar, yang telah Allah laksanakan dalam ciptaan dan dalam umat
manusia.
1360 Ekaristi adalah kurban syukur kepada Bapa. Ia adalah pujian, yang
olehnya Gereja menyatakan terima kasihnya kepada Allah untuk segala kebaikan-Nya:
untuk segala sesuatu, yang Ia laksanakan dalam penciptaan, penebusan, dan
pengudusan. Jadi, Ekaristi pertama-tama merupakan ucapan syukur.
1361 Ekaristi juga kurban pujian, olehnya Gereja memuliakan Allah atas
nama seluruh ciptaan. Kurban pujian ini hanya mungkin melalui Kristus: Ia
mempersatukan umat beriman dengan Diri-Nya, pujian-Nya, dan doa syafaat-Nya,
sehingga kurban pujian kepada Bapa dipersembahkan oleh Kristus dan bersama Dia,
untuk diterima di dalam Dia.
Kenangan Kurban dari Pihak Kristus dan Tubuh-Nya, Gereja
1362 Ekaristi adalah kenangan akan Paska Kristus, yang menghadirkan dan
mempersembahkan secara sakramental kurban satu-satunya dalam liturgi Tubuh-Nya,
yaitu Gereja. Dalam semua Doa Syukur Agung, sesudah kata-kata penetapan, kita
temukan sebuah doa yang dinamakan anamnese atau kenangan.
1363 Menurut pengertian Kitab Suci kenangan itu tidak hanya berarti
mengenangkan peristiwa-peristiwa di masa lampau, tetapi mewartakan karya-karya
agung yang telah dilakukan Allah untuk umat manusia Bdk. Kel 13:3.. Dalam
perayaan liturgi peristiwa-peristiwa itu dihadirkan dan menjadi hidup lagi.
Dengan cara ini umat Israel mengerti pembebasannya dari Mesir: Setiap kali
apabila Paska dirayakan, peristiwa-peristiwa keluaran dihadirkan kembali dalam
kenangan umat beriman, supaya mereka menata kehidupannya sesuai dengan
peristiwa-peristiwa itu.
1364 Dalam Perjanjian Baru kenangan itu mendapat arti baru. Apabila
Gereja merayakan Ekaristi, ia mengenangkan Paska Kristus; Paska ini dihadirkan.
Kurban yang dibawakan Kristus di salib satu kali untuk selama-lamanya, selalu
tinggal berhasil guna Bdk. Ibr 7:25-27.: "Setiap kali korban salib yang di
dalamnya dipersembahkan Kristus, Anak Domba Paska, dirayakan di altar,
terlaksanalah karya penebusan kita" (LG 3). 611, 1085
1365 Ekaristi juga satu kurban, karena ia suatu kenangan akan Paska
Kristus. Sifat kurban ini sudah nyata dalam kata-kata Tuhan: "Inilah
tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu", dan "cawan ini adalah perjanjian
baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu" (Luk 22:19-20). Dalam
Ekaristi, Kristus mengaruniakan tubuh ini, yang telah Ia serahkan di kayu salib
untuk kita, dan darah ini, "yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk
pengampunan dosa" (Mat 26:28).
1366 Jadi, Ekaristi adalah satu kurban, karena ia meragakan kurban salib
(dan karena itu.menghadirkannya), Ekaristi adalah.kenangan akan kurban itu dan
memberikan buah-buahnya:
Kristus "memang hendak
mengurbankan diri kepada Allah Bapa, satu kali untuk selama-lamanya di altar
salib melalui kematian yang datang menjemput-Nya Bdk. Ibr 7:27., untuk
memperoleh penebusan abadi bagi mereka [manusia]; tetapi karena imamat-Nya
tidak dihapuskan oleh kematian-Nya Bdk. Ibr 7:24., maka dalam perjamuan malam
terakhir, 'pada malam waktu Ia diserahkan' (1 Kor 11:23), Ia meninggalkan bagi
mempelai kekasih-Nya, Gereja, satu kurban yang kelihatan (seperti yang
dibutuhkan kodrat manusia), yang olehnya, [kurban] berdarah itu, yang dibawakan
di salib satu kali untuk selama-lamanya, dikenang sampai akhir zaman dan
kekuatannya yang menyelamatkan dipergunakan untuk pengampunan dosa, yang kita
lakukan setiap hari" (Konsili Trente: DS 1740). 613
1367 Kurban Kristus dan kurban Ekaristi hanya satu kurban: "karena
bahan persembahan adalah satu dan sama; yang sama, yang dulu mengurbankan diri
di salib, sekarang membawakan kurban oleh pelayanan imam; hanya cara berkurban
yang berbeda". "Dalam kurban ilahi ini, yang dilaksanakan di dalam
misa, Kristus yang sama itu hadir dan dikurbankan secara tidak berdarah... yang
mengurbankan diri sendiri di kayu salib secara berdarah satu kali untuk
selama-lamanya" (Konsili Trente: DS 1743). 1545
1368 Ekaristi adalah juga kurban Gereja. Gereja, Tubuh Kristus,
mengambil bagian dalam kurban Kepalanya. Bersama Dia ia sendiri dipersembahkan
seluruhnya. Ia mempersatukan diri dengan doa syafaat-Nya kepada Bapa untuk
semua manusia. Di dalam Ekaristi, kurban Kristus juga menjadi kurban
anggota-anggota tubuh-Nya. Kehidupan umat beriman, pujian, kesengsaraan, doa
dan karyanya dipersatukan dengan yang dimiliki Kristus dan dengan penyerahan
diri-Nya secara menyeluruh, sehingga mendapat satu nilai baru. Kurban Kristus
yang hadir di atas altar memberi kemungkinan kepada semua generasi Kristen,
untuk bersatu dengan kurban-Nya.
Di dalam katakombe, Gereja sering
digambarkan seperti wanita yang sedang berdoa, dengan Lengan terbuka lebar,
dalam sikap seorang Orante [sikap seorang berdoa]. Ia mengurbankan diri seperti
Kristus, yang merentangkan tangan di salib, oleh Dia, bersama Dia, dan dalam
Dia, dan mendoakan kepentingan semua manusia. 618,
2031, 1109
1369 Seluruh Gereja dipersatukan dengan kurban dan doa syafaat Kristus.
Karena kepada Paus diserahkan pelayanan Petrus di dalam Gereja, maka ia
diikutsertakan dalam setiap perayaan Ekaristi, di mana ia disebut sebagai tanda
dan pelayan kesatuan seluruh Gereja. Uskup setempat selalu bertanggung jawab
atas perayaan Ekaristi, juga apabila seorang imam yang memimpin; namanya
disebut, untuk menunjukkan bahwa ia berada di tengah para imamnya dan dengan
bantuan para diaken, memimpin Gereja lokal. Umat juga mendoakan kepentingan
semua yang berkecimpung dalam pelayanan Gereja, yang membawa kurban Ekaristi
ini untuk dia dan bersama dia.
"Perayaan Ekaristi dapat
diandalkan, apabila ia dipersembahkan oleh Uskup atau oleh seorang yang ditugaskannya"
(Ignasius dari Antiokia, Smyrn. 8,1).
"Melalui pelayanan para imam
kurban rohani kaum beriman mencapai kepenuhannya dalam persatuan dengan kurban
Kristus Pengantara tunggal, melalui tangan para imam, atas nama seluruh Gereja,
dipersembahkan secara tak berdarah dan sakramental dalam Ekaristi, sampai
kedatangan Tuhan sendiri" (PO 2).
1370 Bukan hanya anggota-anggota Tubuh Kristus yang masih hidup di dunia
ini bersatu dengan kurban Kristus, melainkan juga mereka, yang sudah berada
dalam kemuliaan surga. Gereja membawa kurban Ekaristi dalam persatuan dengan
Perawan Maria tersuci, demikian juga dalam kenangan akan dia dan akan semua
orang kudus. Di dalam Ekaristi, Gereja seakan-akan berdiri bersama Maria di
kaki salib, dipersatukan dengan kurban dan doa syafaat Kristus.
1371 Kurban Ekaristi juga dipersembahkan untuk umat beriman yang mati di
dalam Kristus, "yang belum disucikan seluruhnya" (Konsili Trente: DS
1743), supaya mereka dapat masuk ke dalam Kerajaan Kristus, Kerajaan terang dan
damai:
"Kuburkanlah badan ini di
mana saja ia berada: kamu tidak perlu peduli dengannya. Hanya satu yang saya
minta kepada kamu: Di mana pun kamu berada, kenangkan saya pada altar
Tuhan" (Santa Monika sebelum wafatnya, kepada santo Augustinus dan
saudaranya: Agustinus, conf. 9,11,27).
"Lalu kita berdoa [dalam
anaforal untuk Paus dan Uskup yang telah meninggal, dan untuk semua orang yang
telah meninggal pada umumnya. Karena kita percaya bahwa jiwa-jiwa yang didoakan
dalam kurban yang kudus dan agung ini, akan mendapat keuntungan yang besar
darinya... Kita menyampaikan kepada Allah doa-doa kita untuk orang-orang yang
telah meninggal, walaupun mereka adalah orang-orang berdosa... Kita
mengurbankan Kristus yang dikurbankan untuk dosa kita. Olehnya kita mendamaikan
Allah yang penuh kasih sayang kepada manusia dengan mereka dan dengan
kita" (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst. 5,9,10).
1372 Ajaran ini mendorong kita untuk semakin sempurna ikut serta dalam
kurban Penebus kita, yang kita rayakan dalam Ekaristi. Dan itu disimpulkan
dengan bagus oleh santo Agustinus :
"Seluruh jemaat yang
tertebus, yaitu persatuan dan persekutuan para kudus, dipersembahkan kepada
Allah sebagai kurban yang merangkum segala sesuatu oleh Imam Agung, yang dalam
rupa hamba menyerahkan diri kepada kita dalam sengsara-Nya, supaya kita menjadi
tubuh dari Kepala yang begitu agung... Itulah kurban orang-orang Kristen:
walaupun banyak, satu tubuh di dalam Kristus (Rm 12:5). Gereja mempersembahkan
kurban ini melalui Sakramen altar yang dikenal umat beriman, di mana dinyatakan
kepadanya, bahwa ia sendiri dipersembahkan dalam apa yang ia persembahkan"
(civ. 10,6).
Kehadiran Kristus oleh Kekuatan Sabda-Nya dan Kekuatan Roh Kudus
1373 "Yesus Kristus yang telah mati, bahkan lebih lagi: yang telah
bangkit, Ia duduk di sebelah kanan Allah, malah menjadi Pembela bagi kita"
(Rm 8:34). Dalam pelbagai cara Ia hadir di dalam Gereja-Nya Bdk. LG48.; di
dalam Sabda-Nya, di dalam doa Gereja-Nya, "di dalam dua atau tiga orang
yang berkumpul dalam nama-Ku" (Mat 18:20), dalam orang miskin, orang
sakit, orang tahanan Bdk. Mat 25:31-46., dalam Sakramen-sakramen-Nya yang Ia
ciptakan, dalam kurban misa, dan dalam pribadi orang yang melaksanakan
pelayanan imami, "tetapi Ia hadir ... terutama dalam kedua rupa Ekaristi"
(SC 7).
1374 Cara kehadiran Kristus dalam rupa Ekaristi bersifat khas. Kehadiran
itu meninggikan Ekaristi di atas semua Sakramen, sehingga ia "seakan-akan
sebagai penyempurnaan kehidupan rohani dan tujuan semua Sakramen" (Tomas
Aqu., s.th. 3,73,3). Dalam Sakramen Ekaristi mahakudus, tercakuplah
"dengan sesungguhnya, secara real dan substansial tubuh dan darah bersama
dengan jiwa dan ke-Allahan Tuhan kita Yesus Kristus dan dengan demikian seluruh
Kristus" (Konsili Trente: DS 1651). "Bukan secara eksklusif kehadiran
ini disebut 'real', seakan-akan yang lain tidak 'real', melainkan secara
komparatif ia diutamakan, karena ia bersifat substansial; karena di dalamnya
hadirlah Kristus yang utuh, Allah dan manusia" ( MF 39). 1211
1375 Kristus hadir di dalam Sakramen ini oleh perubahan roti dan anggur
menjadi tubuh dan darah-Nya. Bapa-bapa Gereja menekankan dengan tegas iman
Gereja, bahwa Sabda Kristus dan kuasa Roh Kudus bekerja begitu kuat, sehingga
mereka dapat melaksanakan perubahan ini. Santo Yohanes Krisostomus menjelaskan:
"Bukan manusia yang
menyebabkan bahwa bahan persembahan menjadi tubuh dan darah Kristus, melainkan
Kristus sendiri yang telah disalibkan untuk kita. Imam yang mewakili Kristus,
mengucapkan kata-kata ini, tetapi daya kerjanya dan rahmat datang dari Allah.
Inilah tubuh-Ku, demikian ia berkata. Kata-kata ini mengubah bahan persembahan
itu" (prod. Jud. 1,6).
Dan
santo Ambrosius mengatakan tentang perubahan ini:
"Di sini terdapat sesuatu
yang tidak dibentuk alam, tetapi yang dikonsekrir dengan berkat, dan daya guna
berkat itu melampaui kodrat, malahan kodrat itu sendiri diubah melalui
berkat... Bukankah Kristus, yang dapat menciptakan yang belum ada dari
ketidakadaan, dapat mengubah yang ada ke dalam sesuatu, yang sebelumnya tidak
ada? Menciptakan hal baru, tidak lebih gampang daripada mengubah kodrat"
(myst. 9,50,52).
1376 Konsili Trente menyimpulkan iman Katolik, dengan menjelaskan:
"Karena Kristus Penebus kita mengatakan bahwa apa yang Ia persembahkan
dalam rupa roti adalah benar-benar tubuh-Nya, maka di dalam Gereja Allah selalu
dipegang teguh keyakinan ini, dan konsili suci ini menjelaskannya kembali: oleh
konsekrasi roti dan anggur terjadilah perubahan seluruh substansi roti ke dalam
substansi tubuh Kristus, Tuhan kita, dan seluruh substansi anggur ke dalam
substansi darah-Nya. Perubahan ini oleh Gereja Katolik dinamakan secara tepat
dan dalam arti yang sesungguhnya perubahan hakiki [transsubstansiasi]"
(DS: 1642).
1377 Kehadiran Kristus dalam Ekaristi mulai dari saat konsekrasi dan
berlangsung selama rupa Ekaristi ada. Di dalam setiap rupa dan di dalam setiap
bagiannya tercakup seluruh Kristus, sehingga pemecahan roti tidak membagi
Kristus Bdk. Konsili Trente: DS 1641..
1378 Penghormatan kepada Ekaristi. Di dalarn liturgi misa kita
menyatakan iman kita bahwa Kristus sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur,
antara lain dengan berlutut atau menundukkan diri sebagai tanda penyembahan
Tuhan. "Gereja Katolik menyembah Ekaristi kudus tidak hanya selama misa
kudus, tetapi juga di luar perayaan misa, kalau ia menyimpan hosti yang telah
dikonsekrir dengan perhatian besar, mentakhtakannya untuk disembah oleh umat
beriman secara meriah dan membawanya dalam prosesi" (MF 56).
1379 "Cadangan kudus" (tabernakel) pada mulanya dimaksudkan
untuk menyimpan Ekaristi secara layak, supaya di luar perayaan misa dapat
dihantarkan kepada orang sakit dan mereka yang tidak hadir. Oleh iman yang
mendalam akan kehadiran real Kristus di dalam Ekaristi-Nya, Gereja menjadi
sadar bahwa sangatlah berarti menyembah Kristus yang hadir di dalam rupa
Ekaristi. Karena itu tabernakel harus ditempatkan di suatu tempat yang sangat
layak di dalam gereja dan harus dibuat sedemikian, sehingga ia menunjukkan dan
menampilkan kebenaran tentang kehadiran Kristus di dalam Sakramen mahakudus.
1380 Ada arti yang mendalam bahwa Kristus hendak hadir di dalam
Gereja-Nya atas cara yang khas ini. Karena Kristus dalam rupa yang kelihatan
meninggalkan orang-orang-Nya, maka Ia hendak memberi kepada kita kehadiran
sakramenal-Nya; karena Ia menyerahkan diri di salib untuk menyelamatkan kita,
Ia menghendaki bahwa kita memiliki tanda kenangan cinta-Nya terhadap kita, yang
dengannya mengasihi kita "sampai kesudahannya" (Yoh 13:1), sampai
kepada penyerahan kehidupan-Nya. Di dalam kehadiran Ekaristi, Ia tinggal atas
cara yang penuh rahasia di tengah kita sebagai Dia, yang telah mengasihi kita
dan telah menyerahkan diri untuk kita Bdk. Gal 2:20., dan Ia hadir di dalam
tanda-tanda yang menyatakan dan menyampaikan cinta kasih ini.
"Gereja dan dunia sangat
membutuhkan penghormatan kepada Ekaristi. Di dalam Sakramen cinta ini Yesus
sendiri menantikan kita. Karena itu, tidak ada waktu yang lebih berharga
daripada menemui Dia di sana: dalam penyembahan, dalam kontemplasi dengan penuh
iman, dan siap untuk memberi silih bagi kesalahan besar dan ketidakadilan yang
ada di dunia. Penyembahan kita tidak boleh berhenti" (Yohanes Paulus II,
surat "Dominicae "cenae" 3).
1381 Tomas Aquinas mengatakan: "Bahwa tubuh Kristus yang sebenarnya
dan darah Kristus yang sebenarnya hadir dalam Sakramen ini, tidak dapat
ditangkap oleh indera ..., tetapi hanya oleh iman, yang bersandar pada otoritas
ilahi. Karena itu berkatalah Sirilus tentang kalimat Kitab Suci 'Inilah
tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu' (Luk 22:19): 'jangan ragu-ragu apakah itu
benar, melainkan terimalah kata-kata Penebus itu dalam iman. Karena Ia adalah
kebenaran, jadi Ia tidak menipu'" (s.th. 3,75,1; dikutip oleh Paulus VI,
MF 18).
Aku sembah sujud di hadapan-Mu
Tuhan yang tersamar hadir di sini
Hanya rupa roti tertampak kini
Namun aku yakin akan Sabda-Mu
Pancainderaku tak menangkapnya
Namun aku yakin akan Sabda-Mu
Sebab hanya Sabda Allah Putera
Kebenaran mutlak tak
tersangkalkan.
(Tomas Aquinas, Himne "Adoro
te devote").
VI. * Perjamuan Paska
1382 Misa adalah serentak, dan tidak terpisahkan, kenangan kurban di
mana kurban salib hidup terus untuk selama-lamanya perjamuan komuni kudus
dengan tubuh dan darah Tuhan. Upacara kurban Ekaristi diarahkan seluruhnya
kepada persatuan erat dengan Kristus melalui komuni. Menerima komuni berarti
menerima Kristus sendiri, yang telah menyerahkan diri untuk kita. 950
1383 Altar, di sekitarnya Gereja berhimpun untuk merayakan Ekaristi,
menampilkan kedua aspek dari misteri yang satu dan sama: altar kurban dan meja
Tuhan. Altar Kristen adalah lambang Kristus sendiri, yang hadir di tengah
perhimpunan umat beriman sebagai kurban yang dibawakan untuk penyilihan kita
dan sekaligus sebagai makanan surgawi yang diserahkan kepada kita. "Altar
Kristus itu tidak lain dari citra tubuh Kristus" demikian santo Ambrosius
(sacr. 5,7) dan di tempat lain "Altar melambangkan tubuh [Kristus] dan
tubuh Kristus ada di atas altar" (sacr. 4,7). Liturgi menyatakan kesatuan
kurban dan komuni ini dalam sejumlah besar doa-doa. Misalnya Gereja Roma berdoa
dalam Doa Syukur Agungnya:
"Allah yang mahakuasa,
utuslah malaikat-Mu yang kudus menghantar persembahan ke hadirat-Mu [ke atas
altar-Mu di surga] agar kami yang mengambil bagian dalam kurban perjamuan ini
dengan menyambut tubuh dan darah Putera-Mu, dipenuhi dengan rahmat dan
berkat." 1182
"Ambillah dan Makanlah": Komuni
1384 Tuhan menyampaikan kepada kita suatu undangan yang sangat mendesak
supaya menyambut Dia dalam Sakramen Ekaristi. "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya,
kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu" (Yoh 6:53).
1385 Untuk menjawab undangan ini, kita harus mempersiapkan diri untuk
saat yang begitu agung dan kudus. Santo Paulus mengajak supaya mengadakan
pemeriksaan batin: "barang siapa dengan cara yang tidak layak makan roti
atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu
hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan
roti dan minum dari cawan itu. Karena barang siapa makan dan minum tanpa
mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya" (1 Kor
11:27-29) Siapa yang sadar akan sebuah dosa besar, harus menerima Sakrainen
Pengakuan sebelum ia menerima komuni.
1386 Mengingat keagungan Sakramen ini, warga beriman harus dengan rendah
hati dan dengan iman teguh mengambil hikmah dari perkataan sang perwira Bdk.
Mat 8:8.: "Tuhan, aku tidak layak menerima Tuhan di dalam rumahku, katakan
saja sepatah kata, maka jiwaku akan sembuh." Dalam liturgi ilahi dari Santo
Yohanes Krisostomus umat beriman berdoa dalam roh yang sama:
"Izinkanlah aku hari ini
mengambil bagian dalam perjamuan mistik-Mu, ya Putera Allah, Aku tidak akan
mengkhianati rahasia ini kepada musuh-musuh-Mu, dan juga tidak memberi ciuman
seperti Yudas, tetapi seperti penyamun itu aku berseru kepada-Mu: Tuhan
ingatlah aku dalam Kerajaan-Mu!" 732
1387 Supaya mempersiapkan diri secara wajar untuk menerima Sakramen ini,
umat beriman perlu memperhatikan pantang Bdk. CIC, can. 919. yang diwajibkan
Gereja. Di dalam sikap (gerak-gerik, pakaian) akan terungkap penghormatan,
kekhidmatan, dan kegembiraan yang sesuai dengan saat di mana Kristus menjadi
tamu kita.
1388 Sangat sesuai dengan arti Ekaristi yang sesungguhnya bahwa umat
beriman, apabila mereka memenuhi semua prasyarat, menerima komuni setiap kali
mereka mengambil bagian dalam misa: "dianjurkan dengan sangat partisipasi
umat yang lebih sempurna dalam misa, dengan menerima tubuh Tuhan dari kurban
itu juga sesudah imam menyambut komuni" (SC 55).
1389 Gereja mewajibkan umat beriman, "menghadiri ibadat ilahi pada
hari Minggu dan hari raya" (OE 15) dan sesudah mempersiapkan diri melalui
Sakramen Pengakuan, sekurang-kurangnya satu kali setahun menerima komuni suci,
sedapat mungkin dalam masa Paska Bdk. CIC, can. 920.. Tetapi Gereja
menganjurkan dengan tegas kepada umat beriman, supaya menerima komuni suci pada
hari Minggu dan hari raya atau lebih sering lagi, malahan setiap hari.
1390 Karena Kristus hadir secara sakramental dalam setiap rupa itu, maka
seluruh buah rahmat Ekaristi dapat diterima, walaupun komuni hanya diterima
dalam rupa Roti saja. Karena alasan-alasan pastoral, maka cara menerima komuni
inilah yang paling biasa di dalam ritus Latin. Tetapi "arti perlambangan
komuni dinyatakan secara lebih penuh, apabila ia diberikan dalam dua rupa.
Dalam bentuk ini lambang perjamuan Ekaristi dinyatakan atas cara yang lebih
sempurna" (IGMR 240). Di dalam ritus Gereja-gereja Timur cara menerima
komuni macam inilah yang biasa dipergunakan.
Buah-buah Komuni
1391 Komuni memperdalam persatuan kita dengan Kristus. Buah utama dari
penerimaan Ekaristi di dalam komuni ialah persatuan yang erat dengan Yesus
Kristus. Tuhan berkata: "Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku,
ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia" (Yoh 6:56). Kehidupan di
dalam Kristus mempunyai dasarnya di dalam perjamuan Ekaristi: "Sama
seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga
barang siapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku" (Yoh 6:57).
"Kalau pada hari raya Tuhan
umat beriman menerima tubuh Tuhan, mereka saling mengumumkan warta gembira
bahwa anugerah-anugerah sudah diberikan, seperti dahulu ketika malaikat
mengatakan kepada Maria Magdalena: 'Kristus telah bangkit'. Juga sekarang
kehidupan dan kebangkitan itu dianugerahkan kepada orang yang menerima
Kristus" (Fanqith, Ofisi Siria dari Antiokia, jilid 1, Commune, hal. 237
a-b).
1392 Apa yang dihasilkan makanan jasmani dalam kehidupan jasmani kita,
itu yang dicapai komuni dalam kehidupan rohani kita atas cara yang mengagumkan.
Komuni dengan tubuh Kritus yang telah bangkit, suatu daging "yang berkat
Roh Kudus dihidupkan dan menghidupkan" (PO 5), melindungi, menambah, dan
membaharui pertumbuhan kehidupan rahmat yang diterima dalam Pembaptisan.
Pertumbuhan ini dalam kehidupan Kristen membutuhkan makanan komuni Ekaristi,
roti penziarahan kita, sampai kepada saat kematian kita, di mana ia diberikan
kepada kita sebagai bekal perjalanan.
1393 Komuni memisahkan kita dari dosa. Tubuh Kristus yang kita terima
dalam komuni, telah "diserahkan untuk kita" dan darah yang kita
minum, telah "dicurahkan untuk banyak orang demi pengampunan dosa".
Karena itu Ekaristi tidak dapat menyatukan kita dengan Kristus, tanpa serentak
membersihkan kita dari dosa yang, telah dilakukan dan melindungi kita terhadap
dosa-dosa baru.
"'Setiap kali kita
menerimanya, kita menyatakan kematian Tuhan' Bdk. 1 Kor 11:26.. Kalau kita
menyatakan kematian Tuhan, kita menyatakan pengampunan dosa. Andai kata setiap
kali bila darah-Nya dicurahkan, itu dicurahkan demi pengampunan dosa, aku harus
selalu menerimanya, supaya ia selalu menyembuhkan dosa-dosaku. Aku yang selalu
berbuat dosa, harus selalu mempunyai sarana penyembuhan" (Ambrosius, sacr.
4,28).
1394 Seperti halnya makanan jasmani perlu untuk mengembalikan lagi
kekuatan yang sudah terpakai, demikianlah Ekaristi memperkuat cinta yang
terancam menjadi lumpuh dalam kehidupan sehari-hari. Cinta yang dihidupkan
kembali ini menghapus dosa ringan Bdk. Konsili Trente: DS 1638.. Kalau Kristus
menyerahkan Diri kepada kita, Ia menghidupkan cinta kita dan memberi kita
kekuatan, supaya memutuskan hubungan dengan kecenderungan yang tidak teratur
kepada makhluk-makhluk dan membuat kita berakar di dalam Dia.
"Karena Kristus telah wafat
untuk kita karena cinta, maka setiap kali kita merayakan peringatan akan
kematian-Nya, kita mohon pada saat persembahan, agar cinta itu diberi kepada
kita oleh kedatangan Roh Kudus. Kita mohon dengan rendah hati, supaya berkat
cinta, yang dengannya Kristus rela wafat untuk kita, kita pun setelah menerima
rahmat Roh Kudus, memandang dunia sebagai disalibkan untuk kita dan kita
sebagai disalibkan untuk dunia.... Marilah kita, karena kita telah menerima
cinta itu secara cuma-cuma, mati untuk dosa dan hidup untuk Allah"
(Fulgensius dari Ruspe, Fab. 28,16-19).
1395 Oleh cinta yang disulut Ekaristi di dalam kita, ia menjauhkan kita
dari dosa berat pada masa mendatang. Semakin kita ambil bagian dalam hidup
Kristus dan semakin kita bergerak maju dalam persahabatan dengan-Nya, semakin
kurang pula bahaya bahwa kita memisahkan diri dari-Nya oleh dosa besar. Tetapi
bukan Ekaristi, melainkan Sakramen pengampunan ditetapkan untuk mengampuni dosa
berat. Ekaristi adalah Sakramen bagi mereka, yang hidup dalam persekutuan penuh
dengan Gereja.
1396 Kesatuan Tubuh Mistik: Ekaristi membangun Gereja. Siapa yang
menerima Ekaristi, disatukan lebih erat dengan Kristus. Olehnya Kristus
menyatukan dia dengan semua umat beriman yang lain menjadi satu tubuh: Gereja.
Komuni membaharui, memperkuat, dan memperdalam penggabungan ke dalam Gereja,
yang telah dimulai dengan Pembaptisan. Di dalam Pembaptisan kita dipanggil
untuk membentuk satu tubuh Bdk. 1 Kor 12:13.. Ekaristi melaksanakan panggilan
ini: "Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur
adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan
adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita,
sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam
roti yang satu itu" (1 Kor 10:16-17):
"Kalau kamu Tubuh Kristus
dan anggota-anggota-Nya, maka Sakramen yang adalah kamu sendiri, diletakkan di
atas meja Tuhan; kamu menerima Sakramen, yang adalah kamu sendiri. Kamu
menjawab atas apa yang kamu terima, dengan 'Amin' [Ya, demikianlah] dan kamu
menandatanganinya, dengan memberi jawaban atasnya. Kamu mendengar perkataan
'Tubuh Kristus', dan kamu menjawab 'Amin'. Jadilah anggota Kristus, supaya
Aminmu itu benar" (Agustinus, serm. 272).
1397 Ekaristi mewajibkan kita terhadap kaum miskin. Supaya dengan
ketulusan hati menerima tubuh dan darah Kristus yang diserahkan untuk kita,
kita juga harus mengakui Kristus di dalam orang-orang termiskin,
saudara-saudara-Nya Bdk. Mat 25:40..
"Kamu telah minum darah
Kristus, namun tidak mengenal saudaramu. Kamu mencemarkan meja ini, karena kamu
menganggapnya tidak layak membagi-bagi makananmu kepada orang-orang, yang telah
dilayakkan, untuk mengambil bagian dalam meja ini. Allah telah membebaskan kamu
dari semua dosamu dan telah mengundang kamu untuk itu. Dan kamu sama sekali
tidak menjadi lebih berbelas kasihan" (Yohanes Krisostomus, hom. in 1 Cor
27,4).
1398 Ekaristi dan kesatuan umat beriman. Karena keagungan misteri ini,
santo Augustinus berseru: "0 Sakramen kasih sayang, tanda kesatuan, ikatan
cinta" (ev. Jo 26,6,13) Bdk. SC 47.. Dengan demikian orang merasa lebih
sedih lagi karena perpecahan Gereja yang memutuskan keikutsertaan bersama pada
meja Tuhan; dengan demikian lebih mendesaklah doa-doa kepada Tuhan, supaya saat
kesatuan sempurna semua orang yang percaya kepada-Nya, pulih kembali.
1399 Gereja-gereja Timur, yang tidak berada dalam kesatuan penuh dengan Gereja
Katolik, merayakan Ekaristi dengan cinta yang besar. "Sungguhpun terpisah,
Gereja-gereja Timur mempunyai Sakramen-sakramen yang sejati, terutama
berdasarkan suksesi apostolik, imamat dan Ekaristi. Melalui Sakramen-sakramen
itu mereka masih berhubungan erat sekali dengan kita". Dengan demikian
semacam persekutuan "in sacris", jadi dalam Ekaristi, "bila
situasi memang menguntungkan dan dengan persetujuan pimpinan Gerejani, bukan
hanya mungkin, melainkan juga dianjurkan" (UR 15). Bdk. CIC, can. 844, ? 3.
1400 Persekutuan-persekutuan Gereja yang muncul dari Reformasi, yang
terpisah dari Gereja Katolik, "terutama karena tidak memiliki Sakramen
Tahbisan, sudah kehilangan hakikat misteri Ekaristi yang otentik dan
sepenuhnya" (UR 22). Karena alasan ini, maka bagi Gereja Katolik tidak
mungkin ada interkomuni Ekaristi dengan persekutuan-persekutuan ini.
"Kendati begitu, bila dalam Perjamuan Kudus mereka mengenangkan wafat dan
kebangkitan Tuhan, mereka mengimani, bahwa kehidupan terdapat dalam persekutuan
dengan Kristus, dan mereka mendambakan kedatangan-Nya kembali dalam
kemuliaan" (UR 22).
1401 Jika menurut pandangan Uskup diosesan ada situasi darurat yang
mendesak, imam-imam Katolik boleh menerimakan Sakramen-sakramen Pengakuan,
Ekaristi, dan Urapan Orang Sakit juga kepada orang-orang Kristen lain yang
tidak mempunyai kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, bila mereka sendiri
secara sukarela memintanya, asalkan mengerti Sakramen-sakramen itu mereka
memperlihatkan iman Katolik serta berada dah disposisi yang baik Bdk. CIC, can.
844, ? 4..
VII. * Ekaristi - "Jaminan Kemuliaan yang akan Datang"
1402 Di dalam satu doa tua Gereja memuji misteri Ekaristi: "0
perjamuan kudus, di mana Kristus adalah santapan kita; kenangan akan
sengsara-Nya, kepenuhan rahmat, jaminan kemuliaan yang akan datang".
Karena Ekaristi adalah upacara peringatan Paska Tuhan, dan karena kita, oleh
"keikutsertaan kita pada altar... dipenuhi dengan semua rahmat dan berkat
surgawi" (MR, Doa Syukur Agung Romawi 96), maka Ekaristi adalah juga
antisipasi kemuliaan surgawi.
1403 Pada perjamuan malam terakhir Tuhan mengarahkan perhatian
murid-murid-Nya kepada penyempurnaan Paska dalam Kerajaan Allah: "Aku
berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok
anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama
dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku" (Mat 26:29) Bdk. Luk 22:18; Mrk
14:25.. Setiap kali, apabila Gereja merayakan Ekaristi, ia ingat akan
perjanjian ini dan mengarahkan pandangannya kepada Dia, "yang akan
datang" (Why 1:4). Dalam doanya ia memohon kedatangan-Nya: "Marana
tha" (1 Kor 16:22). "Datanglah, Tuhan Yesus" (Why 22:20).
"Datanglah rahmat-Mu dan lenyaplah dunia ini" (Didache 10,6).
1404 Gereja tahu bahwa dalam Ekaristi, Tuhan sekarang ini sudah datang
dan berada di tengah kita. Tetapi kehadiran-Nya ini terselubung. Karena itu
kita merayakan Ekaristi, sambil "mengharapkan kedatangan penyelamat kita
Yesus Kristus" (MR, Embolisme sesudah Bapa kami) Bdk. Tit 2:13., dan
berdoa: "biarkanlah kami juga, seperti yang Engkau janjikan, duduk di meja
dalam kerajaan-Mu. Pada waktu itulah Engkau akan menghapus setiap tetes air
mata kesedihan. Karena dengan memandang Dikau, ya Bapa, kami pun akan
menyerupai Engkau sepanjang masa. Dan tak henti-hentinya kami memuji Dikau
bersama Kristus, Tuhan kami" (MR Doa Syukur Agung III, 116: doa untuk
orang yang mati).
1405 Ekaristi adalah jaminan yang paling aman dan tanda yang paling
jelas bahwa harapan besar akan surga baru dan dunia baru, di mana terdapat
keadilan, Bdk. 2 Ptr 3:13. akan terpenuhi. Setiap kali misteri ini dirayakan,
"terlaksanalah karya penebusan kita" (LG 3) dan kita memecahkan
"satu roti..., obat kebakaan, penangkal racun, sehingga orang tidak mati,
tetapi hidup selama-lamanya dalam Yesus Kristus" (Ignasius dari Antiokia,
Eph. 20,2).
TEKS-TEKS SINGKAT
1406 Yesus bersabda: "Akulah roti hidup yang
telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya... Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai
hidup yang kekal... ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia " (Yoh
6:51. 54. 56).
1407 Ekaristi adalah pusat dan puncak kehidupan
Gereja. Lewat Ekaristi Kristus mengikutsertakan Gereja-Nya dan semua
anggota-Nya di dalam kurban pujian dan syukur yang Ia persembahkan di salib
kepada Bapa-Nya satu kali untuk selama-lamanya. Melalui kurban ini Ia
mengalirkan rahmat keselamatan kepada tubuh-Nya yaitu Gereja.
1408 Dalam perayaan Ekaristi selalu termasuk:
pewartaan Sabda Allah, ucapan syukur kepada Allah Bapa untuk segala
kebaikan-Nya terutama bahwa Ia menyerahkan Putera-Nya; perubahan roti dan
anggur dan keikutsertaan dalam perjamuan liturgi oleh penerimaan tubuh dan
darah Tuhan. Unsur-unsur ini membentuk satu perayaan ibadat yang integral.
1409 Ekaristi adalah upacara peringatan akan Paska
Kristus, artinya karya penyelamatan yang telah dilaksanakan oleh kehidupan,
kematian, dan kebangkitan Kristus. Karya ini dihadirkan di dalam kegiatan
liturgi.
1410 Kristus sendiri, Imam Agung abadi Perjanjian
Baru, mempersembahkan kurban Ekaristi melalui pelayanan imam. Demikian juga
Kristus sendirilah menjadi bahan persembahan dalam kurban Ekaristi. Ia sendiri
sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur.
1411 Hanya para imam yang ditahbiskan secara sah,
dapat memimpin upacara Ekaristi dan mengkonsekrir roti dan anggur supaya
menjadi tubuh dan darah Kristus.
1412 Tanda-tanda hakiki Sakramen Ekaristi adalah
roti dari gandum dun anggur dari buah anggur. Berkat Roh Kudus dimohonkan ke
atasnya dan imam mengucapkan kata-kata konsekrasi, yang Yesus ucapkan dalam
perjamuan malam terakhir "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu....
Inilah piala darah-Ku. ..."
1413 Oleh konsekrasi terjadilah perubahan
[transsubstansiasi] roti dan anggur ke dalam tubuh dan darah Kristus. Di dalam
rupa roti dan anggur yang telah dikonsekrir itu Kristus sendiri, Dia yang hidup
dan dimuliakan, hadir sungguh, nyata, dan secara substansial dengan tubuh-Nya,
darah-Nya, jiwa-Nya, dan kodrat ilahi-Nya Bdk. Konsili Trente: DS 1640; 1651..
1414 Sebagai kurban, Ekaristi itu dipersembahkan
juga untuk pengampunan dosa orang-orang hidup dan mati dan untuk memperoleh
karunia rohani dan jasmani dari Tuhan.
1415 Siapa yang hendak menerima Kristus dalam
komuni Ekaristi, harus berada dalam keadaan rahmat. Kalau seorang sadar bahwa
ia melakukan dosa berat, ia tidak boleh menerima Ekaristi tanpa sebelumnya
menerima pengampunan di dalam Sakramen Pengakuan.
1416 Penerimaan tubuh dan darah Kristus yang kudus
mempererat hubungan antara yang menerima komuni dengan Tuhan, mengampuni
dosa-dosanya yang ringan, dan melindunginya dari dosa-dosa berat. Oleh karena
ikatan cinta antara yang menerima komuni dan Kristus diperkuat, maka penerimaan
Sakramen ini meneguhkan kesatuan Gereja, Tubuh Mistik Kristus.
1417 Gereja menganjurkan dengan tegas kepada umat
beriman, supaya setiap kali mereka mengambil bagian dalam acara Ekaristi,
mereka menerima komuni; ia mewajibkan mereka, supaya paling kurang menerimanya
satu kali dalam setahun.
1418 Oleh karena Kristus sendiri hadir di dalam
Sakramen altar, maka patutlah Ia dihormati dengan penyembahan. "Kunjungan
Sakramen mahakudus adalah bukti syukur terima kasih, tanda cinta, dan pemenuhan
kewajiban untuk menyembah Kristus Tuhan kita" (MF).
1419 Oleh karena Kristus telah pergi dari dunia ini
kepada Bapa-Nya, maka dalam Ekaristi, Ia memberi kepada kita jaminan akan
kemuliaan-Nya yang akan datang. Keikutsertaan dalam kurban kudus membuat hati
kita menyerupai hati-Nya, menopang kekuatan kita dalam penziarahan hidup ini,
membuat kita merindukan kehidupan abadi, serta menyatukan kita sekarang ini
dengan Gereja surgawi, Perawan Maria yang kudus, dan dengan semua orang kudus.
BAB II
SAKRAMEN-SAKRAMEN PENYEMBUHAN
1420 Oleh Sakramen-sakramen inisiasi Kristen, manusia mendapat hidup
baru dalam Kristus. Tetapi kita membawa kehidupan ini "dalam bejana tanah
liat" (2 Kor 4:7). Sekarang kehidupan itu masih "tersembunyi bersama
dengan Kristus di dalam Allah" (Kol 3:3). Kita masih hidup "dalam
kemah kediaman kita di bumi ini" (2 Kor 5: 1) dan takluk kepada sengsara,
penyakit, dan kematian. Dengan demikian kehidupan yang baru ini pun dapat
diperlemah dan malahan dapat hilang sama sekali oleh dosa.
1421 Yesus Kristus, dokter jiwa dan tubuh kita, yang telah mengampuni
dosa orang lumpuh dan telah memberi kembali kesehatan kepadanya Bdk. Mrk
2:1-12., menghendaki bahwa Gereja-Nya melanjutkan karya penyembuhan dan
penyelamatan-Nya dalam kekuatan Roh Kudus. Karya ini juga dibutuhkan anggota-anggota
Gereja sendiri Untuk itu ada dua Sakramen penyembuhan: Sakramen Pengakuan dan
Sakramen Urapan Orang Sakit.
ARTIKEL 4 * SAKRAMEN TOBAT DAN PERDAMAIAN
1422 "Mereka yang menerima Sakramen Tobat memperoleh pengampunan
dari belas kasihan Allah atas penghinaan mereka terhadap-Nya; sekaligus mereka
didamaikan dengan Gereja, yang telah mereka lukai dengan berdosa, dan yang
membantu pertobatan mereka dengan cinta kasih, teladan serta doa-doanya"
(LG 11).
I. * Bagaimana Sakramen Ini Dinamakan ?
1423 Orang menamakannya Sakramen tobat, karena ia melaksanakan secara
sakramental panggilan Yesus untuk bertobat Bdk. Mrk 1:15., untuk bangkit dan
kembali kepada Bapa Bdk. Luk 15:18., dari Siapa orang telah menjauhkan diri
karena dosa.
Orang menamakannya Sakramen
pemulihan, karena ia menyatakan langkah pribadi dan gerejani demi pertobatan,
penyesalan, dan pemulihan warga Kristen yang berdosa. 1989, 1440
1424 Orang menamakannya Sakramen Pengakuan karena penyampaian, pengakuan
dosa di depan imam adalah unsur hakiki Sakramen ini. Menurut suatu pengertian
yang mendalam, Sakramen itu juga adalah satu "pengakuan" -
penghargaan dan pujian - akan kekudusan Allah dan kerahiman-Nya terhadap orang
yang berdosa.
Orang menamakannya Sakramen
pengampunan, karena oleh absolusi imam, Kristus menganugerahkan secara
sakramental kepada orang yang mengakukan dosanya "pengampunan dan
kedamaian" (OP, rumus absolusi).
Orang menamakannya Sakramen
perdamaian, karena ia memberi kepada pendosa cinta Allah yang mendamaikan:
"Berilah dirimu didamaikan dengan Allah" (2 Kor 5:20). Siapa yang
hidup dari cinta Allah yang berbelaskasihan, selalu siap memenuhi amanat Tuhan:
"Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu" (Mat 5:24).
II. * Untuk Apa Suatu Sakramen Perdamaian sesudah Pembaptisan ?
1425 "Kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan,
kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah
kita" (1 Kor 6:11). Orang harus sadar, betapa besar anugerah Allah ini,
yang telah dianugerahkan kepada kita dalam Sakramen-Sakramen inisiasi Kristen,
supaya mengerti, bagaimana dosa tidak pantas lagi bagi orang yang
"mengenakan Kristus" (Gal 3:27). Tetapi Rasul Yohanes mengatakan:
"Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri
dan kebenaran tidak ada di dalam kita" (1 Yoh 1:8). Dan Tuhan sendiri
mengajar kita berdoa: "Ampunilah kami akan dosa kami" (Luk 11:4).
Sementara itu Ia menghubungkan kerelaan kita untuk saling mengampuni dengan
pengampunan yang akan Allah berikan atas dosa-dosa kita. 1263, 2838
1426 Pertobatan kepada Kristus, kelahiran kembali dalam Pembaptisan,
anugerah Roh Kudus, penerimaan tubuh dan darah Kristus sebagai makanan, membuat
kita "kudus dan tidak bercacat... di hadapan Allah" (Ef 1:4)
sebagaimana Gereja sendiri, mempelai Kristus adalah "kudus" dan
"tanpa kerut" (Ef 5:27). Namun kehidupan baru yang diterima dalam
inisiasi Kristen tidak menghilangkan kerapuhan dan kelemahan kodrat manusiawi,
dan juga tidak menghilangkan kecenderungan kepada dosa, yang dinamakan
"concupiscentia". Kecondongan ini tinggal dalam orang yang dibaptis,
supaya dengan bantuan rahmat Kristus mereka membuktikan kekuatan mereka dalam
perjuangan hidup Kristen Bdk. DS 1515.. Inti perjuangan ini ialah: kembali
kepada kekudusan dan kehidupan abadi, ke mana Tuhan selalu memanggil kita Bdk.
DS 1545; LG 40.. 405,
978,
III. * Pertobatan Orang-orang yang telah Dibaptis
1427 Yesus menyerukan supaya bertobat. Seruan ini adalah bagian hakiki
dari pewartaan Kerajaan Allah: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah
dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil !"(Mrk 1:15). Di dalam
pewartaan Gereja seruan ini ditujukan pertama-tama kepada mereka yang belum
mengenal Kristus dan Injil-Nya. Tempat pertobatan yang pertama dan mendasar adalah
Sakramen Pembaptisan. Oleh iman akan kabar gembira dan oleh Pembaptisan Bdk.
Kis 2:38. orang menyangkal yang jahat dan memperoleh keselamatan, yang adalah
pengampunan segala dosa dan anugerah hidup baru.
1428 Seruan Yesus untuk bertobat juga dilanjutkan dalam hidup
orang-orang Kristen. Pertobatan kedua adalah tugas yang terus-menerus untuk
seluruh Gereja; Gereja ini "merangkum pendosa-pendosa dalam pangkuannya
sendiri: Oleh karena itu Gereja perlu selalu penyucian dan sekaligus harus
dibersihkan, serta terus-menerus menjalankan pertobatan dan pembaharuan"
(LG 8). Mengusahakan pertobatan itu bukan perbuatan manusia belaka. Ia adalah
usaha "hati yang patah dan remuk" (Mzm 51:19), yang oleh rahmat
diyakinkan dan digerakkan Bdk. Yoh 6:44; 12:32., untuk menjawab cinta Allah
yang berbelaskasihan, yang lebih dahulu mencintai kita Bdk. 1 Yoh 4:10..
1429 Hal ini dibuktikan pertobatan Petrus sesudah ia menyangkal Gurunya
sebanyak tiga kali. Pandangan Yesus yang penuh belas kasihan mencucurkan air
mata penyesalan Bdk. Luk 22:61. dan sesudah kebangkitan Tuhan, Petrus menjawab
ya sebanyak tiga kali atas pertanyaan Yesus, apakah ia mencintai-Nya Bdk. Yoh
21:15-17.. Pertobatan kedua juga memiliki satu dimensi persekutuan. Dan ini
dinyatakan dalam satu seruan yang disampaikan oleh Yesus kepada satu umat
secara keseluruhan: "Bertobatlah" (Why 2:5.16).
Santo Ambrosius mengatakan
tentang dua macam pertobatan; di dalam Gereja ada "air dan air mata: air
Pembaptisan dan air mata pertobatan" (ep. 41,12).
III. * Pertobatan Orang-orang yang telah Dibaptis
1430 Seperti seruan para nabi, demikian pula seruan Yesus mengarahkan
kepada pertobatan dan penyesalan, bukan pertama-tama dengan karya yang
kelihatan. "karung dan abu", puasa dan matiraga, melainkan pertobatan
hati, pertobatan batin. Tanpa itu kegiatan pertobatan akan tanpa hasil dan
tidak jujur. Tetapi pertobatan batin mendesak agar menyatakan sikap ini dalam
tanda-tanda yang kelihatan dalam kegiatan dan karya pertobatan Bdk. YI 2:12-
13; Yes 1:16-17; Mat 6:1-6.16-18..
1431 Tobat batin adalah satu penataan baru seluruh kehidupan, satu
langkah balik, pertobatan kepada Allah dengan segenap hati, pelepasan dosa,
berpaling dari yang jahat, yang dihubungkan dengan keengganan terhadap
perbuatan jahat yang telah kita lakukan. Sekaligus ia membawa kerinduan dan
keputusan untuk mengubah kehidupan, serta harapan atas belas kasihan ilahi dan
bantuan rahmat-Nya. Pertobatan jiwa ini diiringi dengan kesedihan yang
menyelamatkan dan kepiluan yang menyembuhkan, yang bapa-bapa Gereja namakan "animi
cruciatus" [kesedihan jiwa], "compunctio cordis" [penyesalan
hati] Bdk. Konsili Trente: DS 1676-1678; 1705; Catech. R. 2,5,4..
1432 Hati manusia itu lamban dan keras. Allah harus memberi kepada
manusia satu hati baru Bdk. Yeh 36:26-27.. Pertobatan itu pertama-tama adalah
karya rahmat Allah, yang membalikkan hati kita kembali kepada-Nya:
"Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya Tuhan, maka kami akan kembali"
(Rat 5:21). Allah memberi kita kekuatan untuk mulai baru. Kalau hati kita
menemukan kebesaran dan cinta Allah, ia akan diguncangkan oleh kejijikan akan
dosa dan oleh beban yang disebabkan dosa. Ia mulai merasa takut, untuk
mempermalukan Allah dengan dosa dan dengan demikian dipisahkan dari-Nya. Hati
manusia bertobat, apabila ia melihat kepada Dia yang ditembusi dosa-dosa kita
Bdk. Yoh 19:37;Za 12:10..
"Marilah kita memandang
darah Kristus dan mengakui, betapa bernilai itu untuk Bapa-Nya; karena
dicurahkan demi keselamatan kita, ia membawa rahmat pertobatan untuk seluruh
dunia" (Klemens dari Roma, Kor. 7,4).
1433 Sejak Paska, Roh Kudus "menginsyatkan" dunia akan
"dosa" (Yoh 16:8-9), artinya Ia menyingkapkan bahwa dunia tidak
percaya kepada Dia, yang diutus Bapa. Roh yang sama, yang membuka kedok dosa,
adalah juga Penolong Bdk. Yoh 15:26. yang memberi rahmat penyesalan dan
pertobatan kepada hati manusia Bdk. Kis 2:36-38; DeV 27-48..
V. * Aneka Ragam Bentuk Tobat dalam Hidup Kristen
1434 Tobat batin seorang Kristen dapat dinyatakan dalam cara yang sangat
berbeda-beda. Kitab Suci dan para Bapa Gereja berbicara terutama tentang tiga
bentuk: puasa, doa, dan memberi sedekah Bdk. Tob 12:8; Mat 6:1-18. sebagai
pernyataan pertobatan terhadap diri sendiri, terhadap Allah, dan terhadap
sesama. Di samping pembersihan secara menyeluruh yang dikerjakan oleh
Pembaptisan atau martirium, mereka mencatat sebagai sarana-sarana untuk
memperoleh pengampunan dosa: upaya-upaya untuk berdamai dengan sesamanya, air
mata pertobatan, keprihatinan untuk keselamatan sesama Bdk. Yak 5:20., doa
syafaat para kudus, dan cinta aktif kepada sesama - karena "kasih menutupi
banyak sekali dosa" (1 Ptr 4:8).
1435 Pertobatan terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan
perdamaian, bantuan, bagi orang miskin, pelaksanaan dan pembelaan keadilan dan
hukum Bdk. Am 5:24; Yes 1:17., pengakuan kesalahan sendiri, teguran
persaudaraan, pemeriksaan cara hidup sendiri, pemeriksaan batin, bimbingan
rohani, penerimaan sengsara, dan ketabahan dalam penghambatan demi keadilan.
Setiap hari memikul salibnya dan mengikuti Kristus adalah jalan yang paling
aman untuk pertobatan Bdk. Luk 9:23..
1436 Ekaristi dan pertobatan. Pertobatan dan penebusan dosa setiap hari
menemukan sumbar dan makanannya di dalam Ekaristi, karena di dalamnya kurban
Kristus yang mendamaikan kita dengan Allah dihadirkan. Olehnya dikenyangkanlah
dan dikuatkanlah orang yang hidup dari kehidupan Kristus. Ialah "nurbisa,
yang olehnya kita dibebaskan dari kesalahan sehari-hari dan dilindungi dari
dosa berat" (Konsili Trente: DS 1638). 1394,
1437 Pembacaan Kitab Suci, doa Bapa
Kami dan Ibadat Harian, tiap kegiatan untuk menghormati Allah secara jujur dan
tindakan kesalehan, menghidupkan roh pertobatan dan metanoia di dalam kita, dan
turut membantu pengampunan dosa-dosa kita.
1438 Masa dan hari pertobatan dalam tahun Gereja (masa puasa, tiap hari
Jumat sebagai kenangan akan kematian Tuhan) adalah waktu pembinaan hidup
pertobatan Gereja Bdk. SC 109-110; CIC, cann. 1249-1253; CCEO, cam. 880-883..
Waktu-waktu ini sangat cocok terutama untuk retret, upacara tobat dan ziarah
pertobatan, untuk pengorbanan secara sukarela umpamanya oleh puasa dan memberi
sedekah, dan untuk membagi-bagi dengan sesama (karya karitatif dan misioner).
1439 Jalan metanoia dan pertobatan dilukiskan Yesus secara sangat
mengesankan dalam perumpamaan mengenai "anak yang hilang", yang
pusatnya adalah "Bapa yang berbelaskasihan" Luk 15:11-24.: godaan
untuk mengenyam kebebasan semu, meninggalkan rumah Bapa; kemelaratan lahiriah
yang menjerat sang putera, setelah ia memboroskan segala milik kepunyaannya;
penghinaan yang mendalam, karena harus menggembalakan babi dan, lebih buruk
lagi, kerinduan agar memuaskan diri dengan makanan babi; renungan akan harta
benda yang telah hilang; penyesalan dan keputusan mengaku diri bersalah di
depan Bapa; jalan kembali; penerimaan yang penuh murah hati oleh Bapa;
kegembiraan Bapa: semuanya itu adalah ciri-ciri proses pertobatan. Pakaian yang
indah, cincin, dan perjamuan pesta adalah lambang kehidupan baru yang murni,
layak, dan penuh kegembiraan, kehidupan seorang manusia yang kembali kepada
Allah dan ke dalam pangkuan keluarganya, Gereja. Hanya hati Kristus, yang
mengenal kedalaman cinta Bapa-Nya, dapat menggambarkan bagi kita jurang belas
kasihan-Nya atas suatu cara yang begitu sederhana dan indah.
VI. * Sakramen Tobat dan Perdamaian
1440 Dosa adalah terutama penghinaan terhadap Allah dan pemutusan
persekutuan dengan Dia. Serentak pula ia merugikan persekutuan dengan Gereja. Karena
itu, pertobatan mendatangkan secara serentak pengampunan Allah dan perdamaian
dengan Gereja. Sakramen pertobatan dan perdamaian menyatakan dan
melaksanakannya dalam liturgi Bdk. LG 11..
Hanya Allah Mengampuni Dosa
1441 Hanya Tuhan dapat mengampuni dosa Bdk. Mrk 2:7.. Karena Yesus itu
Putera Allah, Ia mengatakan tentang diri-Nya, "bahwa di dunia Anak Manusia
mempunyai kuasa mengampuni dosa" (Mrk 2:10). Ia melaksanakan kuasa ilahi
ini: "Dosamu sudah diampuni" (Mrk 2:5; Luk 7:48). Lebih lagi: berkat
otoritas ilahi-Nya, Ia memberi kuasa ini kepada manusia Bdk. Yoh 20:21-23.,
supaya mereka pun melaksanakannya atas nama-Nya.
1442 Kristus menghendaki bahwa Gereja secara keseluruhan dalam doanya,
dalam kehidupannya, dan dalam kegiatannya adalah tanda dan alat pengampunan dan
perdamaian, yang telah Ia beroleh dengan harga darah-Nya. Namun Ia
mempercayakan pelaksanaan kuasa absolusi ini kepada jabatan apostolik.
Kepadanya dipercayakan "pelayanan pendamaian" (2 Kor 5:18). Rasul
diutus "dalam nama Kristus"; melalui dia Allah sendiri menasihati dan
memohon: "Berilah dirimu didamaikan dengan Allah" (2 Kor 5:20).
Perdamaian dengan Gereja
1443 Selama hidupnya di muka umum Yesus tidak hanya mengampuni dosa,
tetapi menunjukkan juga akibat dari pengampunan: Ia menggabungkan lagi para
pendosa yang telah diampuni-Nya ke dalam persekutuan Umat Allah, yang darinya
dosa telah menjauhkan mereka atau malahan mengucilkan mereka. Satu tanda yang
sangat terkenal untuk itu ialah bahwa Yesus mengundang para pendosa ke
meja-Nya, malahan Ia sendiri duduk di meja mereka - satu tindakan yang atas
cara yang mengesankan menyatakan serentak pengampunan oleh Allah Bdk. Luk 15.
dan pengembalian ke dalam pangkuan Umat Allah Bdk. Luk 19:9.. 545
1444 Tuhan memberi kepada para Rasul kuasa-Nya sendiri untuk mengampuni
dosa, Ia juga memberi kepada mereka otoritas untuk mendamaikan para pendosa
dengan Gereja. Aspek gerejani dari tugas ini terutama kelihatan dalam perkataan
meriah Kristus kepada Simon Petrus: "Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan
surga; apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa yang kau
lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga" (Mat 16:19). Jelaslah, bahwa
"tugas mengikat dan melepaskan, yang diserahkan kepada Petrus, ternyata
diberikan juga kepada Dewan para Rasul dalam persekutuan dengan kepalanya Bdk.
Mat 18:18; 28:16-20." (LG 22).
1445 Kata-kata mengikat dan melepaskan berarti: siapa pun yang akan kamu
kucilkan dari persekutuan, maka Allah pun akan mengucilkannya dari persekutuan
dengan diri-Nya; siapa pun yang akan kamu terima kembali dalam persekutuanmu,
maka Allah pun akan menerima-Nya kembali dalam persekutuan dengan diri-Nya.
Perdamaian dengan Gereja tidak dapat dipisahkan dari perdamaian dengan Allah.
Sakramen Pengampunan
1446 Kristus telah menciptakan Sakramen Pengakuan untuk anggota-anggota
Gereja-Nya yang berdosa, terutama untuk mereka yang sesudah Pembaptisan jatuh
ke dalam dosa berat dan dengan demikian kehilangan rahmat Pembaptisan dan
melukai persekutuan Gereja. Sakramen Pengakuan memberi kepada mereka
kemungkinan baru, supaya bertobat dan mendapat kembali rahmat pembenaran
Bapa-bapa Gereja menggambarkan Sakramen ini sebagai "papan penyelamatan
kedua sesudah kecelakaan kapal yakni kehilangan rahmat" (Tertulianus,
paen. 4,2) Bdk. Konsili Trente: DS 1542.. 979,
1856, 1990
1447 Dalam sejarah, bentuk konkret dengannya Gereja menjalankan kuasa
yang diterimanya dari Tuhan, mengalami perubahan-perubahan besar. Selama
abad-abad pertama perdamaian warga Kristen, terutama mereka yang melakukan dosa
berat sesudah Pembaptisan (seperti pemujaan berhala, pembunuhan, dan zina)
dikaitkan pada satu disiplin yang sangat keras: para peniten harus melakukan
penitensi untuk dosa-dosanya sering kali sampai bertahun-tahun di muka umum,
sebelum mereka menerima pengampunan. Ke dalam "status peniten" ini
(yang hanya dimaksudkan untuk dosa berat tertentu) seorang diterima jarang
sekali, malahan di daerah-daerah tertentu hanya sekali seumur hidup. Tergerak
oleh tradisi monastis di Timur, para misionaris Irlandia selama abad ketujub
membawa praklik "penitensi perorangan" ke daratan Eropa. Praktik ini
tidak menuntut cara berpenitensi yang panjang di muka umum sebelum orang
mendapat perdamaian dengan Gereja. Sakramen terjadi atas cara yang rahasia
antara peniten dan imam. Praktik baru ini memberi kemungkinan untuk
mengulanginya dan dengan demikian mengantar menuju penerimaan Sakramen
Pengakuan secara teratur. Ia membuka kemungkinan, memberi pengampunan atas dosa
berat dan dosa ringan dalam satu upacara saja. Itulah garis besar bentuk
pertobatan yang Gereja gunakan sampai hari ini.
1448 Kendati susunan dan upacara Sakramen ini mengalami berbagai
perubahan dalam peredaran sejarah, namun ada kerangka dasar yang sama. Ia
mencakup dua unsur yang sama-sama hakiki: di satu pihak kegiatan manusia yang
bertobat di bawah kuasa Roh Kudus, yaitu penyesalan, pengakuan, dan penitensi;
di lain pihak kegiatan Allah oleh pelayanan Gereja. Di samping itu Gereja, yang
memberi pengampunan dosa oleh Uskup dan imam-imamnya atas nama Yesus Kristus
dan yang menentukan jenis dan cara penitensi, berdoa untuk pendosa dan
menjalankan penitensi bersama dengannya. Dengan demikian pendosa disembuhkan
dan diterima kembali ke dalam persekutuan Gereja.
1449 Rumus absolusi yang dipergunakan dalam Gereja Latin menyatakan
unsur-unsur hakiki Sakramen ini: Bapa belas kasihan adalah sumber segala
pengampunan. Ia mengerjakan pendamaian para pendosa berkat Paska Putera-Nya dan
berkat anugerah Roh-Nya oleh doa dan pelayanan Gereja :
"Allah, Bapa yang mahamurah
telah mendamaikan dunia dengan
diri-Nya,
dalam wafat dan kebangkitan
Putera-Nya.
Ia telah mencurahkan Roh Kudus
demi pengampunan dosa.
Dan berkat pelayanan Gereja,
Ia melimpahkan pengampunan dan
damai kepada orang yang bertobat.
Maka saya melepaskan saudara
dari dosa-dosa saudara
Demi nama Bapa dan Putera dan Roh
Kudus."
VII. * Kegiatan Peniten
1450 "Pertobatan mendorong pendosa untuk menerima segala sesuatu
dengan rela hati: di dalam hatinya ada penyesalan, di mulutnya ada pengakuan,
dalam tindakannya ada kerendahan hati yang mendalam atau penitensi yang
menghasilkan buah" (Catech. R. 2,5,21) Bdk. Konsili Trente: DS 1673..
Penyesalan
1451 Di antara kegiatan peniten, penyesalan mendapat tempat utama. Ia
adalah "kesedihan jiwa dan kejijikan terhadap dosa yang telah dilakukan,
dihubungkan dengan niat, mulai sekarang tidak berdosa lagi" (Konsili
Trente: DS 1676). 1431
1452 Kalau penyesalan itu berasal dari cinta kepada Allah, yang dicintai
di atas segala sesuatu, ia dinamakan "sempurna" atau "sesal
karena cinta" [contritio]. Penyesalan yang demikian itu mengampuni dosa
ringan; ia juga mendapat pengampunan dosa berat, apabila ia dihubungkan dengan
niat yang teguh, secepat mungkin melakukan pengakuan sakramental Bdk. Konsili
Trente: DS 1677.. 1822
1453 Yang dinamakan "penyesalan tidak sempurna" [attritio]
juga merupakan anugerah Allah, satu dorongan Roh Kudus. Ia tumbuh dari renungan
mengenai kejijikan dosa atau dari rasa takut akan hukuman abadi atau
siksa-siksa lain, yang mengancam pendosa [penyesalan karena takut]. Keguncangan
hati nurani yang demikian itu dapat membuka pengembangan batin, yang
diselesaikan di bawah karya rahmat oleh pengampunan sakramental. Penyesalan
tidak sempurna sendiri belum menerima pengampunan dosa berat; tetapi ia
menciptakan kondisi, agar menerimanya dalam Sakramen Pengakuan Bdk. Konsili
Trente: DS 1678; 1705..
1454 Sangat dianjurkan, agar orang mempersiapkan diri untuk penerimaan
Sakramen Pengampunan, melalui pemeriksaan batin dalam terang Sabda Allah. Teks-teks
yang paling cocok untuk itu terdapat di dalam nasihat-nasihat moral dari
Injil-Injil dan surat-surat para Rasul: dalam khotbah di bukit dan nasihat para
Rasul Bdk. misalnya Rm 12-15; 1 Kor 12-13; Gal 5; Ef 4-6..
Pengakuan Dosa
1455 Hanya dilihat dari segi manusiawi pun, pengakuan atau penyampaian
dosa membebaskan kita dan merintis perdamaian kita dengan orang lain. Melalui
pengakuan itu orang melihat dengan jujur dosa-dosanya, bahwa ia orang berdosa;
ia menerima tanggung jawab atas dosa-dosanya itu, dengan demikian membuka diri
kembali untuk Allah dan untuk persekutuan Gereja, sehingga dimungkinkanlah satu
masa depan yang baru.
1456 Pengakuan di depan imam merupakan bagian hakiki dari Sakramen
Pengakuan: "Dalam Pengakuan para peniten harus menyampaikan semua dosa
berat, yang mereka sadari setelah pemeriksaan diri secara saksama... juga
apabila itu hanya dilakukan secara tersembunyi dan hanya melawan dua perintah
terakhir dari sepuluh perintah Allah Bdk. Kel 20:17; Ul 5:21; Mat 5:28.;
kadang-kadang dosa ini melukai jiwa lebih berat dan karena itu lebih berbahaya
daripada dosa yang dilakukan secara terbuka" (Konsili Trente: DS 1680).
"Jadi kalau warga beriman
Kristen berusaha mengakukan semua dosa yang mereka ingat, mereka tanpa
ragu-ragu menyampaikan segala-galanya kepada kerahiman ilahi, agar mereka
diampuni. Tetapi siapa yang berbuat lain dan dengan sengaja mendiamkan sesuatu,
ia tidak menyampaikan apa-apa kepada kebaikan ilahi demi pengampunan oleh imam.
'Karena kalau orang sakit merasa malu membuka lukanya kepada dokter, maka obat
tidak akan menyembuhkan apa yang tidak dikenalnya' (Hieronimus, Eccl.
10,11)" (Konsili Trente: DS 1680). 1855
1457 Gereja menuntut bahwa tiap warga beriman yang sudah mencapai usia
mampu untuk membeda-bedakan, mengakukan dosa berat yang ia sadari paling kurang
satu kali dalam satu tahun Bdk. CIC, can. 989; DS 1683; 1708.. Siapa yang tahu
bahwa ia telah melakukan dosa berat, tidak boleh menerima komuni kudus, juga
apabila ia merasakan penyesalan mendalam, sebelum ia menerima absolusi
sakramental Bdk. Konsili Trente: DS 1647; 1661., kecuali ada alasan kuat untuk
menerima komuni, dan kalau tidak mungkin baginya untuk mengakukan dosa Bdk.
CIC, can. 916; CCEO, can. 711.. Anak-anak harus mengaku sebelum mereka menerima
komuni kudus untuk pertama kalinya Bdk. CIC, can. 914..
1458 Pengakuan kekurangan sehari-hari, yakni dosa-dosa ringan, sebenamya
tidak perlu, tetapi sangat dianjurkan oleh Gereja Bdk. Konsili Trente: DS 1680;
CIC, can. 988, ? 2.. Pengakuan dosa-dosa ringan secara teratur adalah suatu
bantuan bagi kita, untuk membentuk hati nurani kita melawan kecondongan kita
yang jahat, membiarkan kita disembuhkan oleh Kristus dan bertumbuh dalam hidup
rohani. Kalau kita dalam Sakramen ini sering menerima anugerah belas kasihan
Allah, Ia lalu mendorong kita, agar kita sendiri juga berbelaskasihan seperti
Dia Bdk. Luk 6:36..
"Siapa yang mengakukan
dosanya, sudah bekerja sama dengan Allah. Allah menggugat dosa-dosamu; kalau
engkau juga menggugatnya, engkau bergabung dengan Allah. Manusia dan pendosa,
seakan-akan harus dibedakan: kalau berbicara tentang manusia, Allahlah yang
menciptakannya; kalau berbicara tentang pendosa, manusialah yang
menciptakannya. Robohkanlah apa yang telah engkau ciptakan, supaya Allah
menyelamatkan, apa yang Ia ciptakan... kalau engkau mulai jijik akan apa yang
engkau ciptakan, mulailah karya-karyamu yang baik, karena engkau menggugat
karya-karyamu yang buruk. Pengakuan akan karya-karyamu yang buruk adalah awal
karya-karyamu yang baik. Engkau melakukan kebenaran dan datang ke dalam
terang" (Agustinus, ev. Jo. 12,13).
Penyilihan
1459 Banyak dosa menyebabkan kerugian bagi sesama. Orang harus sedapat
mungkin mengganti rugi (umpamanya mengembalikan barang yang dicuri, memperbaiki
nama baik orang yang difitnah, memberi silih untuk penghinaan). Keadilan
sendiri sudah menuntut ini. Tetapi di samping itu dosa melukai dan melemahkan
pendosa sendiri, denukian pula hubungannya dengan Allah dan dengan sesama.
Absolusi menghapuskan dosa, namun tidak mengatasi semua ketidak-adilan yang
disebabkan oleh dosa Bdk. Konsili Trente: DS 1712.. Setelah pendosa mengangkat
diri dari dosa, ia masih harus mendapat kesehatan rohani yang penuh. Ia harus
"membuat silih", untuk dosa-dosanya, harus memperbaiki kesalahan atas
suatu cara yang cocok. Penyilihan ini juga dinamakan "penitensi".
1460 Penitensi yang diberikan bapa Pengakuan, harus memperhatikan
keadaan pribadi peniten dan melayani kepentingan rohaninya. Sejauh mungkin
harus sesuai dengan berat dan kodrat dosa yang dilakukannya. Penitensi dapat
terdiri dari doa, derma, karya amal, pelayanan terhadap sesama, pantang secara
sukarela, berkorban, dan terutama dalam menerima dengan sabar salib yang harus
kita pikul. Karya penitensi macam ini sangat membantu untuk menyerupai Kristus,
yang telah menjalankannya sendiri untuk dosa-dosa kita satu kali untuk
selama-lamanya Bdk. Rm 3:25; 1 Yoh 2:1-2.. Ia menjadikan kita ahli waris
bersama Kristus yang telah bangkit. "jika kita menderita bersama-sama
dengan Dia" (Rm 8:17) Bdk. Konsili Trente: DS 1690..
"Penyilihan ini, yang kita
lakukan untak dosa-dosa kita, bukanlah milik kita sepenuhnya, seakan-akan tidak
melalui Yesus Kristus; karena kita, yang dari diri sendiri tidak mampu apa-apa,
mampu melakukan segala-galanya Bdk. Flp 4:13. dalam kerja sama dengan Dia yang
me-nguatkan kita. Dengan demikian manusia tidak mempunyai apa-apa yang dapat ia
banggakan; tetapi seluruh kebanggaan kita ada dalam Kristus... di dalam Siapa
kita melakukan penyilihan, kalau kita 'menghasilkan buah yang sesuai dengan
pertobatan' (Luk 3:8; Mat 3:8), yang mendapat kekuatannya dari Dia,
dipersembahkan kepada Bapa oleh Dia, dan diterima oleh Bapa melalui Dia"
(Konsili Trente: DS 1691).
VIII. * Pemberi Sakramen Pengakuan
1461 Karena Kristus telah percayakan pelayanan perdamaian kepada
Rasul-rasul-Nya Bdk. Yoh 20:23; 2 Kor 5:18., maka pengganti-penggantinya, para
Uskup dan rekan kerja mereka, para imam, terus melaksanakan pelayanan ini. Para
Uskup dan imam telah menerima wewenang, berkat Sakramen Tahbisan, untuk
mengampuni segala dosa atas nama Bapa dan Putera, dan Roh Kudus".
1462 Pengampunan dosa membawa perdamaian dengan Allah, tetapi juga
dengan Gereja. Uskup, kepala Gereja lokal yang kelihatan, sejak dulu kala
dipandang sebagai orang yang pada tempat pertama mempunyai wewenang untuk
pelayanan perdamaian: ia mengatur disiplin pertobatan Bdk. LG26.. Rekan
kerjanya, para imam, melaksanakan pelayanan ini sejauh mereka telah menerima
tugas ini dari Uskupnya (atau dari seorang pembesar tarekat) atau dari Paus,
sesuai dengan hukum Gereja Bdk. CIC, cann. 844; 967-969; 972; CCEO, cann. 722,
? ? 3-4..
1463 Dosa tertentu yang sangat berat dihukum dengan ekskomunikasi,
hukuman Gereja terberat. Ia melarang penerimaan Sakramen-sakramen dan
pelaksanaan kegiatan Gereja tertentu. Karena itu pengampunannya, sesuai dengan
hukum Gereja, hanya dapat diberikan oleh Paus, Uskup setempat atau oleh seorang
imam yang diberi kuasa untuk itu Bdk. CIC, cann. l331; 1354-1357; CCEO, cann.
1431; 1434; 1420.. Namun dalam keadaan bahaya kematian, setiap imam, juga
apabila ia tidak memiliki wewenang untuk memberi Pengakuan, dapat mengampuni
setiap dosa Bdk. CIC, can. 976; CCEO, can. 725. dan setiap ekskomunikasi.
1464 Para imam harus mendorong umat beriman, supaya menerima Sakramen
Pengakuan dan menunjukkan kesediaannya untuk menerimakan Sakramen ini, kapan
saja warga Kristen memintanya secara wajar Bdk. CIC, can. 986; CCEO, can. 735;
PO 13..
1465 Kalau imam menerimakan Sakramen Pengakuan, ia memberi pelayanan
gembala yang baik, yang mencari domba yang hilang; pelayanan orang Samaria yang
baik, yang membalut luka-luka; pelayanan sang bapa, yang menantikan anak yang
hilang dan menerimanya dengan penuh kasih sayang setelah ia kembali; pelayanan
hakim yang benar, yang tanpa memandang bulu menjatuhkan keputusan yang
sekaligus henar dan rahim. Pendeknya, imam adalah tanda dan alat cinta Allah
yang penuh belas kasihan kepada orang berdosa.
1466 Bapa Pengakuan bukan tuan, melainkan pelayan pengampunan Allah.
Pelayan Sakramen ini harus mempersatukan diri dengan niat dan cinta Kristus
Bdk. PO 13.. Ia harus mengetahui dengan pasti, bagaimana seorang Kristen harus
hidup, ia harus mempunyai pengalaman dalam masalah-masalah manusiawi dan harus
menghormati orang yang telah jatuh dan memegang teguh tugas Gereja untuk
mengajar dan harus membimbing peniten dengan sabar menuju penyembuhan dan
kematangan penuh. Ia harus berdoa untuk dia dan membuat silih dan menyerahkan
dia kepada kerahiman Allah.
1467 Pelayanan ini luar biasa mulianya. Ia menuntut penghormatan dan
sikap hati-hati terhadap orang yang mengakukan dosanya. Karena itu, Gereja
menjelaskan bahwa setiap imam, yang mendengar Pengakuan, diwajibkan dengan
ancaman siksa yang sangat berat, supaya berdiam diri secara absolut, menyangkut
dosa yang ini, peniten sampaikan kepadanya dalam Pengakuan Bdk. CIC, can. 1388,
? 1; CCEO, can. 1456.. Ia juga tidak boleh merujuk kepada pengetahuan, yang
Pengakuan telah berikan kepadanya mengenai kehidupan peniten. Rahasia Pengakuan
ini, yang tidak mengenal kekecualian dinamakan "meterai sakramental",
karena apa yang dipercayakan peniten kepada imam, tinggal
"termeterai" oleh Sakramen. 2490
IX. * Buah-buah Sakramen Pengakuan
1468 "Seluruh hasil Pengakuan ialah bahwa ia memberi kembali kepada
kita rahmat Allah dan menyatukan kita dengan Dia dalam persahabatan yang
erat". (Catech. R. 2,5,18). Dengan demikian tujuan dan hasil Sakramen ini
adalah perdamaian dengan Allah. Bagi mereka yang menerima Sakramen Pengakuan
dengan penuh sesal dan khidmat, dapat menyusullah "perdamaian dan
kegembiraan hati nurani, dihubungkan dengan hiburan roh yang kuat" (K.
Trente: DS 1674). Sakramen perdamaian dengan Allah sungguh mengakibatkan
"kebangkitan rohani", satu penempatan kembali dalam martabat dan
dalam kekayaan kehidupan anak-anak Allah, dan yang paling bernilai adalah
persahabatan dengan Allah Bdk. Luk 15:32.. 2305
1469 Sakramen ini juga mendamaikan kita dengan Gereja. Dosa melemahkan
atau memutuskan persekutuan persaudaraan. Sakramen Pengakuan memperbaharunya
dan mengikatnya lagi. Ia menyembuhkan orang yang diterima kembali dalam
persekutuan Gereja dan membangkitkan suatu pengaruh segar atas kehidupan Gereja
yang menderita karena dosa dari salah seorang anggotanya Bdk. 1 Kor 12:26..
Pendosa diterima kembali ke dalam persekutuan para kudus atau diteguhkan di
dalamnya dan diperkuat oleh pertukaran kekayaan rohani. Pertukaran ini terjadi
di antara semua anggota Tubuh Kristus yang hidup, entah mereka yang sekarang
masih dalam penziarahan maupun mereka yang sudah ada di dalam tanah air surgawi
Bdk. LG 48-50..
"Perdamaian dengan Allah ini
seakan-akan masih mengakibatkan juga bentuk-bentuk perdamaian lain, yang
menyembuhkan retakan-retakan lain yang disebabkan oleh dosa: Orang yang
mengakukan dosa, yang diampuni, didamaikan dalam keberadaan batinnya dengan
diri sendiri, yang olehnya ia menerima kembali kebenaran batinnya; ia
mendamaikan diri dengan saudara-saudaranya, yang entah bagaimana diserang dan
dilukai olehnya; ia mendamaikan diri dengan seluruh ciptaan" (RP 31).
1470 Kalau dalam Sakramen ini pendosa menundukkan diri kepada keputusan
Allah yang mahabelas kasihan, ia seakan-akan mengantisipasi pengadilan, yang
terjadi atas dirinya pada akhir kehidupan duniawinya. Karena sekarang, dalam
kehidupan ini ditawarkan kepada kita pilihan antara hidup dan mati, dan hanya
dengan jalan pertobatan kita dapat masuk ke dalam Kerajaan surga, darinya dosa
berat telah mengucilkan kita Bdk. 1 Kor 5:11; Gal 5:19-21; Why 22:15.. Pendosa
berpindah dari dalam maut ke dalam kehidupan dan "tidak akan dihukum"
(Yoh 5:24), kalau ia berpaling kepada Kristus melalui pertobatan dan iman.
X. * Indulgensi
1471 Ajaran mengenai indulgensi [penghapusan siksa dosa] dan
penggunaannya di dalam Gereja terkait erat sekali dengan daya guna Sakramen
Pengakuan.
Apakah Itu Indulgensi ?
"Indulgensi
adalah penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang
sudah diampuni. Warga beriman Kristen yang benar-benar siap menerimanya, di
bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan bantuan
Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan
pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif".
"Ada indulgensi sebagian
atau seluruhnya, bergantung dari apakah ia membebaskan dari siksa dosa temporal
itu untuk sebagian atau seluruhnya." Indulgensi dapat diperuntukkan bagi
orang hidup dan orang mati (Paulus VI, Konst. Ap. "Indulgentiarum
doctrina" normae 1-3).
Siksa Dosa
1472 Supaya mengerti ajaran dan praktik Gereja ini, kita harus
mengetahui bahwa dosa mempunyai akibat ganda. Dosa berat merampas dari kita
persekutuan dengan Allah dan karena itu membuat kita tidak layak untuk
kehidupan abadi. Perampasan ini dinamakan "siksa dosa abadi". Di lain
pihak, setiap dosa, malahan dosa ringan, mengakibatkan satu hubungan berbahaya
dengan makhluk, hal mana membutuhkan penyucian atau di dunia ini, atau sesudah
kematian di dalam apa yang dinamakan purgatorium [api penyucian). Penyuciaan
ini membebaskan dari apa yang orang namakan "siksa dosa sementara".
Kedua bentuk siksa ini tidak boleh dipandang sebagai semacam dendam yang Allah
kenakan dari luar, tetapi sebagai sesuatu yang muncul dari kodrat dosa itu
sendiri. Satu pertobatan yang lahir dari cinta yang bernyala-nyala, dapat
mengakibatkan penyucian pendosa secara menyeluruh, sehingga tidak ada siksa
dosa lagi yang harus dipikul Bdk. K.Trente: DS 1712-1713;
1473 Pengampunan dosa dan pemulihan persekutuan dengan Allah
mengakibatkan pembebasan dari siksa dosa abadi. Tetapi siksa dosa sementara
tinggal. Warga Kristen itu harus berusaha menerima siksa dosa sementara ini
sebagai rahmat, dengan menanggung segala macam penderitaan dan percobaan dengan
sabar dan, kalau saatnya telah tiba menerima kematian dengan tulus. Juga ia
harus berikhtiar untuk menanggalkan "manusia lama" dan mengenakan
"manusia baru" perbuatan-perbuatan belas kasihan dan cinta kasih
serta dengan doa dan aneka ragam latihan mati raga Bdk. Ef 4:24..
Dalam Persekutuan Para Kudus
1474 Warga Kristen yang berusaha dengan bantuan rahmat Allah untuk
membebaskan diri dari dosanya dan menguduskan diri, tidak sendirian.
"Kehidupan setiap anak Allah dihubungkan di dalam Kristus dan oleh Kristus
dengan kehidupan semua saudara Kristen yang lain dalam kesatuan adikodrati
Tubuh Mistik Kristus seperti dalam satu pribadi mistik dalam ikatan yang
mengagumkan" (Paulus VI, Konst. Ap. "Indulgentiarum doctrina" 5).
1475 Dalam persekutuan para kudus, "diantara para beriman apakah
mereka telah ada di dalam tanah air surgawi atau masih menyilih di tempat
penyucian atau masih berziarah di dunia - benar-benar terdapat satu ikatan
cinta yang tetap dan satu pertukaran kekayaan yang berlimpah" (ibid.).
Dalam pertukaran yang mengagumkan ini kekudusan seseorang dapat berguna untuk
orang lain, dan malahan lebih daripada dosa seseorang dapat merugikan orang
lain. Dengan demikian penggunaan persekutuan para kudus dapat membantu pendosa
yang menyesal, bahwa ia lebih cepat dan lebih berdaya guna dibersihkan dari
siksa-siksa dosanya.
1476 Kekayaan rohani persekutuan para kudus ini kita namakan juga harta
pusaka Gereja. "la tidak boleh dibandingkan dengan sejumlah kekayaan
semacam kekayaan material yang dikumpulkan dalam peredaran sejarah. Tetapi ia
terdiri dari nilai yang tidak terbatas dan tidak habis-habisnya, yang dimiliki
penyilihan dan jasa-jasa Kristus, Tuhan kita, yang dipersembahkan pada Allah,
supaya seluruh umat manusia bebas dari dosa dan sampai kepada persekutuan
dengan Bapa. Harta pusaka Gereja adalah Kristus, Penebus sendiri, sejauh di
dalam Dia penyilihan dan jasa-jasa karya penebusan-Nya mempunyai kelangsungan
dan nilai Bdk. Ibr 7:23-25; 9:11-28." (ibid.).
1477 "Di samping itu termasuk pula dalam harta pusaka ini nilai
yang benar-benar tidak terukur, tidak habis-habisnya dan selalu baru, yang
dimiliki doa-doa dan karya-karya baik dari Perawan Maria tersuci maupun semua
orang kudus di hadirat Allah. Oleh karena rahmat-Nya mereka mengikuti
jejak-jejak Kristus, Tuhan, yang telah menguduskan diri dan telah menyelesaikan
pekerjaan yang ditugaskan oleh Bapa. Dengan demikian mereka memperoleh
keselamatannya sendiri dan karena itu juga menyumbang demi keselamatan saudara-saudaranya
dalam kesatuan Tubuh Mistik" (ibid.).
Allah Menghapus Siksa Dosa melalui Gereja
1478 Indulgensi diberikan melalui Gereja, yang berkat wewenangnya untuk
mengikat dan melepaskan yang diterimanya dari Yesus Kristus, membela warga
Kristen yang bersangkutan dan memperuntukkan kepadanya kekayaan jasa-jasa
Kristus dan para kudus, supaya ia dapat menerima dari Bapa yang mahabelas
kasihan penghapusan siksa-siksa sementara yang harus ditanggung untuk
dosa-dosanya. Dengan cara ini Gereja tidak hanya membantu warga Kristen ini,
tetapi juga mengajaknya untuk melakukan karya-karya kesalehan, pertobatan, dan
amal Bdk. Paulus VI. Konst. Ap. "Indulgentiarum doctrina"8; Konsili
Trente: DS 1835..
1479 Oleh karena umat beriman yang telah meninggal yang masih berada
pada jalan penyucian adalah juga anggota-anggota persekutuan para kudus ini,
maka kita antara lain dapat membantu mereka dengan memperoleh indulgensi bagi
mereka. Dengan demikian dihapuskan siksa dosa sementara para orang mati di
dalam purgatorium [api penyucian].
XI. * Perayaan Sakramen Pengakuan
1480 Seperti semua Sakramen, Pengakuan adalah satu kegiatan liturgi.
Perayaannya biasanya terdiri dari: salam dan berkat imam; pembacaan Sabda Allah
untuk menerangi hati nurani dan membangkitkan penyesalan; ajakan untuk
menyesal; pengakuan dosa secara perorangan di depan imam; penyampaian dan
penerimaan penitensi; pengampunan [absolusi] oleh imam; pujian sebagai tanda
terima kasih dan pengutusan dengan berkat imam.
1481 Liturgi Bisantin mengenal beberapa rumus absolusi dalam bentuk doa
permohonan yang begitu bagus menyatakan misteri pengampunan, di antaranya yang berikut
ini: "Allah telah mengampuni Daud melalui nabi Natan, setelah ia
mengakukan dosanya, dan Petrus, setelah ia menangisi dengan sangat
dosa-dosanya, dan pelacur, ketika ia mencurahkan air matanya di atas kaki-Nya,
dan juga orang farisi, dan anak yang hilang. Semoga Allah yang sama itu
mengampuni Anda melalui aku, orang berdosa ini, di dalam hidup ini dan hidup
yang lain dan semoga Ia menghadirkan Anda di depan pengadilan-Nya yang
menakutkan, tanpa mengadili Anda. Terpujilah Dia selama-lamanya. Amin". 1449
1482 Sakramen Pengakuan dapat juga diadakan dalam satu upacara bersama,
di mana orang mempersiapkan diri secara bersama untuk Pengakuan, dan secara
bersama pula menyampaikan terima kasih untuk pengampunan yang diterima. Dalam
upacara demikian pengakuan dosa secara perorangan dan absolusi pribadi
disisipkan ke dalam upacara Sabda dengan bacaan dan homili, pemeriksaan batin,
permohonan pengampunan, doa Bapa Kami dan ucapan terima kasih bersama. Upacara
bersama semacam ini menyatakan dengan lebih jelas sifat gerejani dari
Pengakuan. Bagaimanapun ia dirayakan, Sakramen Pengakuan sesuai dengan
kodratnya merupakan kegiatan liturgi dan dengan demikian kegiatan gerejani dan
publik Bdk. SC 26-27..
1483 Dalam-keadaan yang sangat darurat, dapat diadakan upacara
perdamaian bersama dengan pengakuan dosa secara umum dan pengampunan [absolusi]
umum. Keadaan mendesak semacam itu ada, apabila terlihat bahaya maut mengancam
secara langsung, dan tidak ada waktu untuk imam atau para imam mendengarkan
pengakuaan masing-masing peniten. Itu juga ada, jika dibanding dengan jumlah
peniten, tidak tersedia cukup bapa Pengakuan untuk mendengarkan pengakuan
masing-masing dalam waktu yang layak, sehingga peniten tanpa kesalahan sendiri
terpaksa lebih lama tidak dapat menikmati rahmat sakramental atau komuni kudus.
Dalam keadaan ini, umat beriman harus mempunyai niat mengakukan dosa-dosa
beratnya secepat mungkin agar supaya absolusi itu sah Bdk. CIC, can. 962, ? 1..
Keputusan, apakah prasyarat-prasyarat untuk absolusi umum itu terpenuhi, adalah
wewenang Uskup diosesan Bdk.CIC, can. 961, ? 2.. Arus umat beriman yang besar
pada pesta-pesta besar atau penziarahan tidak dianggap sebagai keadaan darurat
yang cukup berat untuk mengizinkannya Bdk. CIC, can. 961, ? 1..
1484 "Pengakuan dosa secara lengkap dan pengampunan perorangan,
tetap merupakan jalan biasa satu-satunya untuk pendamaian umat beriman dengan
Allah dan dengan Gereja, kecuali pengakuan dosa semacam itu tidak mungkin atau
secara fisik atau secara moral" (OP 31). Untuk itu ada alasan-alasan kuat.
Kristus bertindak dalam setiap Sakramen. Ia mendekati secara pribadi setiap
pendosa: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni" (Mrk 2:5). Ia adalah
dokter yang berpaling kepada setiap orang sakit secara tersendiri, yang
membutuhkan-Nya Bdk. Mrk 2:17., supaya menyembuhkannya. Ia membangun semua
orang sakit dan menggabungkan mereka lagi ke dalam persekutuan persaudaraan.
Dengan demikian pengakuan pribadi adalah bentuk perdamaian yang paling nyata
untuk perdamaian dengan Allah dan dengan Gereja.
TEKS-TEKS SINGKAT
1485 Pada malam Paskah, Yesus Tuhan menampakkan
diri kepada para Rasul dan berkata kepada mereka: "Terimalah Roh Kudus.
Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu
menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada" (Yoh 20:22-23).
1486 Pengampunan dosa yang dilakukan sesudah
Pembaptisan diberikan oleh satu Sakramen khusus; ia bernama Sakramen metanoia,
pengakuan, tobat, atau perdamaian.
1487 Siapa berdosa, menghina kehormatan dan cinta
Allah, martabatnya sendiri sebagai manusia yang dipanggil untuk menjadi anak
Allah, dan kesejahteraan rohani Gereja, di mana setiap orang Kristen harus
menjadi batu bangunan yang hidup.
1488 Dalam terang iman tidak ada yang lebih buruk
daripada dosa; tidak ada yang mempunyai akibat yang sama buruk untuk pendosa,
untuk Gereja, dan untuk seluruh dunia.
1489 Langkah pulang ke dalam persekutuan dengan
Allah, yang telah hilang oleh dosa, timbul dari rahmat Allah, yang dalam belas
kasihan-Nya sangat prihatin akan keselamatan manusia. Orang harus memohon
anugerah yang bernilai ini untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
1490 Langkah pulang kepada Allah yang dinamakan
pertobatan dan penyesalan, terdiri dari rasa sedih dan jijik karena dosa yang
telah dilakukan serta niat untuk tidak berdosa lagi di waktu datang. Jadi
pertobatan mencakup masa lampau dan masa yang akan datang; ia dipupuk oleh
harapan akan belas kasihan ilahi.
1491 Sakramen Pengakuan terdiri dari ketiga
kegiatan peniten bersama dengan pengampunan oleh imam. Kegiatan peniten itu
ialah penyesalan, pengakuan atau penyampaian dosa-dosa kepada imam, dan niat
untuk mengganti rugi dan melakukan silih.
1492 Penyesalan [juga dinamakan kesedihan] harus
didukung oleh alasan-alasan yang timbul dari iman. Kalau penyesalan itu disebabkan
oleh cinta kepada Allah, ia dinamakan "sempurna"; kalau ia
berdasarkan atas alasan lain, orang lalu menamakannya "tidak sempurna
".
1493 Seorang yang hendak didamaikan dengan Allah
dan dengan Gereja, harus mengakui semua dosa beratnya kepada imam, dosa yang
belum ia akui dan dosa yang ia ingat sesudah pemeriksaan batin secara saksama.
Walaupun sebenarnya tidak perlu untuk mengakui dosa ringan, namun Gereja sangat
menganjurkannya.
1494 Bapa Pengakuan mewajibkan peniten melaksanakan
kegiatan tertentu sebagai "penyilihan" atau "penitensi",
supaya memperbaiki kerugian yang telah disebabkan oleh dosa dan supaya
membiasakan diri lagi dengan cara hidup seorang murid Kristus.
1495 Hanya para imam yang telah menerima wewenang
absolusi dari otoritas Gereja, dapat mengampuni dosa atas nama Kristus.
1496 Buah-buah rohani dari Sakramen Pengakuan
ialah:
perdamaian dengan
Allah, yang olehnya pendosa mendapat kembali rahmat;
perdamaian dengan
Gereja;
pembebasan dari siksa
abadi, yang orang terima karena dosa berat,
pembebasan paling
sedikit sebagian dari siksa sementara, yang diakibatkan oleh dosa;
perdamaian dan
ketenangan hati nurani dan hiburan rohani;
pertumbuhan kekuatan
rohani untuk perjuangan Kristen.
1497 Pengakuan dosa berat secara perorangan dan
sempurna serta pengampunannya sesudah itu adalah satu-satunya sarana biasa
untuk berdamai dengan Allah dan dengan Gereja.
1498 Oleh indulgensi umat beriman dapat memperoleh
untuk diri sendiri dan untuk jiwa-jiwa di tempat penyucian, penghapusan
siksa-siksa sementara, yang diakibatkan oleh dosa.
ARTIKEL 5 * URAPAN ORANG SAKIT
1499 "Melalui perminyakan suci orang sakit dan doa para imam,
seluruh Gereja menyerahkan mereka yang sakit kepada Tuhan yang bersengsara dan
telah dimuliakan, supaya Ia menyembuhkan dan menyelamatkan mereka; bahkan
Gereja mendorong mereka untuk secara bebas menggabungkan diri dengan sengsara
dan wafat Kristus, dan dengan demikian memberi sumbangan bagi kesejahteraan
Umat Allah" (LG 11)
I. * Dasar-dasarnya dalam Tata
Keselamatan
Penyakit dalam Kehidupan Manusia
1500 Penyakit dan sengsara sejak dahulu kala termasuk percobaan yang
paling berat dalam kehidupan manusia. Di dalam penyakit manusia mengalami
ketidak-mampuan, keterbatasan, dan kefanaannya. Setiap penyakit dapat mengingatkan
kita akan kematian. 1006
1501 Penyakit dapat menyebabkan rasa takut, sikap menutup diri malahan
kadang-kadang rasa putus asa dan pemberontakan terhadap Allah. Tetapi ia juga
dapat membuat manusia menjadi lebih matang, dapat membuka matanya untuk apa
yang tidak penting dalam kehidupannya, sehingga ia berpaling kepada hal-hal
yang penting. Sering kali penyakit membuat orang mencari Allah dan kembali lagi
kepada-Nya.
Orang Sakit di Depan Allah
1502 Manusia Perjanjian Lama menanggung penyakit dengan memandang kepada
Allah. Ia mengeluh kepada Allah mengenai penyakitnya Bdk. Mzm 38., ia memohon
penyembuhan Bdk. Mzm 6:3; Yes 38. dari-Nya, Tuhan atas hidup dan mati. Penyakit
menjadi jalan menuju pertobatan Bdk. Mzm 38:5; 39:9.12., dan karena pengampunan
oleh Allah, terjadilah penyembuhan Bdk. Mzm 32:5; 107:20; Mrk 2:5-12.. Bangsa
Israel mengalami bahwa penyakit, atas cara penuh rahasia, berhubungan dengan
dosa dan dengan yang jahat, dan bahwa kesetiaan kepada Allah, sesuai dengan
hukum-Nya, mengembalikan hidup: "sebab Aku Tuhanlah, yang menyembuhkan
engkau" (Kel 15:26). Nabi Yesaya mengerti bahwa sengsara juga dapat
mempunyai arti penyilihan bagi orang-orang lain Bdk. Yes 53:11.. Ia mengumumkan
bahwa Allah akan mendatangkan bagi Sion suatu waktu, di mana Ia akan mengampuni
setiap kesalahan dan akan menyembuhkan setiap penyakit Bdk. Yes 33:24..
Kristus sebagai Dokter
1503 Belas kasihan Kristus kepada orang sakit dan penyembuhan segala
macam penyakit Bdk. Mat 4:24. yang dilakukan-Nya, adalah tanda-tanda nyata
bahwa "Allah... telah melawat umat-Nya" (Luk 7:16) dan bahwa Kerajaan
Allah sudah dekat sekali. Yesus mempunyai kuasa, tidak hanya untuk
menyembuhkan, tetapi juga untuk mengampuni dosa Bdk. Mrk 2:5-12.. Ia telah
datang untuk menyembuhkan manusia seutuhnya - jiwa dan badan. Ia adalah dokter,
yang orang-orang sakit butuhkan Bdk. Mrk 2:17.. Belas kasihan-Nya kepada orang
yang menderita sekian dalam, sampai Ia menyamakan diri-Nya dengan mereka:
"Ketika Aku sakit, kamu melawat Aku" (Mat 25:36). Cinta-Nya yang
khusus kepada orang sakit menggerakkan warga Kristen sepanjang sejarah agar
memperhatikan mereka yang menderita, baik badan maupun jiwa. Cinta itu mengajak
supaya berusaha tanpa kenal lelah untuk meringankan nasib mereka.
1504 Sering kali Yesus menginginkan dari penderita sakit supaya mereka
percaya Bdk. Mrk 5:34.36; 9:23.. Ia mempergunakan tanda-tanda untuk
menyembuhkan: ludah dan peletakan tangan Bdk. Mrk 7:32-36; 8:22-25., adonan
dari tanah dan pembasuhan Bdk. Yoh 9:6-7.. Penderita sakit mencoba untuk
menjamah-NyaBdk. Mrk 1:41; 3:10; 6:56., "karena ada kuasa yang keluar dari
pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya" (Luk 6:19). Di dalam
Sakramen-sakramen, Yesus masih tetap "menjamah" dan menyembuhkan
kita.
1505 Terharu oleh sekian banyak penderitaan, Yesus tidak hanya
membiarkan diri-Nya dijamah oleh para penderita, Ia malahan menjadikan sengsara
mereka itu sebagai sengsara-Nya sendiri: "Dialah yang memikul kelemahan
kita dan menanggung penyakit kita" (Mat 8:17) Bdk. Yes 53:4.. Tetapi Ia
tidak menyembuhkan semua orang sakit. Penyembuhan-Nya adalah tanda-tanda untuk
kedatangan Kerajaan Allah. Mereka memaklumkan satu penyembuhan yang jauh lebih
dalam maknanya: kemenangan atas dosa dan kematian melalui Paska-Nya. Di kayu
salib Kristus menanggung seluruh beban kejahatan Bdk. Yes 53:4-6.. Ia
"menghapus dosa dunia" (Yoh 1:29), yang adalah sebab bagi penyakit.
Oleh sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, Kristus memberi arti baru kepada
penderitaan: Ia dapat membuat kita menyerupai-Nya dan dapat menyatukan kita
dengan sengsara-Nya yang menyelamatkan.
"Sembuhkanlah Orang Sakit ... !"
1506 Kristus mengajak murid-murid-Nya, supaya mengikuti-Nya dan memikul
salib mereka Bdk. Mat 10:38.. Dalam mengikuti Dia mereka mendapat satu
pandangan baru mengenai penyakit dan penderita sakit. Yesus mengikut-sertakan
mereka di dalam hidup-Nya sendiri yang miskin dan siap melayani. Ia membiarkan
mereka mengambil bagian dalam pelayanan belas kasihan dan keselamatan-Nya.
"Mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir
banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan
mereka" (Mrk 6:12-13).
1507 Tuhan yang bangkit mengulangi perutusan ini ("[Atas nama-Ku]
mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan
sembuh": Mrk 16:18) dan meneguhkannya dengan tanda-tanda yang Gereja
lakukan, apabila ia menyerukan nama-Nya Bdk. Kis 9:34; 14:3.. Tanda-tanda ini
menyatakan dengan cara yang khusus, bahwa Yesus adalah benar-benar "Allah
yang menyelamatkan" Bdk. Mat 1:21; Kis 4:12.. 430
1508 Roh Kudus memberi kepada orang tertentu karunia khusus untuk
menyembuhkan , guna menunjukkan betapa berdaya guna rahmat dari Dia yang telah
bangkit itu. Namun doa-doa yang paling intensif pun tidak mendatangkan
penyembuhan segala penyakit. Dengan demikian Santo Paulus harus mendengar dari
Tuhan sendiri: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam
kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (2 Kor 12:9). Penderitaan yang
harus ditanggung dapat mempunyai arti yang berikut ini: "untuk tubuh-Nya,
yaitu jemaat, aku menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan
Kristus" (Kol 1:24). 798,
618
1509 "Sembuhkanlah orang sakit" (Mat 10:8). Gereja menerima
tugas ini dari Tuhan dan berusaha melaksanakannya, dengan merawat orang sakit
dan menyertainya dengan doa syafaatnya. Ia percaya akan kehadiran yang
menghidupkan dari Kristus, Penyembuh penyakit jiwa dan badan. Kehadiran ini
bekerja terutama melalui Sakramen-sakramen, dan sangat khusus melalui Ekaristi,
roti yang memberi hidup abadi Bdk. Yoh 6:54.58.. Santo Paulus menunjukkan bahwa
Ekaristi mempunyai hubungan juga dengan kesehatan badan Bdk. 1 Kor 11:30..
1510 Gereja apostolik mengenal ritus tersendiri untuk orang sakit. Ini
disaksikan oleh santo Yakobus: "Kalau ada orang di antara kamu yang sakit,
baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta
mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan
menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia
telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni" (Yak 5:14-15). Tradisi
telah melihat dalam ritus ini satu dari ketujuh Sakramen Gereja Bdk. DS 216;
1324-1325; 1695-1696; 1716-1717.. 1117
Sebuah Sakramen untuk Orang Sakit
1511 Gereja percaya dan mengakui bahwa diantara tujuh Sakramen ada satu
yang sangat khusus ditentukan untuk menguatkan orang-orang yang dicobai oleh
penyakit: Urapan Orang Sakit.
"Urapan Orang Sakit yang
kudus ini ditetapkan oleh Kristus Tuhan kita, sebagai Sakramen Perjanjian Baru
yang sebenamya dan sesungguhnya, disinggung oleh Markus Bdk. Mrk 6:13., tetapi
dianjurkan kepada orang beriman dan diumumkan oleh Yakobus, Rasul dan saudara
Tuhan Bdk. Yak 5:14-15." (Konsili Trente: DS 16.95).
1512 Dalam tradisi liturgi baik di Timur maupun di Barat terdapat
kesaksian-kesaksian sejak dahulu kala mengenai Urapan Orang Sakit dengan minyak
yang diberkati. Lama-kelamaan Urapan Orang Sakit ini diberikan hanya kepada
orang dalam sakratul maut, sehingga ia dinamakan sebagai "perminyakan
terakhir". Meskipun terjadi perkembangan macam ini, namun Gereja tidak
pernah berhenti berdoa kepada Tuhan, supaya orang sakit sembuh kembali, seandainya
itu berguna bagi keselamatannya Bdk. DS 1696..
1513 Konstitusi Apostolik "Sacram unctionem infirmorum" 30
Nopember 1972 menentukan seturut Konsili Vatikan II Bdk. SC 73., bahwa mulai
sekarang dalam ritus Roma berlaku yang berikut ini:
"Sakramen Urapan Orang Sakit
diberikan kepada mereka, yang keadaan kesehatannya sangat terancam, dengan
mengurapi mereka di dahi dan di tangan dengan minyak zaitun yang telah
diberkati sesuai dengan peraturan atau, sesuai dengan keadaan, dengan minyak
nabati lain yang diberkati sesuai dengan peraturan, sambil mengucapkan satu
kali kata-kata yang berikut ini "Semoga karena pengurapan suci ini Allah
yang Maharahim menolong Saudara dengan rahmat Roh Kudus. Semoga Tuhan
membebaskan Saudara dari dosa dan membangunkan Saudara di dalam rahmat-Nya"
Bdk. CIC, can. 847, ? 1..
II. * Siapa Menerima dan Siapa Memberi Urapan Orang Sakit ?
Dalam Keadaan Sakit Berat...
1514 Urapan orang sakit "bukanlah Sakramen bagi mereka yang berada
di ambang kematian saja. Maka saat yang baik untuk menerimanya pasti sudah
tiba, bila orang beriman mulai ada dalam bahaya maut karena menderita sakit
atau sudah lanjut usia" (SC 73) Bdk. CIC, cann. 1004, ? 1; 1005; 1007;
CCEO, can. 738..
1515 Kalau seorang sakit yang telah menerima urapan ini sehat kembali,
maka ia dapat menerima lagi Sakramen ini, apabila ia sakit berat lagi. Dalam
menderita penyakit yang sama, Sakramen ini dapat diulangi, kalau keadaan makin
buruk. Dianjurkan agar seorang yang menghadapi operasi besar, menerima Urapan
Orang Sakit. Demikian juga berlaku untuk orang tua renta, yang kekuatannya
mulai melemah.
"... Hendaknya Ia Memanggil Para Penatua Gereja"
1516 Hanya imam (Uskup dan presbiter) adalah pemberi Urapan Orang Sakit
Bdk. Konsili Trente: DS 1697; 1719; CIC, can. 1003; CCEO, can. 739, ? 1.. Para
pastor mempunyai kewajiban untuk mengajarkan umat beriman mengenai daya guna
yang menyelamatkan dari Sakramen ini. Umat beriman hendaknya mendorong orang
sakit, supaya memanggil imam, dan menerima Sakramen ini. Orang sakit harus
mempersiapkan diri untuk itu, supaya menerimanya dalam keadaan batin yang baik.
Para pastor dan seluruh jemaat hendaknya membantu mereka dan menyertai mereka
dalam doa dan perhatian persaudaraannya.
III * Bagaimana Urapan Orang Sakit Dirayakan ?
1517 Seperti halnya semua Sakramen, Urapan Orang Sakit adalah perayaan
liturgi dan perayaan bersama Bdk. SC 27., apakah ia diberikan di rumah, di
rumah sakit, atau di gereja, apakah untuk satu orang sakit saja atau untuk satu
kelompok orang sakit. Sangatlah pantas, apabila ia dirayakan dalam perayaan
Ekaristi, kenangan akan Paska Tuhan. Kalau keadaan mendukungnya, dapatlah
Sakramen Pengakuan mendahului Sakramen Urapan Orang Sakit dan Sakramen Ekaristi
menyusul. Sebagai Sakramen Paska Kristus, Ekaristi sebaiknya selalu merupakan Sakramen
terakhir dalam penziarahan kita di dunia ini, "bekal perjalanan"
untuk "peralihan" ke hidup abadi.
1518 Sabda dan Sakramen membentuk satu keseluruhaii yang tidak
terpisahkan. Ibadat Sabda, yang didahului pernyataan tobat, membuka upacara.
Perkataan Kristus dan kesaksian para Rasul menghidupkan iman penderita sakit
dan jemaat yang memohon dari Tuhan kekuatan Roh-Nya.
1519 Upacara Sakramen mencakup unsur-unsur pokok berikut: "para
penatua jemaat" (Yak 5:14) meletakkan tangan ke atas orang sakit dalam
keadaan diam; dalam iman Gereja mereka berdoa bagi orang sakit Bdk. Yak 5:15. -
inilah epiklese Sakramen ini. Sesudah itu mereka melakukan urapan dengan
minyak, yang sedapat mungkin telah diberkati oleh Uskup.
Kegiatan liturgi ini menunjukkan,
rahmat apa yang diberikan oleh Sakramen kepada orang sakit.
IV. * Buah-buah Perayaan Urapan Orang Sakit
1520 Satu anugerah khusus Roh Kudus. Rahmat pertama Sakramen ini ialah
kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
yang berkaitan dengan satu penyakit berat atau dengan kelemahan karena usia
lanjut. Rahmat ini adalah anugerah Roh Kudus, yang membaharui harapan dan iman
kepada Allah dan menguatkannya melawan godaan musuh yang jahat, melawan godaan
untuk berkecil hati dan rasa takut akan kematian Bdk. Ibr 2:15.. Bantuan Tuhan
melalui kekuatan Roh-Nya hendak membawa orang sakit menuju kesembuhan jiwa,
tetapi juga menuju kesembuhan badan, kalau itu sesuai dengan kehendak Allah
Bdk. Konsili Firense: DS 1325.. Dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya
itu akan diampuni (Yak 5:15) Bdk. Konsili Trente: DS 1717..
1521 Persatuan dengan sengsara Kristus. Oleh rahmat Sakramen ini, orang
sakit menerima kekuatan dan anugerah untuk mempersatukan diri lebih erat lagi
dengan sengsara Tuhan. Ia seakan-akan ditahbiskan untuk menghasilkan buah
melalui keserupaan dengan sengsara Juru Selamat yang menebus. Sengsara sebagai
akibat dosa asal, mendapat satu arti baru: ia menjadi keikutsertaan dalam karya
keselamatan Yesus. 1535, 1499
1522 Rahmat Gerejani. Karena "secara bebas menggabungkan diri
dengan sengsara dan wafat Kristus, maka orang-orang sakit memberi sumbangan
bagi kesejahteraan umat Allah" (LG 11). Dalam upacara Urapan Orang Sakit,
Gereja mendoakan orang sakit di dalam persekutuan para kudus. Sebaliknya orang
sakit menyumbangkan melalui rahmat Sakramen demi pengudusan Gereja dan
kesejahteraan semua orang, untuk siapa Gereja menderita dan menyerahkan diri
kepada Allah Bapa melalui Kristus.
1523 Persiapan untuk perjalanan terakhir. Kalau Sakramen Urapan Orang
Sakit diberikan kepada mereka yang menderita penyakit berat atau kelemahan,
maka lebih lagi kepada mereka yang siap berpisah dari hidup ini (mereka yang
"rasanya sudah berada di akhir hidup ini": Konsili Trente: DS 1698).
Karena itu ia dinamakan juga "Sakramen orang yang menghadapi ajal"
(ibid.). Urapan Orang Sakit membuat kita secara definitif serupa dengan
kematian dan kebangkitan Kristus yang telah dimulai oleh Pembaptisan. Ia
menyempurnakan urapan-urapan kudus yang membina seluruh hidup Kristen: urapan
Pembaptisan mencurahkan hidup baru bagi kita; Penguatan meneguhkan kita untuk
perjuangan hidup ini. Urapan terakhir ini membekali akhir hidup kita di dunia
ini dengan satu tanggul kuat berhadapan dengan perjuangan perjuangan akhir sebelum
masuk ke dalam rumah Bapa Bdk. Konsili Trente: DS 1694..
V. * Bekal Perjalanan - Sakramen Terakhir bagi Orang Kristen
1524 Selain Urapan Orang Sakit, Gereja memberi Ekaristi kepada orang
yang berada di ambang kematian, sebagai bekal perjalanan. Dalam saat peralihan
ke rumah Bapa ini, persatuan dengan tubuh dan darah Kristus mempunyai arti dan
kepentingan khusus. Ia adalah benih hidup abadi dan kekuatan untuk kebangkitan,
karena Tuhan berkata: ""Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku,
ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir
zaman" (Yoh 6:54). Sebagai Sakramen kematian dan kebangkitan Kristus, maka
sekarang Ekaristi merupakan Sakramen peralihan dari kematian menuju kehidupan,
dari dunia ini menuju rumah Bapa ". 1392
1525 Sebagaimana Sakramen-sakramen Pembaptisan, Penguatan, dan Ekaristi,
yakni "Sakramen-sakramen inisiasi Kristen" membentuk satu kesatuan,
dapat dikatakan bahwa pengakuan dosa, urapan kudus, dan Ekaristi sebagai bekal
perjalanan pada akhir hidup Kristen, merupakan "Sakramen-sakramen yang
menyiapkan untuk tanah air" atau "Sakramen-sakramen yang mengakhiri
penziarahan ini". 1680,
2299
TEKS-TEKS SINGKAT
1526 "Kalau ada seorang di antara kamu yang
sakit, baiklah ia memanggil para panatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia
serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman
akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia
telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni " (Yak 5:14- 15).
1527 Sakramen Urapan Orang Sakit memberi rahmat
khusus kepada orang Kristen yang menderita sakit berat atau yang mengalami
kesulitan karena usia lanjut.
1528 Waktu yang tepat untuk menerima urapan kudus
ini ialah selambat-lambatnya kalau orang berada dalam bahaya maut karena
penyakit atau karena kelemahan yang berkaitan dengan usia lanjut.
1529 Seorang Kristen dapat menerima urapan kudus
ini setiap kali apabila ia sakit berat, atau setiap kali apabila penyakit itu
menjadi lebih parah.
1530 Hanya imam (presbiter atau Uskup) dapat
menerimakan Urapan Orang Sakit; untuk itu mereka memakai minyak yang telah
diberkati oleh Uskup, atau dalam keadaan darurat oleh selebran sendiri.
1531 Upacara Urapan Orang Sakit pada hakikatnya
terdiri atas urapan dahi dan tangan orang sakit (dalam ritus Roma) atau bagian
tubuh yang lain (dalam ritus Gereja-gereja Timur). Urapan ini diiringi oleh doa
liturgi dari selebran yang memohon rahmat khusus Sakramen ini.
1532 Buah-buah rahmat khusus dari Sakramen Urapan
Orang Sakit adalah:
persatuan orang sakit
dengan sengsara Kristus demi keselamatannya sendiri dan keselamatan Gereja;
penghiburan,
perdamaian, dan keberanian untuk menderita secara Kristen sengsara yang
ditimbulkan oleh penyakit atau oleh usia lanjut;
pengampunan dosa,
apabila orang sakit tidak dapat menerimanya melalui Sakramen Pengakuan;
penyembuhan, kalau
ini berguna bagi keselamatan jiwa;
persiapan untuk
peralihan ke hidup abadi.
BAB III
SAKRAMEN-SAKRAMEN PELAYANAN UNTUK PERSEKUTUAN
1533 Pembaptisan, Penguatan, dan Ekaristi adalah Sakramen-sakramen
inisiasi Kristen. Mereka meletakkan dasar untuk panggilan bersama semua murid
Kristus, yakni panggilan kepada kekudusan dan tugas untuk membawakan kabar
gembira kepada dunia. Mereka memberi rahmat yang dibutuhkan, supaya hidup
sesuai dengan Roh Kudus dalam hidup ini, dalam penziarahan menuju tanah air
abadi.
1534 Dua Sakramen yang lain, Tahbisan dan Perkawinan, diarahkan kepada
keselamatan orang lain. Oleh pelayanan kepada orang lain mereka juga memberi
sumbangan untuk keselamatan diri sendiri. Mereka memberikan satu perutusan
khusus di dalam Gereja dan berguna untuk pembangunan umat Allah.
1535 Dalam Sakramen-sakramen ini orang-orang, yang oleh Pembaptisan dan
Penguatan telah ditahbiskan dalam imamat bersama seluruh umat beriman (Bdk. Yoh 13:1), dapat menerima
tahbisan-tahbisan khusus. Barang siapa menerima Sakramen Tahbisan, ditahbiskan “untuk
menggembalakan Gereja dengan sabda dan rahmat Allah” (LG 11). Juga pasangan
suami isteri Kristen “dikuatkan dan bagaikan ditahbiskan untuk tugas kewajiban
maupun martabat status hidup mereka dengan Sakramen yang khas” (GS 48,2).
ARTIKEL 6 * SAKRAMEN TAHBISAN
1536 Tahbisan adalah Sakramen, yang olehnya perutusan yang dipercayakan
Kristus kepada Rasul-rasul-Nya, dilanjutkan di dalam Gereja sampai akhir zaman.
Dengan demikian ia adalah Sakramen pelayanan apostolik. Ia mencakup tiga tahap:
episkopat, presbiterat dan diakonat.
(Mengenai terbentuknya dan perutusan
jabatan apostolik, lihat bagian satu. Di sini kita hanya berbicara tentang
Sakramen, dengannya tugas ini dilanjutkan).
I. * Mengapa Sakramen Ini Dinamakan "Ordinasi" (Ordo) ?
1537 Dalam kebudayaan Roma klasik, kata ordo dipakai untuk
lembaga-lembaga sipil, terutama lembaga pemerintahan. "Ordinatio"
berarti penggabungan di dalam sutu "ordo". Di dalam Gereja ada
lembaga-lembaga, yang - berdasarkan Kitab Suci Bdk. Ibr 5:6; 7:11; Mzm 110:4. -
oleh tradisi dinamakan sejak dulu kala "taxeis" dalam bahasa Yunani
dan "ordines" dalam bahasa Latin. Dengan demikian liturgi berbicara
mengenai "ordo episcoporum", "ordo presbyterorum", dan
"ordo diaconorum". Juga kelompok-kelompok lain disebut
"ordo", seperti para katekumen, para perawan, para suami-isteri, dan
para janda.
1538 Penggabungan ke dalam salah satu golongan Gereja ini terjadi dalam
satu ritus, yang dinamakan ordinatio, satu tindakan liturgis dan religius yang
dapat merupakan satu tahbisan, satu pemberkatan, atau satu Sakramen. Sekarang
ini kata "ordinatio" dikhususkan untuk tindakan sakramental yang
menggabungkan seseorang ke dalam golongan para Uskup, imam, dan diaken. Ia
melebihi satu pilihan biasa, satu penentuan, delegasi, atau pengangkatan oleh
persekutuan, karena ia memberi anugerah Roh Kudus yang menyanggupkan untuk
melaksanakan "kuasa kudus" [sacra potestas] Bdk. LG 10., yang hanya
dapat diberikan oleh Kristus sendiri melalui Gereja-Nya. Ordinatio dinamakan
juga "tahbisan" [consecratio], karena ia terdiri dari pemilihan dan pengangkatan
yang dilakukan Kristus sendiri demi pelayanan dalam Gereja. Peletakan tangan
oleh Uskup dan doa tahbisan merupakan tanda-tanda yang kelihatan dari
konsekrasi ini.
II. * Sakramen Tahbisan dalam Tata Keselamatan
Imamat Perjanjian Lama
1539 Umat terpilih dijadikan oleh Allah "kerajaan imam dan bangsa
yang kudus" (Kel 19:6) Bdk. Yes 61:6.. Tetapi dalam umat Israel itu Allah
memilih satu dari kedua belas suku, yakni suku Lewi dan memisahkannya untuk
pelayanan liturgi Bdk. Bil 1:48-53.. Allah sendiri adalah warisan orang Lewi
Bdk. Yos 13:33.. Imam-imam pertama Perjanjian Lama ditahbis, dalam satu ritus
khusus Bdk. Kel 29:1-30; Im 8.." Mereka "ditetapkan bagi manusia
dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya mempersembahkan persembahan dan
kurban karena dosa" (Ibr 5:1).
1540 Namun imamat ini yang diciptakan untuk mewartakan Sabda Allah Bdk.
Mal 2:7-9. dan untuk membangun persekutuan dengan Allah melalui kurban dan doa,
tidak mampu mendatangkan keselamatan. Kurban itu harus diulangi terus-menerus
dan tidak dapat mengakibatkan pengudusan secara definitif Bdk. Ibr 5:3; 7:27;
10:1-4.. Baru kurban Kristus menghasilkan pengudusan ini.
1541 Tetapi liturgi Gereja melihat di dalam imamat Harun dan dalam
pelayanan Lewi serta dalam pengangkatan tujuh puluh orang "tua-tua
bangsa" pratanda imamat Perjanjian Baru yang tertahbis. Dengan demikian
Gereja berdoa dalam ritus Latin waktu Tahbisan Uskup dalam prefasi tahbisan:
"Allah dan Bapa Tuhan kami
Yesus Kristus... dengan Sabda rahmat-Mu Engkau telah memberi kepada Gereja-Mu susunannya;
sejak awal Engkau telah memilih umat kudus, yakni anak-anak Abraham yang benar;
Engkau telah memilih pemuka dan imam dan tidak pernah membiarkan tempat
kudus-Mu tanpa pelayan".
1542 Dalam Tahbisan Imam, Gereja Berdoa:
"Tuhan, Bapa yang kudus...
dalam Perjanjian Lama Engkau telah mengembangkan tugsas dan pelayanan dalam
tanda-tanda kudus: Musa dan Harun telah Engkau tetapkan untuk membimbing dan
menguduskan umat-Mu. Engkau telah memilih orang-orang lain sesudah mereka dalam
jabatan dan martabat yang sama guna membantu mereka dalam karyanya. Dalam
perjalanan melintasi padang gurun Engkau telah membagi-bagikan kepada ketujuh
puluh orang tua-tua roh Musa, sehingga dengan bantuannya mereka lebih mudah
dapat mengantar umat-Mu. Kepada anak-anak Harun telah Engkau berikan bagian
dalam tugas terhormat bapanya, supaya jumlah imam Perjanjian Lama cukup untuk
kurban di dalam kemah kudus, yang hanya merupakan bayangan dan pratanda
keselamatan yang akan datang".
1543 Dan dalam doa pentahbisan waktu Tahbisan diaken, Gereja mengakui:
"Allah yang Mahakuasa...
untuk melayani nama-Mu Engkau telah mengadakan tiga bentuk tugas pelayanan dan
telah melengkapinya dengan anugerah-anugerah kudus, sebagaimana pada awal mula
Engkau telah memilih untuk diri-Mu anak-anak Lewi demi pelayanan pada kemah
kudus yang pertama.
Imamat Kristus Satu-satunya
1544 Segala sesuatu yang dipratandai imamat Perjanjian Lama, menemukan
penyelesaiannya dalam Yesus Kristus, yang adalah "pengantara antara Allah
dan manusia" (1 Tim 2:5). Melkisedek, "imam Allah yang
mahatinggi" (Kej 14:18), dipandang oleh tradisi Kristen sebagai "pratanda"
imamat Kristus, "imam besar satu-satunya menurut peraturan
Melkisedek" (Ibr 5:10; 6:20). Kristus itu "kudus, tanpa salah, tanpa
noda" (Ibr 7:26), dan "oleh satu kurban saja... Ia telah
menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan" (Ibr 10:14),
yaitu oleh kurban di salib-Nya, satu kali untuk selamanya.
1545 Kurban penebusan Kristus itu unik dan dilaksanakan satu kali untuk
selama-lamanya. Walaupun demikian Ia hadir di dalam kurban Ekaristi Gereja.
Demikian pun berlaku untuk imamat Kristus yang satu-satunya: Ia dihadirkan oleh
imamat jabatan, tanpa karenanya menghilangkan keunikan imamat Kristus.
"Dan karena itu, hanya Kristuslah imam yang benar, yang lain adalah
pelayan-Nya" (Tomas Aqu., Hebr. 7,4). 1376,
662
Dua Bentuk Keikutsertaan dalam Imamat Kristus
1546 Kristus, Imam Agung dan Pengantara satu-satunya, telah membuat
Gereja-Nya menjadi satu kerajaan, "menjadi imam-imam bagi Allah,
Bapa-Nya" (Why 1:6) Bdk. Why 5:9-10; 1 Ptr 2:5.9.. Dengan demikian seluruh
persekutuan umat beriman adalah imami. Orang beriman sebagai orang yang
dibaptis melaksanakan imamatnya dengan cara bahwa setiap orang sesuai dengan
panggilannya ikut serta dalam perutusan Kristus, Imam, Nabi, dan Raja. Oleh
Sakramen Pembaptisan dan Penguatan orang beriman "disucikan untuk
menjadi... imamat suci" (LG 10).
1547 Imamat jabatan atau hierarkis para Uskup dan imam dan imamat
bersama semua orang beriman "atas caranya yang khas mengambil bagian dalam
imamat Kristus" dan "diarahkan satu kepada yang lain", walaupun
"berbeda dalam kodratnya" (LG 10). Mengapa ? Sementara imamat bersama
umat beriman terlaksana dalam pengembangan rahmat Pembaptisan; dalam
penghayatan iman, harapan dan cinta; dalam hidup sesuai dengan Roh Kudus;
imamat jabatan itu ada untuk melayani imamat bersama ini. Ia berhubungan dengan
pengembangan rahmat Pembaptisan semua orang Kristen. Ia adalah salah satu
sarana, yang olehnya Kristus secara berkesinambungan membangun dan membimbing
Gereja-Nya. Oleh karena itu, ia diterimakan oleh suatu Sakramen tersendiri,
oleh Sakramen Tahbisan.
Atas Nama Kristus, Kepala
1548 Kristus sendiri hadir dalam pelayanan gerejani dari imam yang
ditahbiskan dalam Gereja-Nya sebagai Kepala Tubuh-Nya, Gembala kawanan-Nya,
Imam Agung kurban penebusan, dan Guru kebenaran. Gereja menyatakan ini dengan
berkata bahwa seorang imam, berkat Sakramen Tahbisan, bertindak "atas nama
Kristus, Kepala" [in persona Christi capitis] Bdk. LG 10; 28; SC 33; CD
11; PO 2; 6..
"Inilah Imam yang sama,
Yesus Kristus, yang pribadi kudus-Nya diwakili oleh pelayan yang dipanggil. Oleh
tahbisan imam, ia menjadi serupa dengan Imam Agung; ia mempunyai wewenang,
supaya bertindak dalam kekuatan dan sebagai pengganti pribadi Kristus sendiri
[virtute ac persona ipsius Christi]" (Pius XII, Ens. "Mediator
Dei").
"Kristus adalah sumber
setiap imamat; karena imam Hukum [Lama] adalah citranya. Tetapi imam Perjanjian
Baru bertindak atas nama Kristus" (Tomas Aqu., s.th. 3,22,4).
1549 Oleh pejabat yang telah ditahbis, terutama oleh jabatan Uskup dan
imam, menjadi nyatalah bahwa Kristus sebagai Kepala Gereja hadir di tengah
persekutuan umat beriman Bdk. LG 21.. Sesuai dengan ungkapan indah dari santo
Ignasius dari Antiokia, seorang Uskup adalah tupos tou Patros, "citra
Bapa" (Trall. 3,1) Bdk. Ignasius dari Antiokia, Magn. 6,1..
1550 Kehadiran Kristus ini di dalam para pejabat tidak boleh diartikan,
seakan-akan mereka kebal terhadap segala kelemahan manusiawi: terhadap nafsu
berkuasa, kekeliruan, malahan terhadap dosa. Kekuatan Roh Kudus tidak menjamin
semua perbuatan pejabat dalam cara yang sama. Sementara jaminan diberikan pada
Sakramen-sakramen bahwa keadaan berdosa dari pemberi tidak dapat
menghalang-halangi buah-buah rahmat, ada juga banyak tindakan lain, padanya
para pelayan itu meninggalkan noda-noda kelemahan manusiawi yang tidak selalu
menjadi tanda kesetiaan kepada Injil dan karena itu dapat merugikan kesuburan
Gereja yang apostolik.
1551 Imamat ini adalah satu pelayanan. "Adapun tugas yang oleh
Tuhan diserahkan kepada para gembala umat-Nya itu, sungguh-sungguh merupakan
pengabdian" (LG 24). Ia ada sepenuhnya untuk Allah dan manusia. Ia
bergantung seutuhnya dari Kristus dan imamat-Nya yang satu-satunya dan
ditetapkan demi kesejahteraan manusia dan persekutuan Gereja. Sakramen Tahbisan
menyampaikan "satu kuasa kudus", yang tidak lain dari kuasa Kristus
sendiri. Karena itu, pelaksanaan kuasa ini harus mengikuti contoh Kristus, yang
karena cinta telah menjadi hamba dan pelayan untuk semua orang Bdk. Mrk
10:43-45; 1 Ptr 5:3.. "Tuhan telah mengatakan dengan jelas bahwa usaha
untuk kawanan-Nya adalah suatu bukti cinta terhadap-Nya" (Yohanes
Krisostomus, sac. 2,4) Bdk. Yoh 21:15-17..
"Atas Nama Seluruh Gereja"
1552 Imamat jabatan tidak hanya mempunyai tugas menampilkan Kristus,
Kepala Gereja kepada perhimpunan umat beriman; ia juga bertindak atas nama
seluruh Gereja, apabila ia menyampaikan doa Gereja kepada Allah Bdk. SC 33.,
terutama apabila ia mempersembahkan kurban Ekaristi Bdk. LG 10..
1553 "Atas nama seluruh Gereja" tidak berarti bahwa para imam
adalah utusan-utusan persekutuan. Doa dan kurban Gereja tidak dapat dipisahkan
dari doa dan kurban Kristus, Kepalanya. Liturgi Gereja ini selalu merupakan
ibadah yang Kristus persembahkan di dalam dan oleh Gereja-Nya. Seluruh Gereja,
Tubuh Kristus, berdoa dan mempersembahkan diri "oleh Dia dan bersama Dia
dan di dalam Dia" dalam persatuan Roh Kudus kepada Allah Bapa. Seluruh
tubuh, Kepala dan anggota-anggota, berdoa dan mempersembahkan diri. Oleh karena
itu, mereka yang dalam hidup ini mempunyai jabatan pelayanan atas cara yang
khusus, bukan hanya dinamakan pelayan-pelayan Kristus, melainkan juga
pelayan-pelayan Gereja. Imamat jabatan mewakili Gereja, karena ia mewakili
Kristus.
III. * Tiga Jenjang Sakramen Tahbisan
1554 "Demikianlah pelayanan Gereja yang ditetapkan oleh Allah
dijalankan dalam berbagai pangkat oleh mereka, yang sejak kuno disebut Uskup,
imam, dan diaken" (LG 28). Ajaran iman Katolik yang dinyatakan dalam
liturgi, dalam magisterium dan dalam cara bertindak Gereja yang
berkesinambungan, mengenal dua jenjang keikutsertaan dalam imamat Kristus:
episkopat dan presbiterat. Diakonat mempunyai tugas untuk membantu dan melayani
mereka. Karena itu istilah "sacerdos" dalam pemakaian dewasa ini
menyangkut Uskup dan imam, tetapi bukan diaken. Meskipun demikian ajaran iman
Katolik mengajarkan bahwa ketiga jenjang jabatan - kedua jenjang imamat
(episkopat dan presbiterat) dan jenjang jabatan pelayanan (diakonat) -
diterimakan oleh satu kegiatan sakramental, yang dinamakan "penahbisan",
artinya melalui Sakramen Tahbisan.
"Semua orang harus
menghormati diaken seperti Yesus Kristus, demikian pula Uskup sebagai citra
Bapa, tetapi para presbiter sebagai dewan Allah dan sebagai persekutuan para
Rasul Tanpa mereka tidak ada Gereja" (Ignasius dari Antiokia, Trall. 3,1).
Tahbisan Uskup - Kepenuhan Sakramen Tahbisan
1555 "Di antara pelbagai pelayanan, yang sejak awal mula dijalankan
dalam Gereja, menurut tradisi yang mendapat tempat utama ialah tugas mereka
yang diangkat menjadi Uskup, dan yang karena pergantian yang berlangsung sejak
permulaan membawa ranting benih rasuli" (LG 20). 861
1556 "Untuk menunaikan tugas yang semulia itu para Rasul diperkaya
dengan pencurahan istimewa Roh Kudus, yang turun dari Kristus atas diri mereka.
Dengan penumpangan tangan mereka sendiri meneruskan karunia rohani itu kepada
para pembantu mereka. Karunia itu sampai sekarang ini disalurkan melalui
Tahbisan Uskup" (LG 21).
1557 Konsili Vatikan II mengajarkan, "bahwa dengan Tahbisan Uskup
diterimakan kepenuhan Sakramen Imamat, yakni yang dalam kebiasaan liturgi
Gereja maupun melalui suara Bapa Suci disebut imamat tertinggi, keseluruhan
pelayanan suci" (LG 21).
1558 "Tetapi bersama dengan tugas menguduskan, Tahbisan Uskup juga
memberikan kewajiban mengajar dan memimpin". "Jelaslah bahwa dengan
penumpangan tangan dan dengan kata-kata Tahbisan, rahmat Roh Kudus diberikan,
dan meterai suci dicapkan sedemikian rupa, sehingga para Uskup, atas cara yang
luhur dan tampak menjalankan peranan Kristus: Guru, Gembala, dan Imam Agung
sendiri, dan bertindak dalam pribadi Beliau [in Eius persona agant]"
(ibid.). "Maka para Uskup, berkat Roh Kudus yang dikaruniakan kepada
mereka, menjadi guru iman, imam agung, dan gembala sejati dan otentik" (CD
2).
1559 "Seseorang menjadi anggota Dewan para Uskup dengan menerima
Tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan kepala maupun
para anggota Dewan" (LG 22). Bahwa sifat dan kodrat episkopat itu
kolegial, dapat dibuktikan antara lain melalui kebiasaan Gereja yang sudah
lama, bahwa dalam penahbisan seorang Uskup baru, beberapa Uskup turut serta
Bdk. LG 22.. Supaya penahbisan seorang Uskup sah, dewasa ini diperlukan satu
tindakan khusus dari Uskup Roma, karena ia adalah ikatan kelihatan yang
tertinggi dari persekutuan Gereja-gereja lokal di dalam satu Gereja dan
penjamin kebebasannya.
1560 Sebagai wakil Kristus setiap Uskup mempunyai tugas penggembalaan
atas Gereja lokal yang dipercayakan kepadanya; tetapi serentak pula ia harus
memperhatikan semua Gereja lokal, bersama-sama dengan semua saudaranya dalam
episkopat secara kolegial. "Meskipun setiap Uskup adalah gembala dalam
arti kata yang sebenarnya hanya untuk bagian kawanan yang secara khusus
dipercayakan kepada dia, namun sebagai pengganti-pengganti para Rasul yang sah
melalui penetapan ilahi mereka ikut bertanggung jawab untuk tugas-tugas misi
Gereja" (Pius XII, ens. "Fidei donum") 1561 Uraian
di atas menjelaskan, mengapa Ekaristi yang dirayakan oleh seorang Uskup
mempunyai arti khusus sebagai satu perwujudan Gereja yang dihimpun sekeliling
altar, yang dipimpin oleh seorang yang menghadirkan Kristus, Gembala baik dan
Kepala Gereja-Nya . 1369
Tahbisan Imam - Rekan Sekerja Uskup
1562 "Kristus, 'yang dikuduskan oleh Bapa dan diutus ke dunia' (Yoh
10:36), melalui para Rasul-Nya mengikut-sertakan para pengganti mereka, yakni
Uskup-uskup, dalam kekudusan dan perutusan-Nya. Para Uskup dengan sah
menyerahkan tugas pelayanan mereka kepada pelbagai orang dalam Gereja dalam
tingkat yang berbeda-beda" (LG 28). "Tugas pelayanan Uskup pada
tingkat yang terbawah kepadanya, diserahkan kepada para imam, supaya mereka,
sesudah ditahbiskan imam, menjadi rekan-rekan kerja bagi tingkat para Uskup,
untuk sebagaimana mestinya melaksanakan misi kerasulan yang mereka terima dari
Uskup" (PO 2).
1563 "Karena fungsi para imam tergabungkan pada tingkat para Uskup,
fungsi itu ikut menyandang kewibawaan Kristus sendiri, untuk membangun,
menguduskan dan membimbing Tubuh-Nya. Oleh karena itu, imamat para imam biasa
memang mengandaikan Sakramen-sakramen inisiasi Kristen, tetapi secara khas
diterimakan melalui Sakramen yang melambangkan, bahwa para imam, berkat
pengurapan Roh Kudus, ditandai dengan meterai istimewa, dan dengan demikian
dijadikan serupa dengan Kristus Sang Imam, sehingga mereka mampu bertindak
dalam pribadi Kristus Kepala" (PO 2).
1564 "Para imam tidak menerima puncak imamat, dan dalam
melaksanakan kuasa mereka tergantung dari para Uskup. Namun mereka sama-sama
imam seperti para Uskup, dan berdasarkan Sakramen Tahbisan, mereka ditahbiskan
menurut citra Kristus, Imam Agung yang abadi, Bdk. Ibr 5:1-10; 7:24; 9:11-28.
untuk mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk merayakan
ibadat ilahi sebagai imam sejati Perjanjian Baru" (LG 28).
1565 Karena Sakramen Tahbisan, imam mengambil bagian dalam perutusan
universal yang diserahkan Kristus kepada para Rasul. "Karunia rohani, yang
oleh imam telah diterima pada penahbisan mereka, tidak menyiapkan mereka untuk
suatu perutusan yang terbatas dan dipersempit, tetapi untuk misi keselamatan
yang luas sekali dan universal 'sampai ke ujung bumi' (Kis 1:8)" (PO 10),
dan membuat mereka selalu "siap sedia untuk di mana-mana mewartakan
Injil" (OT 20).
1566 "Tetapi tugas suci mereka terutama mereka laksanakan dalam
ibadat Ekaristi atau synaxis. Di situ mereka bertindak atas nama Kristus, dan
dengan memaklumkan misteri-Nya mereka menggabungkan doa-doa umat beriman dengan
kurban Kepala mereka. Dalam kurban misa mereka menghadirkan serta menerapkan
satu-satunya kurban Perjanjian Baru, yakni Kurban Kristus, yang satu kali
mempersembahkan diri kepada Bapa sebagai kurban tak bernoda, hingga kedatangan
Tuhan" (LG 28). Dari kurban yang satu-satunya ini seluruh pelayanan mereka
sebagai imam menimba kekuatannya Bdk. PO 2..
1567 "Sebagai pembantu yang arif Badan para Uskup, sebagai penolong
dan organ mereka, para imam dipanggil untuk melayani Umat Allah. Bersama
Uskupnya imam-imam merupakan satu presbiterium (dewan imam), namun dibebani
pelbagai tugas Di masing-masing jemaat setempat, mereka dalam arti tertentu
menghadirkan Uskup, yang mereka dukung dengan semangat percaya dan kebesaran
hati. Sesuai dengan bagian mereka, mereka ikut mengemban tugas serta
keprihatinan Uskup dan ikut menunaikannya dengan ketekunan setiap hari"
(LG 28). Para imam dapat melaksanakan tugasnya hanya dalam ketergantungan dari
Uskup dan dalam persekutuan dengan dia. Janji ketaatan yang mereka berikan
kepada Uskup pada saat penahbisan dan ciuman perdamaian dari Uskup pada akhir
liturgi Tahbisan merupakan tanda-tanda bahwa Uskup memandang mereka sebagai
anak-anaknya, sebagai saudaranya, dan sahabatnya, dan bahwa mereka berkewajiban
menunjukkan cinta dan kepatuhan kepadanya. 1462,
2179
1568 "Berkat Tahbisan, yang menempatkan mereka pada tingkat imamat
biasa, semua imam bersatu dalam persaudaraan sakramental yang erat sekali.
Khususnya dalam keuskupan, yang mereka layani di bawah Uskupnya sendiri, mereka
merupakan satu presbiterium. Sebab walaupun para imam menjalankan
bermacam-macam tugas, mereka hanya mengemban satu imamat demi pengabdian kepada
sesama" (PO 8). Kesatuan presbiterium [para imam dalam satu keuskupan]
dinyatakan secara liturgis dalam kebiasaan bahwa dalam ritus Tahbisan, sesudah
Uskup, juga para imam meletakkan tangan di atas mereka yang baru ditahbis.
Tahbisan Diaken - "untuk Pelayanan"
1569 "Pada tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diaken,
yang ditumpangi tangan, 'bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan'"
(LG 29). Bdk. CD 15. Dalam Tahbisan diaken hanya Uskup meletakkan tangan dan
dengan demikian menyatakan bahwa diaken bergabung dengan Uskupnya terutama
dalam tugas-tugas pelayanan cinta persaudaraan. Bdk. Hipolitus trad. ap. 8.
1570 Atas cara yang khusus para diaken mengambil bagian dalam perutusan
dan rahmat Kristus Bdk. LG 41; AA 16.. Sakramen Tahbisan mengukir pada mereka
satu meterai. Ini tidak dapat dihilangkan dan membuat mereka serupa dengan
Kristus, yang telah menjadi "diaken", artinya pelayan bagi semua
orang Bdk. Mrk 10:45; Luk 22:27; Polikarpus, ep. 5,2.. Tugas diaken antara
lain, membantu Uskup dan imam dalam perayaan rahasia-rahasia ilahi, terutama
Ekaristi, membagi-bagikan komuni kudus, menjadi saksi gerejani bagi akad
Perkawinan dan memberkati para mempelai, membacakan Injil dan berkhotbah,
memimpin upacara pemakaman, dan mengabdikan diri kepada berbagai bentuk
pelayanan karitatif Bdk. LG 29; SC 35,4; AG 16.. 1121
1571 Sejak Konsili Vatikan II, Gereja Latin "mengadakan lagi
diakonat sebagai tingkat hierarki yang tersendiri dan tetap" (LG 29).
Gereja-Gereja Timur selalu mempertahankannya. Diakonat tetap ini yang dapat
diberikan juga kepada pria yang berkeluarga, merupakan satu sumbangan penting
bagi perutusan Gereja. Sungguh pantas dan berguna bahwa para pria yang di dalam
Gereja, entah dalam kehidupan liturgi atau pastoral, entah dalam karya sosial
dan karitatif, sungguh menjalankan suatu pelayanan diakonal, "diteguhkan
dengan penumpangan tangan yang diwariskan dari para Rasul, dan dihubungkan
lebih erat dengan altar, sehingga mereka secara lebih tepat guna menunaikan
pelayanan mereka berkat rahmat sakramental diakonat" (AG 16).
IV. * Perayaan Sakramen Tahbisan
1572 Karena penting bagi kehidupan Gereja lokal, maka hendaknya sebanyak
mungkin umat beriman mengambil bagian dalam upacara Tahbisan seorang Uskup,
imam, atau diaken. Upacara itu sebaiknya dilaksanakan pada hari Minggu di
katedral dan dalam suatu perayaan meriah yang layak bagi peristiwa ini. Ketiga
macam Tahbisan, Tahbisan Uskup, imam, dan diaken, berlangsung dengan cara yang
sama, dan dalam upacara Ekaristi.
1573 Ritus hakiki dari Sakramen Tahbisan sama pada ketiga jenjang itu
yakni bahwa Uskup meletakkan tangannya atas kepala orang yang ditahbis dan
memohon dalam doa Tahbisan yang bersangkutan dari Tuhan curahan Roh Kudus dan
anugerah-anugerah rahmat yang khusus untuk pelayanan, untuk mana calon itu
ditahbis Bdk. Pius XII, Konst.Ap. "Sacramentum ordinis": DS 3858..
1574 Seperti pada semua Sakramen, ritus tambahan pun menyertai upacara
ini. Ritus-ritus itu sangat berbeda-beda dalam berbagai tradisi liturgi, tetapi
mempunyai kesamaan yaitu menampakkan aneka ragam aspek rahmat sakramental.
Umpamanya dalam ritus Latin, ritus pembukaan - yaitu pengusulan dan pilihan
calon yang akan ditahbis, wejangan Uskup, tanya kesediaan calon yang akan
ditahbis, litani semua orang kudus, - menyatakan bahwa pilihan calon sudah
dilaksanakan sejalan dengan kebiasaan Gereja. Semua itu mempersiapkan ritus
Tahbisan meriah. Sesudah itu ritus-ritus yang lain menyatakan secara simbolis
misteri yang telah terlaksana dan menyelesaikannya: Uskup dan imam mendapat
urapan dengan krisma kudus, tanda urapan khusus oleh Roh Kudus, yang membuat
subur pelayanan mereka. Kepada Uskup diserahkan buku Injil, cincin, mitra, dan
tongkat sebagai tanda perutusan apostoliknya untuk mewartakan Sabda Allah, kesetiaannya
kepada Gereja, mempelai Kristus, dan tugasnya sebagai gembala kawanan Tuhan;
kepada imam diberikan patena dan piala lambang "persembahan umat yang
kudus", yang ia bawakan kepada Al?lah; kepada diaken yang telah menerima
perutusan untuk mewartakan Injil Kristus, diserahkan buku Injil.
V. * Siapa Dapat Memberi Sakramen Tahbisan ?
1575 Kristus telah memilih para Rasul dan memberi mereka bagian dalam
perutusan dan kekuasaan-Nya. Ditinggikan di sebelah kanan Bapa, Ia tidak
meninggalkan kawanan-Nya, tetapi selalu menjaganya dengan perantaraan para
Rasul dan memimpinnya dengan perantaraan gembala-gembala yang sekarang
melanjutkan karya-Nya Bdk. MR, Prefasi para Rasul.. Jadi, Kristuslah yang
memberi kepada yang satu tugas rasul dan kepada yang lain tugas gembala Bdk. Ef
4:11.. Ia tetap bertindak dengan perantaraan para Uskup Bdk. LG 21.. 857
1576 Karena Sakramen Tahbisan adalah Sakramen pelayanan apostolik, maka
para Uskup berwewenang, sebagai pengganti para Rasul, melanjutkan
"anugerah rohani" (LG 21), "benih rasuli" (LG 20). Para
Uskup yang telah ditahbiskan secara sah, artinya yang berada dalam suksesi
apostolik, adalah pemberi-pemberi yang sah untuk ketiga jenjang Sakramen
Tahbisan itu Bdk. DS 794 dan 802; CIC, can. 1012; CCEO, cann. 744; 747..
VI. * Siapa Dapat Menerima Sakramen Tahbisan ?
1577 "Hanya pria [vir] yang sudah dibaptis, dapat menerima Tahbisan
secara sah" (CIC, can. 1024). Yesus Tuhan telah memilih pria-pria [viri]
untuk membentuk kelompok kedua belas Rasul Bdk. Mrk 3:14-19; Luk 6:12-16., dan
para Rasul pun melakukan yang sama, ketika mereka memilih rekan keja Bdk. 1 Tim
3:1-13; 2 Tim 1:6; Tit 1:5-9., yang akan menggantikan mereka dalam tugasnya
Bdk. Klemens dari Roma, Kor 42:4; 44:3.. Dewan para Uskup yang dengannya para
imam bersatu dalam imamat, menghadirkan dewan kedua belas Rasul sampai Kristus
datang kembali. Gereja menganggap diri terikat pada pilihan ini, yang telah
dilakukan Tuhan sendiri. Karena itu, tidak mungkin menahbiskan wanita Bdk. MD
26-27; CDF, Pernya. "Inter insigniores"..
1578 Seorang pun tidak mempunyai hak untuk menerima Sakramen Tahbisan.
Tidak seorang pun merebut tugas itu bagi dirinya. Untuk itu seorang harus
dipanggil oleh Allah Bdk. Ibr 5:4.. Siapa yang beranggapan melihat tanda-tanda
bahwa Allah memanggilnya untuk pelayanan sebagai orang yang ditahbis,
harusmenyampaikan kerinduannya itu dengan rendah hati kepada otoritas Gereja
yang mempunyai tanggung jawab dan hak untuk mengizinkan seorang menerima
Tahbisan. Seperti setiap rahmat, maka Sakramen ini juga hanya dapat diterima
sebagai anugerah secara cuma-cuma.
1579 Kecuali diaken-diaken tetap, semua pejabat tertahbis Gereja Latin
biasanya diambil dari para pria beriman, yang hidup secara selibater dan
mempunyai kehendak menghayati selibat "demi Kerajaan surga" (Mat
19:12). Dipanggil untuk mengabdikan diri kepada Tuhan dan "tugas-Nya"
secara tidak terbagi Bdk. 1 Kor 7:32., mereka menyerahkan diri secara penuh
kepada Allah dan sesama. Selibat adalah tanda hidup baru yang demi pelayanannya
ditahbiskan pelayan Gereja; bila diterima dengan hati gembira, ia memancarkan
Kerajaan Allah Bdk. PO 16.. 1618,
2233
1580 Sejak berabad-abad lamanya berlaku di Gereja-gereja Timur satu
peraturan lain: sementara para Uskup semata-mata dipilih dari antara orang yang
tidak kawin, pria yang telah kawin dapat ditahbiskan menjadi diaken dan imam.
Praktik ini sejak lama sudah dipandang sebagai sesuatu yang sah; imam-imam ini
melaksanakan tugas pelayanan yang berdaya guna di dalam pangkuan jemaatnya Bdk.
PO 16.. Tambahan lagi selibat para imam sangat dihormati di Gereja-gereja Timur
dan banyak imam telah memilihnya dengan sukarela demi Kerajaan Allah. Baik di
Timur maupun di Barat, seorang yang telah menerima Sakramen Tahbisan, tidak
boleh kawin lagi.
VII. * Buah-buah Sakramen Tahbisan Meterai yang Tidak Terhapus
1581 Oleh rahmat khusus dari Roh Kudus Sakramen ini membuat penerima
serupa dengan Kristus, supaya ia sebagai alat Kristus melayani Gereja-Nya.
Tahbisan memberi kuasa kepadanya, agar bertindak sebagai wakil Kristus, Kepala,
dalam ketiga fungsi-Nya sebagai Imam, Nabi, dan Raja.
1582 Seperti pada Pembaptisan dan Penguatan, maka keikutsertaan dalam
martabat Kristus ini diberikan satu kali untuk selama-lamanya. Juga Sakramen
Tahbisan memberi tanda rohani yang tidak terhapus dan tidak dapat diulangi atau
dikembalikan Bdk. Konsili Trente: DS 1767; LG 21; 28; 29; P02..
1583 Karena alasan-alasan yang memadai seorang yang ditahbis secara sah
dapat dibebaskan dari kewajiban dan tugas yang telah diberikan dengan Tahbisan,
ataupun ia dapat dilarang metaksanakannya Bdk. CIC, cann. 290-293; 1336 ??
1.3.5; 1338, ? 2.. Tetapi ia tidak dapat menjadi awam lagi dalam arti yang
sebenarnya, karena tanda yang telah diukir oleh Tahbisan tidak dapat
dihapuskan. Panggilan dan perutusan yang telah ia terima pada hari Tahbisannya,
memeterainya untuk selama-lamanya.
1584 Pada dasarnya Kristus sendiri yang mendatangkan keselamatan dengan
perantaraan pelayan yang ditahbis dan bekerja melalui dia. Ketidak-layakannya
tidak dapat menghalang-halangi Kristus untuk bertindak Bdk. Konsili Trente: DS
1612; 1154.. Santo Agustinus mengatakan ini dengan kata-kata yang sangat tegas:
"Pejabat yang angkuh harus
digolongkan dengan setan. Anugerah Kristus tidak dinodai karena itu; yang
mengalir melalui dia, pertahankan kemurniannya; yang disalurkan melalui dia,
tinggal bersih dan sampai ke tanah yang subur. ... Kekuatan rohani Sakramen
adalah serupa dengan terang; siapa yang harus disinari, menerimanya dalam
kejernihannya, dan apabila ia harus. melewati yang kotor, ia sendiri tidak
menjadi kotor" (ev. Jo 5,15).
Rahmat Roh Kudus
1585 Oleh rahmat Roh Kudus yang ada dalam Sakramen ini, orang yang
ditahbiskan menyerupai Kristus, Imam, Guru, dan Gembala, yang harus ia layani.
1586 Seorang Uskup mendapat terutama rahmat kekuatan ("roh untuk
pelayanan pimpinan": PR, Tahbisan Uskup 37). Rahmat ini menyanggupkan dia
untuk membimbing Gerejanya dengan, teguh dan bijaksana sebagai seorang bapa dan
gembala dan melindunginya dalam cinta tanpa pamrih terhadap semua dan terutama
terhadap orang miskin, sakit dan berkekurangan Bdk. CD 13 dan 16.. Rahmat ini
mendorongnya untuk mewartakan Injil kepada semua, untuk menjadi contoh bagi
kawanannya dan untuk mendahuluinya pada jalan kekudusan, dengan mempersatukan
diri di dalam Ekaristi dengan Kristus, Imam dan Kurban, dan tidak merasa takut
menyerahkan hidupnya bagi domba-dombanya.
"Bapa, Engkau yang mengenal
hati, berilah kepada pelayan-Mu, yang telah Engkau panggil untuk martabat
Uskup, supaya ia menggembalakan kawanan-Mu yang kudus dan melaksanakan di
hadirat-Mu imamat yang agung ini tanpa cacat, dengan melayani Engkau siang dan
malam. Semoga ia tanpa henti-hentinya membuat wajah-Mu menyinarkan belas
kasihan dan semog ia membawakan persembahan Gerejamu yang kudus. Semoga ia
berkat yang agung ini mempunyai kekuasaan untuk mengampuni dosa sesuai dengan
perintah-Mu. Semoga ia membagi-bagikan tugas sesuai dengan aturan-Mu dan
membuka setiap ikatan berkat kekuasaan yang telah Engkau berikan kepada para
Rasul-Mu. Semoga ia berkenan kepada-Mu oleh kelemah-lembutan dan oleh hatinya
yang murni, waktu ia mempersembahkan kepada-Mu keharuman yang menyegarkan
dengan perantaraan Yesus Kristus anak-Mu ..." (Hipolitus, trad. ap. 3).
1587 Anugerah rohani yang diberikan oleh Tahbisan Imam, dinyatakan dalam
ritus Bisantin sebagai berikut. Pada saat meletakkan tangan, Uskup berkata:
"Tuhan, penuhilah dia, yang
dengan murah hati hendak Engkau angkat ke dalam martabat imam, dengan anugerah
Roh Kudus supaya ia layak berdiri di altar-Mu tanpa cacat, mewartakan Injil
Kerajaan-Mu, melaksanakan pelayanan pada Sabda kebenaran, mempersembahkan
kepada-Mu anugerah dan kurban rohani, membaharui umat-Mu dengan permandian
kelahiran kembali, sehingga ia sendiri dapat menyongsong Allah kami yang agung
dan Juru Selamat Yesus Kristus, Putera-Mu yang tunggal pada hari kedatangan-Nya
kembali dan menerima dari kebaikan-Mu yang tidak terbatas ganjaran untuk
pelaksanaan tugasnya dengan setia" (Liturgi Bisantin, Euchologion).
1588 Kepada para diaken rahmat sakramental memberi kekuatan untuk
"mengabdikan diri kepada Umat Allah dalam pelayanan liturgi, Sabda, dan
amal kasih, dalam persekutuan dengan Uskup dan para imamnya" (LG 29).
1589 Mengingat agungnya rahmat dan tugas imam, para pengajar kudus
merasa terpanggil dan terdesak kepada pertobatan, supaya hidup mereka sesuai
dengan apa yang mereka layani berdasarkan Sakramen Tahbisan. Demikianlah santo
Gregorius dari Nasiansa mengatakan sebagai imam muda:
"Pertama-tama orang sendiri
harus murni, baru sesudah itu memurnikan; pertama-tama orang harus belajar
kebijaksanaan, baru mengajarkannya; pertama-tama menjadi terang, baru
menerangkan; pertama-tama pergi kepada Allah, baru mengantar kepada-Nya;
pertama-tama menguduskan diri, baru menguduskan orang lain, membimbing mereka
dan memberi nasihat secara bijaksana" (or. 2,71). "Aku tahu, pelayan
Siapa kita ini, di tempat mana kita berada dan siapakah Dia, kepada Siapa kita
bergerak maju. Aku mengenal keagungan Allah dan kelemahan manusia, tetapi juga
kekuatannya" (or. 2,74). Jadi, siapakah imam itu? Ia adalah "pembela
kebenaran; ia setara para malaikat, melagukan madah pujian bersama para
malaikat agung, mempersembahkan kurban ke altar surgawi, mengambil bagian dalam
pelayanan Kristus sebagai imam, membaharui ciptaan, memperbaiki lagi [di
dalamnya] citra [Allah], menciptakannya baru lagi untuk dunia surgawi dan, yang
paling mulia ialah, dijadikan ilahi dan harus mengilahikan" (or. 2,73).
Dan
santo Pastor dari Ars mengatakan: "Imam melanjutkan di dunia karya
penebusan. Seandainya orang mengerti dengan tepat, apa sebenarnya imam di dunia
ini, orang akan mati - bukan karena takut, melainkan karena cinta. ... Imamat
adalah cinta hati Yesus" (Nodet, Jean-Marie Vianney, hal.100).
TEKS-TEKS SINGKAT
1590 Santo Paulus berkata kepada muridnya Timotius:
"kobarkanlah karunia Allah yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu
oleh penumpangan tanganku atasmu" (2 Tim 1:6). "Orang yang
menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah " (I
Tim 3:1). Kepada Titus ia berkata: "Aku telah meninggalkan engkau di Kreta
dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan
supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah
kupesankan kepadamu " (Tit 1:5).
1591 Seluruh Gereja adalah umat imami. Berkat
Pembaptisan semua orang beriman mengambil bagian dalam imamat Kristus.
Keikutsertaan ini dinamakan "imamat bersama kauni beriman". Atas
dasarnya dan demi pelayanannya terdapat satu keikutsertaan lain dalam perutusan
Kristus: perutusan pelayanan, yang diterimakan melalui Sakramen Tahbisan dan
yang mempunyai tugas, untuk mengabdi di tengah jemaat, atas nama dan dalam
pribadi Kristus.
1592 Imamat jabatan berbeda dari imamat bersama
menurut hakikatnya, karena ia memberi wewenang kudus untuk melayani umat
beriman. Pelayan yang ditahbiskan melaksanakan pelayanannya untuk umat Allah
melalui kegiatan mengajar [munus docendi], melalui ibadat liturgi [munus
liturgicum] dan melalui bimbingan pastoral [munus regendi].
1593 Sejak awal martabat tertahbis diterimakan dan
dilaksanakan dalam tiga jenjang, yakni Uskup, imam, dan diaken. Tugas-tugas
yang diserahkan melalui Tahbisan mutlak perlu demi susunan organis Gereja. Bila
tidak ada Uskup, presbiter, dan diaken, orang tidak dapat berbicara tentang
Gereja Bdk. Ignasius dari Antiokia, Trall. 3,1..
1594 Uskup menerima kepenuhan Sakramen Tahbisan,
yang menggabungkan dia dalam Dewan para Uskup dan yang menjadikan dia kepala
yang kelihatan dari Gereja lokal yang dipercayakan kepadanya. Sebagai pengganti
para Rasul dan anggota Dewan, para Uskup mengambil bagian dalam tanggung jawab
apostolik dan dalam perutusan seluruh Gereja di bawah wewenang Paus, pengganti
santo Petrus.
1595 Para imam bersatu dengan para Uskup dalam
martabat imamat dan serentak bergantung dari mereka dalam pelaksanaan tugas
pastoralnya. Mereka dipanggil untuk menjadi rekan kerja Uskup yang bijaksana;
di sekeliling Uskup mereka membentuk "Presbyterium" yang bersama
dengan dia bertanggung jawab atas Gereja lokal. Mereka ditugaskan oleh Uskup
untuk pemeliharaan paroki atau dengan satu tugas Gereja yang khusus.
1596 Para diaken adalah pejabat yang ditahbiskan
untuk melaksanakan tugas dalam pelayanan Gereja. Mereka tidak menerima imamat
jabatan, tetapi Tahbisan memberi kepada mereka tugas-tugas penting dalam
pelayan sabda, liturgi, karya pastoral dan karitatif. Mereka harus melaksanakan
tugas-tugas ini di bawah bimbingan pastoral Uskupnya.
1597 Sakramen Tahbisan diberikan melalui
penumpangan tangan Uskup, yang disusul dengan doa tahbisan meriah. Ia memohon
dari Allah untuk calon Tahbisan anugerah-anugerah Roh Kudus, yang dibutuhkan
untuk pelayanannya. Tahbisan mengukir meterai sakramental yang tidak dapat
dihapus.
1598 Gereja memberi Sakramen Tahbisan hanya kepada
pria yang telah dibaptis, tentang siapa dapat diharapkan setelah melalui
pemeriksaan yang memadai, bahwa mereka layak untuk melaksanakan tugas yang
bersangkutan. Pimpinan Gereja mempunyai tanggungjawab dan hak unit, mengizinkan
seseorang menerima Tahbisan.
1599 Dalam Gereja Latin Tahbisan untuk presbiterat
biasanya hanya diberikan kepada para calon yang bersedia menerima selibat
dengan sukarela, dan menyatakan kehendaknya secara publik untuk
mempertahankannya karena cinta kepada Kerajaan Allah dan untuk melayani sesama.
1600 Adalah wewenang para Uskup untuk menerimakan
ketiga jenjang Sakramen Tahbisan itu.
ARTIKEL 7 * SAKRAMEN PERKAWINAN
1601 "Perjanjian Perkawinan, dengan mana pria dan wanita membentuk
antar mereka kebersamaan seluruh hidup, dari sifat kodratinya terarah pada
kesejahteraan stiami-isteri serta pada kelahiran dan pendidikan anak; oleh
Kristus Tuhan Perkawinan antara orang-orang yang dibaptis diangkat ke martabat
Sakramen" (CIC can. 1055, ? 1).
I. * Perkawinan dalam Rencana Allah
1602 Kitab Suci mulai dengan penciptaan pria dan wanita menurut citra
Allah Bdk. Kej 1:26-27. dan berakhir dengan visiun "perjamuan kawin Anak
Domba" (Why 19:7.9). Dari halaman pertama sampai halaman terakhir Kitab
Suci berbicara tentang Perkawinan dan "misterinya", tentang penetapan
dan artinya, yang Allah berikan kepadanya, tentang asal dan tujuannya, tentang
pelaksanaannya yang berbeda-beda dalam seluruh proses sejarah keselamatan,
tentang kesulitan yang timbul dari dosa, dan pembaharuan "dalam
Tuhan"- (I Kor 7:39) dalam Perjanjian Baru Kristus dan Gereja. Bdk. Ef
5:31-32.
Perkawinan dalam Tata Ciptaan
1603 "Persekutuan hidup dan kasih suami isteri yang mesra...
diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukum-Nya. ... Allah
sendirilah Pencipta Perkawinan" (GS 48, 1). Panggilan untuk Perkawinan
sudah terletak dalam kodrat pria dan wanita, sebagaimana mereka muncul dari
tangan Pencipta. Perkawinan bukanlah satu institusi manusiawi semata-mata,
walaupun dalam peredaran sejarah ia sudah mengalami berbagai macam perubahan
sesuai dengan kebudayaan, struktur masyarakat, dan sikap mental yang
berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan ini tidak boleh membuat kita melupakan
ciri-ciri yang tetap dan umum. Walaupun martabat institusi ini tidak tampil
sama di mana-mana, namun di semua kebudayaan ada satu pengertian tertentu
tentang keagungan persatuan Perkawinan, karena "keselamatan pribadi maupun
masyarakat manusiawi dan kristiani erat berhubungan dengan kesejahteraan rukun
Perkawinan dan keluarga" (GS 47,1).
1604 Tuhan yang telah menciptakan manusia karena cinta, juga memanggil
dia untuk mencinta, satu panggilan kodrati dan mendasar setiap manusia. Manusia
telah diciptakan menurut citra Allah, Bdk. Kej 1:27. yang sendiri adalah cinta.
Bdk. 1 Yoh 4:8.16. Oleh karena Allah telah menciptakannya sebagai pria dan
wanita, maka cinta di antara mereka menjadi gambar dari cinta yang tak
tergoyangkan dan absolut, yang dengannya Allah mencintai manusia. Cinta ini di
mata Pencipta adalah baik, malahan sangat baik Bdk. Kej 1:31.. Cinta Perkawinan
diberkati oleh Allah dan ditentukan supaya menjadi subur dan terlaksana dalam
karya bersama demi tanggung jawab untuk ciptaan: "Allah memberkati mereka
dan berkata kepada mereka: Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah
bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung
di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi" (Kej 1:28).
1605 Kitab Suci berkata, bahwa pria dan wanita diciptakan satu untuk
yang lain: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja" (Kej
2:18). Wanita adalah "daging dari dagingnya" Bdk. Kej 2:23., artinya:
ia adalah partner sederajat dan sangat dekat. Ia diberikan oleh Allah kepadanya
sebagai penolong Bdk. Kej 2:18.20. dan dengan demikian mewakili Allah, pada-Nya
kita beroleh pertolongan. Bdk. Mzm 121:2. "Sebab itu seorang laki-laki
akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging" (Kej 2:24). Bahwa ini berarti 'kesatuan hidup mereka
berdua yang tidak dapat diceraikan, ditegaskan oleh Yesus sendiri, karena Ia
mengingatkan bahwa "sejak awal" adalah rencana Allah bahwa
"mereka bukan lagi dua, melainkan satu" (Mat 19:6).
Perkawinan di Bawah Kekuasaan Dosa
1606 Tiap manusia mengalami yang jahat dalam lingkungannya dan dalam
dirinya sendiri. Pengalaman ini juga terlihat dalam hubungan antara pria dan
wanita. Persatuan mereka selalu diancam oleh perselisihan, nafsu berkuasa,
ketidaksetiaan, kecemburuan, dan konflik, yang dapat mengakibatkan kebencian
dan perceraian. Keadaan yang tidak teratur ini dapat tampak dengan lebih kuat
atau kurang kuat; ia lebih atau kurang dapat diatasi dalam kebudayaan, zaman,
dan pribadi tertentu, tetapi rasanya ia merupakan gejala umum.
1607 Menurut iman kita, keadaan yang tidak teratur ini, yang harus kita
saksikan dengan sedih hati, bukan berasal dari kodrat pria dan wanita dan juga
bukan dari kodrat hubungan antara mereka, melainkan dari dosa. Setelah
merusakkan hubungan dengan Allah, sebagai akibat pertama, dosa asal merusakkan
persekutuan asli antara pria dan wanita. Hubungan mereka diganggu oleh dakwaan
timbal balik; Bdk. Kej 3:12. kecondongan timbal balik Bdk. Kej 2:22. yang diberi
Pencipta secara khusus, berubah menjadi nafsu berkuasa dan nafsu seks; Bdk. Kej
3:16b. panggilan yang indah bagi pria dan wanita supaya menjadi subur, beranak
cucu, dan menaklukkan muka bumi Bdk. Kej 1:28., dibebani oleh sakit melahirkan
dan oleh keringat untuk mencari nafkah. Bdk. Kej. 3:16-19.
1608 Tetapi tata ciptaan tetap bertahan, walaupun sudah sangat
terguncang. Untuk menyembuhkan luka-luka yang diakibatkan dosa, pria dan wanita
membutuhkan pertolongan rahmat, yang Allah selalu berikan dalam kerahiman-Nya
yang tidak terbatas. Bdk. Kej 3:21. Tanpa bantuan ini pria dan wanita tidak
pernah berhasil menciptakan kesatuan hidup yang Allah telah maksudkan
"sejak awal".
Perkawinan di Bawah Bimbingan Hukum
1609 Dalam kerahiman-Nya Allah tidak meninggalkan manusia berdosa.
Siksa-siksa yang diakibatkan oleh dosa itu, sakit waktu melahirkan, Bdk. Kej
3:16. pekerjaan "dengan berpeluh" (Kej 3:19), adalah juga obat yang
membatasi akibat-akibat buruk dari dosa. Sesudah jatuh dalam dosa, Perkawinan membantu
untuk mengalahkan isolasi diri, egoisme, pencarian kenikmatan sendiri, dan
untuk menjadi terbuka bagi orang lain, siap untuk membantu, dan mendampingi
dia.
1610 Kesadaran susila yang mengerti ketunggalan dan ketakterceraian
Perkawinan telah berkembang di bawah bimbingan hukum Perjanjian Lama. Memang
poligami para bapa bangsa dan raja belum lagi ditolak dengan jelas. Tetapi
peraturan yang diberi kepada Musa bertujuan melindungi wanita dari
kesewenang-wenangan pria. Namun seperti Yesus katakan, hukum masih memiliki
bekas-bekas "ketegaran hati" pria, sehingga Musa mengizinkan
perceraian wanita. Bdk. Mat 19:8; Ul 24:1.
1611 Para nabi melukiskan perjanjian Allah dengan Israel dengan gambar
cinta Perkawinan yang eksklusif dan setia Bdk. Hos 1-3; Yes 54; 62; Yer 2-3;
31; Yeh 16; 23., dan dengan demikian membawa keyakinan umat terpilih ke suatu
pengertian yang lebih dalam mengenai ketunggalan dan ketakterceraian Perkawinan
Bdk. Mal 2:13-17.. Kitab Rut dan Tobit menampilkan contoh yang mengharukan
mengenai pandangan mulia tentang Perkawinan, tentang persatuan yang setia dan
mesra antara suami isteri. Tradisi selalu melihat di dalam Kidung Agting satu
pernyataan bagus mengenai cinta manusiawi sebagai pancaran murni cinta Allah,
satu cinta yang "kuat seperti maut" dan "juga air yang banyak...
tidak dapat memadamkannya" (Kid 8:6-7).
Perkawinan dalam Tuhan
1612 Perjanjian perkawinan antara Allah dan umat-Nya Israel telah
mempersiapkan perjanjian yang baru dan abadi. Dalam Perjanjian ini Putera Allah
dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia dan dalam penyerahan hidup-Nya boleh
dikatakan mempersatukan diri dengan seluruh umat manusia yang diselamatkan-Nya
Bdk. GS 22. dan dengan demikian mempersiapkan "Perkawinan Anak Domba"
(Why 19:7.9).
1613 Pada awal hidup-Nya di muka umum Yesus melakukan - atas permohonan
ibu-Nya - mukjizat-Nya yang pertama pada suatu pesta perkawinan. Bdk. Yoh
2:1-11. Gereja menganggap kehadiran Yesus pada pesta perkawinan di Kana itu
suatu hal penting. Ia melihat di dalamnya suatu penegasan bahwa Perkawinan adalah
sesuatu yang baik, dan pernyataan bahwa mulai sekarang Perkawinan adalah suatu
tanda tentang kehadiran Kristus yang berdaya guna.
1614 Dalam pewartaan-Nya, Yesus mengajarkan dengan jelas arti asli dari
persatuan pria dan wanita, seperti yang dikehendaki Pencipta sejak permulaan;
izin yang diberikan oleh Musa untuk menceraikan isteri adalah suatu penyesuaian
terhadap ketegaran hati; Bdk. Mat 19:8. kesatuan perkawinan antara pria dan
wanita tidak tercerai - Allah sendiri telah mempersatukan mereka; "Apa
yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Mat 19:6).
1615 Penegasan-Nya bahwa tali Perkawinan tidak dapat diputuskan,
menimbulkan kebingungan dan dianggap satu tuntutan yang tidak dapat dipenuhi.
Tetapi Yesus tidak meletakkan kepada suami isteri beban yang tidak terpikulkan
Bdk. Mat 11:29-30., yang lebih berat lagi daripada peraturan Musa. Dengan
memperbaiki tata ciptaan awal yang telah diguncangkan oleh dosa, Ia sendiri
memberi kekuatan dan rahmat, untuk dapat menghidupkan Perkawinan dalam sikap
baru Kerajaan Allah. Kalau suami isteri mengikuti Kristus, menyangkali diri
sendiri dan memikul salibnya Bdk. 8:34. mereka akan "mengerti" arti
asli dari Perkawinan Bdk. Mat 19:11. dan akan dapat hidup menurutnya dengan
pertolongan Kristus. Rahmat Perkawinan Kristen ini adalah buah dari salib
Kristus, sumber setiap penghayatan Kristen.
1616 Santo Paulus memberi pengertian, apabila ia berkata: "Hai
suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya untuk, menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya
dengan memandikannya dengan air dan firman" (Ef 5:25-26). Ia langsung
menambahkan: "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia
ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat"
(Ef 5:31-32).
1617 Seluruh kehidupan Kristen diwarnai cinta mempelai antara Kristus dan
Gereja. Pembaptisan, langkah masuk ke dalam Umat Allah, sudah merupakan satu
misteri mempelai; ia boleh dikatakan "permandian perkawinan", Bdk. Ef
5:26-27. yang mendahului perjamuan perkawinan, Ekaristi. Perkawinan Kristen
menjadi tanda yang berdaya guna, Sakramen perjanjian antara Kristus dan Gereja.
Karena ia menandakan dan membagikan rahmat-Nya, maka Perkawinan antara mereka
yang dibaptis adalah Sakramen Perjanjian Baru yang sebenarnya. Bdk. DS 1800;
CIC, can. 1055 ? 2.
1618 Kristus adalah pusat seluruh
kehidupan Kristen. Hubungan dengan Dia lebih utama dari semua ikatan lain dalam
keluarga dan masyarakat (Bdk. Luk
14:26; Mrk 10:28-31). Sejak permulaan Gereja terdapat kelompok pria dan wanita
yang meninggalkan Perkawinan, supaya mengikuti Anak Domba ke mana pun Ia pergi (Bdk. Why 14:4) untuk memperhatikan kepentingan Allah, mencari jalan
agar berkenan kepada-Nya (Bdk. I Kor 7:32) dan untuk menyongsong mempelai yang akan datang (Bdk. Mat 25:6). Kristus sendiri telah mengundang orang-orang tertentu supaya
mengikuti Dia dalam cara hidup yang Ia sendiri telah jalankan:
"Ada orang yang tidak dapat
kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang
dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian
karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan surga. Siapa yang dapat
mengerti, hendaklah ia mengerti" (Mat 19:12).
1619 Selibat demi Kerajaan surga
adalah perkembangan rahmat pembaptisan, satu tanda unggul dari prioritas
hubungan dengan Kristus, kerinduan yang tabah akan kedatangan-Nya kembali, satu
tanda yang juga mengingatkan bahwa Perkawinan termasuk dalam tatanan dunia yang
akan berlalu (Bdk. Mrk 12:25; 1 Kor
7:31).
1620 Kedua-duanya, Sakramen
Perkawinan dan Selibat demi Kerajaan Allah, berasal dari Tuhan sendiri. Ia
memberi kepadanya suatu arti dan menganugerahkan rahmat yang mutlak perlu,
supaya menghidupinya sesuai dengan kehendak-Nya (Bdk. Mat 19:3-12). Penghargaan tinggi terhadap Selibat demi
Kerajaan surga (Bdk. LG 42; PC 12; OT
10) dan arti Perkawinan Kristen tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain;
mereka saling mendukung.
"Barang siapa meremehkan Perkawinan, sekaligus juga merongrong
keluhuran selibat. Barang siapa memuji
Perkawinan juga meningkatkan penghormatan terhadap hidup selibat. ... Apa yang
kelihatannya baik hanya karena dibanding-bandingkan, dengan sesuatu yang buruk,
sebenarnya tidak baik, tetapi apa yang lebih baik daripada kebaikan yang tidak
diragukan, adalah hal yang luar biasa" (Yohanes Krisostomus, virg. 10,1; Bdk. FC 16).
II. * Perayaan Perkawinan
1621 Dalam ritus Latin, perayaan Perkawinan antara dua orang beriman
Katolik Bdk. SC 61. biasanya dilakukan dalam misa kudus, karena hubungan semua
Sakramen dengan misteri Paska Kristus. Dalam Ekaristi terjadilah peringatan
Perjanjian Baru, di mana Kristus mempersatukan diri untuk selama-lamanya dengan
Gereja, mempelai-Nya yang kekasih, untuk siapa Ia telah menyerahkan diri-Nya.
Bdk. LG 6. Dengan demikian, pantaslah bahwa kedua mempelai memeteraikan Ya-nya
sebagai penyerahan diri secara timbal balik, dengan mempersatukan diri dengan
penyerahan Kristus kepada Gereja-Nya, yang dihadirkan di dalam kurban Ekaristi
dan menerima Ekaristi, supaya mereka hanya membentuk satu tubuh di dalam
Kristus melalui persatuan dengan tubuh dan darah Kristus yang sama. Bdk. 1 Kor
10:17.
1622 "Sebagai tindakan pengudusan sakramental, perayaan Perkawinan
secara liturgi... harus sah, layak, dan berdaya guna" (FC 67). Karena itu,
dianjurkan agar kedua mempelai mempersiapkan diri untuk Perkawinan dengan
menerima Sakramen Pengakuan.
1623 Di dalam Gereja Latin, pada umumnya orang berpendapat bahwa para
mempelai sendiri sebagai pengantara rahmat Kristus saling memberikan Sakramen
Perkawinan, dengan menyatakan kehendaknya untuk mengadakan Perkawinan di
hadapan Gereja. Di dalam Liturgi Timur Sakramen ini, yang dinamakan
"pemahkotaan", diberikan melalui imam atau Uskup. Setelah ia menerima
kesepakatan dari kedua mempelai, ia memahkotai mempelai pria dan wanita sebagai
tanda perjanjian Perkawinan.
1624 Semua liturgi sungguh kaya akan doa pemberkatan dan epiklese, yang
memohon dari Allah rahmat dan berkat untuk pasangan Perkawinan yang baru,
terutama untuk mempelai Wanita. Dalam epiklese Sakramen ini kedua mempelai
menerima Roh Kudus sebagai persatuan cinta antara Kristus dan Gereja. Bdk. Ef
5:32. Dialah meterai perjanjian mereka, sumber yang selalu mengalir bagi cinta
mereka, kekuatan untuk membaharui kesetiaan mereka.
III. * Kesepakatan Perkawinan
1625 Perjanjian Perkawinan diikat oleh seorang pria dan seorang wanita
yang telah dibaptis dan bebas untuk mengadakan Perkawinan dan yang menyampaikan
kesepakatannya dengan sukarela. "Bebas" berarti:
tidak berada di bawah paksaan;
tidak dihalang-halangi oleh hukum
kodrat atau Gereja.
1626 Gereja memandang kesepakatan para mempelai sebagai unsur yang
mutlak perlu untuk perjanjian Perkawinan. "Perkawinan itu terjadi"
melalui penyampaian kesepakatan (CIC, can. 1057 ? 1). Kalau kesepakatan tidak
ada, Perkawinan tidak jadi.
1627 Kesepakatan itu merupakan "tindakan manusiawi, yakni saling menyerahkan
diri dan saling menerima antara suami dan isteri" (GS 48,1) Bdk.ClC, can.
1057, ? 2.. "Saya menerima engkau sebagai isteri saya"; "saya
menerima engkau sebagai suami saya" (OcM 45). Kesepakatan yang mengikat
para mempelai satu sama lain diwujudkan demikian, bahwa "keduanya menjadi
satu daging". Bdk. Kej 2:24; Mrk 10:8; Ef 5:31.
1628 Kesepakatan harus merupakan kegiatan kehendak dari setiap pihak
yang mengadakan perjanjian dan bebas dari paksaan atau rasa takut yang hebat,
yang datang dari luar. Bdk.CIC, can. 1103. Tidak ada satu kekuasaan manusiawi
dapat menggantikan kesepakatan. Bdk. CIC, can. 1057, ? 1. Kalau kebebasan ini
tidak ada, maka Perkawinan pun tidak sah.
1629 Karena alasan ini (atau karena alasan-alasan lain yang membuat
Perkawinan tidak terjadi) Bdk. CIC, cann. 1095-1107., Gereja, setelah masalah
ini diperiksa oleh pengadilan Gereja yang berwewenang, dapat menyatakan
Perkawinan itu tidak sah, artinya menjelaskan bahwa Perkawinan itu tidak pernah
ada. Dalam hal ini kedua pihak bebas lagi untuk kawin; mereka hanya harus
menepati kewajiban-kewajiban kodrati, yang muncul dari hubungan yang terdahulu.
Bdk. CIC, can. 1071.
1630 Imam atau diaken yang bertugas dalam upacara Perkawinan, menerima
kesepakatan kedua mempelai atas nama Gereja dan memberi berkat Gereja.
Kehadiran pejabat Gereja dan saksi-saksi Perkawinan menyatakan dengan jelas
bahwa Perkawinan adalah satu bentuk kehidupan Gereja.
1631 Karena alasan ini Gereja biasanya menuntut dari umat berimannya,
bahwa mereka mengikat Perkawinan dalam bentuk Gereja. Bdk. Konsili Trente: DS
1813-1816; CIC, can. 1108. Untuk ketentuan ini terdapat beberapa alasan:
Perkawinan sakramental adalah
satu kegiatan liturgi. Karena itu pantas bahwa ia dirayakan dalam liturgi resmi
Gereja.
Perkawinan mengantar masuk ke
dalam suatu status Gereja; ia menciptakan hak dan kewajiban antara suami isteri
dan terhadap anak-anak di dalam Gereja.
Karena Perkawinan adalah status
hidup di dalam Gereja, harus ada kepastian mengenai peresmian Perkawinan
Karena itu kehadiran para saksi
sungguh mutlak perlu.
Sifat publik dari kesepakatan
melindungi perkataan Ya yang pernah diberikan dan membantu agar setia
kepadanya.
1632 Supaya perkataan Ya dari kedua mempelai merupakan tindakan yang
bebas dan bertanggung jawab, dan supaya perjanjian Perkawinan mempunyai dasar
yang kuat dan langgeng secara manusiawi dan Kristen, maka persiapan menjelang
Perkawinan adalah sangat penting.
Contoh dan pendidikan orang-tua
dan keluarga merupakan persiapan yang terbaik.
Para pastor dan jemaat Kristen
sebagai "keluarga Allah" memainkan peranan yang tidak dapat diganti
Bdk. CIC, can. 1063. dalam melanjutkan nilai Perkawinan dan keluarga manusia
dan Kristen, ... dan malahan lebih mendesak lagi sebab banyak orang muda dewasa
ini harus mengalami perceraian Perkawinan, sehingga persiapan itu tidak cukup
terjamin lagi.
"Hendaknya kaum muda pada
saatnya menerima penyuluhan yang sesuai tentang martabat cinta kasih suami
isteri, tentang peranan dan pelaksanaannya, paling baik dalam pangkuan keluarga
sendiri, supaya mereka, berkat pembinaan dalam kemurnian, pada saat yang tepat
dapat beralih dari masa pertunangan yang dilewati secara terhormat kepada
pernikahan" (GS 49,3).
Perkawinan Campur dan Perkawinan Beda Agama
1633 Perkawinan campur [antara orang Katolik dengan orang yang dibaptis
bukan Katolik], yang sering terjadi di banyak negara, membutuhkan perhatian
khusus, baik dari pihak kedua mempelai maupun dari para pastor. Dalam hal
perbedaan agama (antara orang Katolik dan orang yang tidak dibaptis) dibutuhkan
sikap waspada yang lebih besar lagi.
1634 Kenyataan bahwa kedua mempelai bukan anggota Gereja yang sama,
bukan merupakan halangan Perkawinan yang tidak dapat diatasi, kalau mereka
berhasil menggabungkan apa saja yang setiap pihak sudah terima dalam
persekutuan Gerejanya, dan belajar satu dari yang lain, bagaimana setiap mereka
menghayati kesetiaannya kepada Kristus. Tetapi masalah yang berkaitan dengan
Perkawinan campur, jangan dianggap remeh. Mereka timbul dari kenyataan bahwa
perpecahan umat Kristen belum diatasi. Untuk suami isteri bahayanya, bahwa
mereka merasakan nasib sial dari ketidaksatuan umat Kristen dalam pangkuan
keluarganya. Perbedaan agama malahan dapat memperberat masalah ini. Pandangan
yang berbeda-beda mengenai iman dan juga mengenai Perkawinan, tetapi juga sikap
semangat religius yang berbeda-beda, dapat menimbulkan ketegangan dalam
Perkawinan, terutama dalam hubungan dengan pendidikan anak-anak. Lalu dapat
timbul bahaya untuk menjadi acuh tak acuh terhadap agama. 817
1635 Sesuai dengan hukum yang berlaku dalam Gereja Latin, maka
Perkawinan campur membutuhkan izin eksplisit dari otoritas Gereja, supaya
diizinkan. Bdk. CIC, can. 1124. Dalam hal perbedaan agama dibutuhkan dispensasi
eksplisit dari halangan ini demi keabsahannya. Bdk. CIC, can. 1086. Izin dan
dispensasi ini mengandaikan bahwa kedua mempelai mengetahui dan tidak menolak
tujuan dan sifat-sifat hakiki perkawinan, demikian pula kewajiban yang dipikul
pihak Katolik menyangkut pembaptisan dan pendidikan anak-anak dalam Gereja
Katolik. Bdk. CIC, can. 1125.
1636 Berkat dialog ekumenis, maka di banyak wilayah jemaat-jemaat
Kristen yang bersangkutan dapat mengorganisasi satu pastoral Perkawinan campur
secara bersama-sama. Pastoral ini ingin mengajak pasangan-pasangan itu, supaya
menghidupi keadaan khususnya dalam terang iman. Sementara itu ia juga mau
membantu mereka untuk mengatasi ketegangan antara kewajiban suami isteri satu
terhadap yang lain dan terhadap persekutuan gerejani masing-masing. Pastoral ini
harus mengembangkan apa yang sama dalam iman kedua mempelai, dan menghormati
apa yang berbeda.
1637 Dalam perbedaan agama, pihak Katolik mempunyai tugas khusus
"karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri
yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya" (1 Kor 7:14). Untuk pihak
Katolik dan untuk Gereja adalah suatu kegembiraan besar, apabila
"pengudusan" ini dapat mengantar menuju pertobatan secara sukarela
dari pihak lain ke iman Kristen. Bdk. 1 Kor 7:16. - 5Bdk. Mrk 10:9. Cinta
perkawinan yang tulus, pelaksanaan kebajikan keluarga yang sederhana dan sabar
serta doa yang tekun dapat mempersiapkan pihak yang bukan Kristen untuk
menerima rahmat pentobatan.
IV. * Buah-buah Sakramen Perkawinan
1638 "Dari Perkawinan sah timbul ikatan antara suami isteri, yang
dari kodratnya bersifat tetap dan eksklusif, di samping itu dalam Perkawinan
kristiani suami isteri diperkuat dengan Sakramen khusus untuk tugas-tugas serta
martabat statusnya dan seakan-akan ditahbiskan (CIC, can. 1134).
Ikatan Perkawinan
1639 Janji yang olehnya kedua mempelai saling memberi dan saling
menerima, dimeterai oleh Allah sendiri. Bdk. Mrk 10:9. Dari perjanjian mereka
timbullah satu "lembaga, yang berdasarkan peraturan ilahi, kokoh, juga di
depan masyarakat" (GS 48, 1). Perjanjian suami isteri digabungkan dalam
perjanjian Allah dengan manusia: "Cinta kasih suami isteri yang sejati
diangkat ke dalam cinta kasih ilahi" (GS 48,2).
1640 Dengan demikian ikatan Perkawinan diikat oleh Allah sendiri,
sehingga Perkawinan antara orang-orang yang dibaptis yang sudah diresmikan dan
dilaksanakan, tidak pernah dapat diceraikan. Ikatan ini, yang timbul dari
keputusan bebas suami isteri dan dari pelaksanaan Perkawinan, selanjutnya
adalah kenyataan yang tidak dapat ditarik kembali dan membentuk satu perjanjian
yang dijamin oleh kesetiaan Allah. Gereja tidak berkuasa untuk mengubah
penetapan kebijaksanaan ilahi ini. Bdk. CIC, can. 1141.
Rahmat Sakramen Perkawinan
1641 "Dalam status hidup dan kedudukannya suami isteri mempunyai
karunia yang khas di tengah umat Allah" (LG 11). Rahmat khusus Sakramen
Perkawinan itu dimaksudkan untuk menyempurnakan cinta suami isteri dan untuk
memperkuat kesatuan mereka yang tidak dapat diceraikan. Berkat rahmat ini
"para suami isteri dalam hidup berkeluarga maupun dalam menerima serta
mendidik anak saling membantu untuk menjadi suci" (LG 11). Bdk. LG 41.
1642 Kristus adalah sumber rahmat ini. Seperti "dulu Allah
menghampiri bangsa-Nya dengan perjanjian kasih dan kesetiaan, begitu pula
sekarang Penyelamat umat manusia dan Mempelai Gereja, melalui Sakramen
Perkawinan menyambut suami isteri kristiani" (GS 48,2). Ia tinggal bersama
mereka dan memberi mereka kekuatan untuk memanggul salibnya dan mengikuti-Nya,
bangun lagi setelah jatuh, untuk saling mengampuni, menanggung beban orang
lain, Bdk. Gal 6:2. merendahkan diri seorang kepada yang lain "di dalam
takut akan Kristus" (Ef 5:21), dan saling mengasihi dalam cinta yang
mesra, subur dan adikodrati. Dalam kegembiraan cintanya dan kehidupan
keluarganya mereka sudah diberi-Nya prarasa dari perjamuan perkawinan Anak
Domba.
"Bagaimana saya mau
melukiskan kebahagiaan Perkawinan, yang dipersatukan oleh Gereja, dikukuhkan
dengan persembahan, dan dimeteraikan oleh berkat, diwartakan oleh para
malaikat, dan disahkan oleh Bapa ?... Betapa mengagumkan pasangan itu; dua
orang beriman, dengan satu harapan, satu keinginan, satu cara hidup, satu
pengabdian ! Anak-anak dari satu Bapa. abdi dari satu Tuhan ! Tidak ada
pemisahan antara mereka dalam jiwa maupun dalam raga, tetapi sungguh dua dalam
satu daging. Bila dagingnya itu satu, satu pulalah roh mereka" (Tertulianus,
ux. 2,9) Bdk. FC 13..
V. * Nilai dan Tuntutan Cinta Suami Isteri
1643 "Cinta kasih suami isteri mencakup suatu keseluruhan. Di situ
termasuk semua unsur pribadi: tubuh beserta naluri-nalurinya, daya kekuatan
perasaan dan afektivitas, aspirasi roh maupun kehendak. Yang menjadi tujuan
yakni: kesatuan yang bersifat pribadi sekali; kesatuan yang melampaui persatuan
badani dan mengantar menuju pembentukan satu hati dan satu jiwa; kesatuan itu
memerlukan sifat tidak terceraikan dan kesetiaan dalam penyerahan diri secara
timbal balik yang definitif, dan kesatuan itu terbuka bagi kesuburan. Pendek
kata: itulah ciri-ciri normal setiap cinta kasih kodrati antara suami dan
isteri, tetapi dengan makna baru, yang tidak hanya menjernihkan serta
meneguhkan, tetapi juga mengangkat cinta itu, sehingga menjadi pengungkapan
nilai-nilai yang khas Kristen". (FC 13).
Perkawinan Itu Satu dan Tidak Terceraikan
1644 Cinta suami isteri dari kodratnya menuntut kesatuan dan sifat yang
tidak terceraikan dari persekutan pribadi mereka, yang mencakup seluruh hidup
mereka: "mereka bukan lagi dua, melainkan satu" (Mat 19:6) Bdk. Kej
2:24.. "Mereka dipanggil untuk tetap bertumbuh dalam kesatuan mereka
melalui kesetiaan dari hari ke hari terhadap janji Perkawinannya untuk saling
menyerahkan diri seutuhnya" (FC 19). Persatuan manusia ini diteguhkan,
dijernihkan, dan disempurnakan oleh persatuan dalam Yesus Kristus yang
diberikan dalam Sakramen Perkawinan. Ia memperdalam diri dengan hidup iman
bersama dan oleh Ekaristi yang diterima bersama.
1645 "Karena kesamaan martabat pribadi antara suami dan isteri,
yang harus tampil dalam kasih sayang timbal balik dan penuh-purna, jelas sekali
nampaklah kesatuan Perkawinan yang dikukuhkan oleh Tuhan" (GS 49,2).
Poligami melawan martabat yang sama suami isteri dan cinta dalam keluarga, yang
unik dan eksklusif. Bdk. FC 19.
Kesetiaan dalam Cinta Suami Isteri
1646 Dari kodratnya cinta Perkawinan menuntut kesetiaan yang tidak boleh
diganggu gugat oleh suami isteri. Itu merupakan akibat dari penyerahan diri
dalamnya suami isteri saling memberi diri. Cinta itu sifatnya definitif. Ia
tidak bisa berlaku hanya "untuk sementara". "Sebagaimana saling
serah diri antara dua pribadi, begitu pula kesejahteraan anak-anak, menuntut
kesetiaan suami isteri yang sepenuhnya, dan menjadikan tidak terceraikannya
kesatuan mereka mutlak perlu" (GS 48, 1).
1647 Alasan terdalam ditemukan dalam kesetiaan Allah dalam
perjanjian-Nya dan dalam kesetiaan Kristus kepada Gereja-Nya. Oleh Sakramen
Perkawinan suami isteri disanggupkan untuk menghidupi kesetiaan ini dan untuk
memberi kesaksian tentangnya. Oleh Sakramen, maka Perkawinan yang tak
terceraikan itu mendapat satu arti baru yang lebih dalam.
1648 Mengikat diri untuk seumur hidup kepada seorang manusia, dapat
kelihatan berat, malahan tidak mungkin. Maka lebih penting lagi untuk
mewartakan kabar gembira, bahwa Allah mencintai kita dengan cinta yang
definitif dan tak terbatalkan, bahwa suami isteri mengambil bagian dalam cinta
ini, bahwa cinta ini menopang dan membantu mereka dan bahwa mereka dapat menjadi
saksi-saksi cinta Allah yang setia melalui kesetiaan mereka. Suami isteri, yang
dengan bantuan Allah memberi kesaksian ini dalam keadaan yang sering kali
sangat sulit, berhak atas terima kasih dan bantuan dari persekutuan gerejani.
Bdk. FC 20.
1649 Tetapi ada situasi, di mana hidup bersama dalam keluarga, karena
alasan-alasan yang sangat bervariasi, praktis tidak mungkin lagi. Dalam keadaan
semacam ini Gereja mengizinkan, bahwa suami isteri secara badani berpisah dan
tidak perlu lagi tinggal bersama. Tetapi Perkawinan dari suami isteri yang
berpisah ini tetap sah di hadirat Allah; mereka tidak bebas untuk mengadakan
Perkawinan baru. Dalam situasi yang berat ini perdamaian merupakan penyelesaian
yang terbaik, jika mungkin. Jemaat Kristen harus membantu orang-orang ini, agar
dapat menanggulangi situasi hidup mereka ini secara Kristen dan dalam kesetiaan
kepada ikatan Perkawinannya yang tak terpisahkan. Bdk. FC 83; CIC, cann.
1151-1155.
1650 Dalam banyak negara, dewasa ini terdapat banyak orang Katolik yang
meminta perceraian menurut hukum sipil dan mengadakan Perkawinan baru secara
sipil. Gereja merasa diri terikat kepada perkataan Yesus Kristus: "Barang
siapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam
perzinaan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan
kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zina" (Mrk 10:11-12). Karena itu,
Gereja memegang teguh bahwa ia tidak dapat mengakui sah ikatan yang baru, kalau
Perkawinan pertama itu sah. Kalau mereka yang bercerai itu kawin lagi secara
sipil, mereka berada dalam satu situasi yang secara obyektif bertentangan
dengan hukum Allah. Karena itu, mereka tidak boleh menerima komuni selama
situasi ini masih berlanjut. Dengan alasan yang sama mereka juga tidak boleh melaksanakan
tugas-tugas tertentu dalam Gereja. Pemulihan melalui Sakramen Pengakuan hanya
dapat diberikan kepada mereka yang menyesal, bahwa mereka telah mencemari tanda
perjanjian dan kesetiaan kepada Kristus, dan mewajibkan diri supaya hidup dalam
pantang yang benar.
1651 Kepada orang-orang Kristen yang hidup dalam situasi ini dan yang
sering kali mempertahankan imannya dan ingin mendidik anak-anaknya secara
Kristen, para imam dan seluruh jemaat harus memberi perhatian yang wajar,
supaya mereka tidak menganggap diri seakan-akan terpisah dari Gereja, karena
mereka sebagai orang yang dibaptis dapat dan harus mengambil bagian dalam
kehidupannya.
"Hendaklah mereka didorong
untuk mendengarkan Sabda Allah, menghadiri kurban Ekaristi, tabah dalam doa,
menyumbang kepada karya-karya cinta kasih dan kepada usaha-usaha jemaat demi
keadilan, membina anak-anak mereka dalam iman Kristen, mengembangkan semangat
serta praktik ulah tapa, dan dengan demikian dari hari ke hari memohon rahmat
Allah" (FC 84).
Kesediaan untuk Kesuburan
1652 "Menurut sifat kodratinya lembaga Perkawinan sendiri dan cinta
kasih suami isteri tertujukan kepada lahirnya keturunan serta pendidikannya,
dan sebagai puncaknya bagaikan dimahkotai olehnya" (GS 48, 1).
"Memang anak-anak merupakan
karunia Perkawinan yang paling luhur, dan besar sekali artinya bagi
kesejahteraan orang-tua sendiri. Allah sendiri bersabda: 'Tidak baiklah manusia
hidup seorang diri' (Kej 2:18); lagi: 'Dia... yang sejak semula menjadikan
mereka laki-laki dan perempuan' (Mat 19:4), Ia bermaksud mengizinkan manusia,
untuk secara khusus ikut serta dalam karya penciptaan-Nya sendiri, dan
memberkati pria maupun wanita sambil berfirman: 'Beranak-cucu dan bertambah
banyaklah' (Kej 1:28). Oleh karena itu pengembangan kasih suami isteri yang
sejati, begitu pula seluruh tata hidup berkeluarga yang bertumpu padanya, tanpa
memandang kalah penting tujuan-tujuan Perkawinan lainnya, bertujuan supaya
suami isteri bersedia untuk penuh keberanian bekerja sama dengan cinta kasih
Sang Pencipta dan Penyelamat, yang melalui mereka makin memperluas dan
memperkaya keluarga-Nya" (GS 50,1).
1653 Kesuburan cinta kasih suami isteri terlihat juga di dalam buah-buah
kehidupan moral, rohani, dan adikodrati, yang orang-tua lanjutkan kepada
anak-anaknya melalui pendidikan. Orang-tua adalah pendidik yang pertama dan
terpenting. Bdk. GE 3. Dalam arti ini, maka tugas mendasar dari perkawinan dan
keluarga terletak dalam pengabdian kehidupan. Bdk. FC 28.
1654 Suami isteri yang tidak dikarunia Tuhan dengan anak-anak, masih
dapat menjalankan kehidupan berkeluarga yang berarti secara manusiawi dan
Kristen: Perkawinan mereka dapat menghasilkan dan memancarkan cinta kasih,
kerelaan untuk membantu, dan semangat berkurban.
VI. * Gereja-Rumah Tangga
1655 Kristus memilih supaya dilahirkan dan berkembang dalam pangkuan
keluarga Yosef dan Maria. Gereja itu tidak lain dari "keluarga
Allah". Sejak awal, pokok Gereja sering kali dibentuk dari mereka yang
menjadi percaya "dengan seluruh keluarganya". Bdk. Kis 18:8. Ketika
mereka bertobat, mereka juga menginginkan, agar "seisi rumah mereka"
menerima keselamatan. Bdk. Kis 16:31 dan 11:14. Keluarga-keluarga yang menjadi
percaya ini adalah pulau-pulau kehidupan Kristen di dalam dunia yang tidak
percaya.
1656 Dewasa ini, di suatu dunia yang sering kali berada jauh dari iman
atau malahan bermusuhan, keluarga-keluarga Kristen itu sangat penting sebagai
pusat suatu iman yang hidup dan meyakinkan. Karena itu Konsili Vatikan II
menamakan keluarga menurut sebuah ungkapan tua "Ecclesia domestica"
[Gereja-rumah tangga] (LG 11). Bdk. FC 21. Dalam pangkuan keluarga
"hendaknya orang-tua dengan perkataan maupun teladan menjadi pewarta iman
pertama bagi anak-anak mereka; orang-tua wajib memelihara panggilan mereka
masing-masing, secara istimewa panggilan rohani" (LG 11,2).
1657 Disini dilaksanakan imamat yang diterima melalui Pembaptisan, yaitu
imamat bapa keluarga, ibu, anak-anak, semua anggota keluarga atas cara yang
paling indah "dalam menyambut Sakramen-sakramen, dalam berdoa dan
bersyukur, dengan memberi kesaksian hidup suci, dengan pengingkaran diri serta
cinta kasih yang aktif" (LG 10). Dengan demikian keluarga adalah sekolah
kehidupan Kristen yang pertama dan "suatu pendidikan untuk memperkaya
kemanusiaan" (GS 52,1). Di sini orang belajar ketabahan dan kegembiraan
dalam pekerjaan, cinta saudara sekandung, pengampunan dengan jiwa besar,
malahan berkali-kali dan terutama pengabdian kepada Allah dalam doa dan dalam
penyerahan hidup.
1658 Kita harus memperhatikan lagi satu kategori umat, yang akibat
situasi nyata kehidupannya - yang sering tidak mereka pilih secara sukarela -
begitu dekat dengan hati Yesus dan karena itu patut mendapat penghargaan dan
perhatian istimewa dari pihak Gereja, terutama dari para pastor: jumlah besar
kelompok orang yang tidak kawin. Banyak dari mereka hidup tanpa keluarga
manusiawi, karena mereka miskin. Beberapa orang menanggulangi situasi kehidupan
mereka dalam jiwa sabda bahagia, di mana mereka dengan sangat baik mengabdi
kepada Allah dan sesama. Bagi mereka semua, harus dibuka pintu-pintu keluarga,
"Gereja-rumah tangga" dan pintu keluarga besar, Gereja. "Tidak
ada seorang pun di dunia tanpa keluarga. Gereja adalah rumah tangga dan
keluarga bagi siapa pun juga, khususnya bagi mereka yang 'letih lesu dan
berbeban berat' (Mat 11:28)" (FC 85).
TEKS-TEKS SINGKAT
1660 Perjanjian Perkawinan, yang
dengannya seorang pria dan seorang wanita membentuk persekutan hidup dan cinta kasih
yang mesra, diciptakan oleh Sang Khalik dan dilengkapi dengan hukum tersendiri.
Berdasarkan ciri kodratnya perjanjian ini diarahkan kepada kesejahteraan suami
isteri serta kepada pengadaan keturunan dan pendidikan anak-anak. Perjanjian
Perkawinan antara umat yang telah dibaptis ditingkatkan oleh Kristus Tuhan, ke
martabat Sakramen (Bdk. GS 48,1; KHK kan. 1055 § 1).
1661 Sakramen Perkawinan adalah tanda
untuk perjanjian antara Kristus dan Gereja. Ia memberi rahmat kepada suami
isteri, agar saling mencintai dengan cinta, yang dengannya Kristus mencintai
Gereja. Dengan demikian rahmat Sakramen menyempurnakan cinta manusiawi suami
isteri, meneguhkan kesatuan yang tak terhapuskan dan menguduskan mereka di
jalan menuju hidup abadi (Bdk. Konsili Trente: DS 1799).
1662 Perkawinan berakar dalam
kesepakatan dari pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, artinya dalam kehendak
saling menyerahkan diri secara definitif, supaya hidup dalam perjanjian
Perkawinan yang setia dan subur.
1663 Oleh karena Perkawinan menempatkan
suami isteri dalam status kehidupan resmi dalam Gereja, maka tepat bahwa
Perkawinan secara publik dilaksanakan dalam kerangka perayaan liturgi di depan
imam (atau di depan saksi yang diberi kuasa oleh Gereja untuk maksud tersebut),
di depan para saksi Perkawinan dan di depan jemaat beriman.
1664 Sifat kesatuan, tak terceraikan,
dan kesediaan untuk kesuburan adalah sangat hakiki bagi Perkawinan. Poligami
tidak sesuai dengan kesatuan Perkawinan. Perceraian memisahkan apa yang Allah
telah persatukan; penolakan untuk menjadi subur, menghapus dari hidup
Perkawinan “anugerah yang paling utama”, yaitu anak (GS 50, 1).
1665 Mereka yang bercerai, yang kawin
lagi selama suami atau isteri sah masih hidup, melanggar rencana dan perintah
Allah sebagaimana diajarkan Kristus. Mereka memang tidak dipisahkan dari Gereja
namun mereka tidak boleh menerima komuni kudus. Namun mereka masih dapat menata
kehidupan mereka secara Kristen, terutama dengan mendidik anak-anak mereka
dalam iman.
1666 Keluarga Kristen adalah tempat
anak-anak menerima pewartaan pertama mengenai iman. Karena itu tepat sekali ia
dinamakan “Gereja-rumah tangga” (Ecclesia Domestica) - satu persekutuan rahmat
dan doa, satu sekolah untuk membina kebajikan-kebajikan manusia dan cinta kasih
Kristen.
BAB IV
PERAYAAN LITURGI YANG LAIN
ARTIKEL 8 * SAKRAMENTALI
1667 "Selain itu Bunda Gereja kudus telah mengadakan sakramentali,
yakni tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan Sakramen-sakramen.
Sakramentali itu menandakan karunia-karunia, terutama yang bersifat rohani, dan
yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja. Melalui sakramentali hati manusia
disiapkan untuk menerima buah utama Sakramen-sakramen, dan pelbagai situasi
hidup disucikan" (SC 60). Bdk. CIC, can. 1166; CCEO, can. 867.
Ciri-ciri Sakramentali
1668 Gereja mengadakan sakramentali untuk menguduskan jabatan-jabatan
gerejani tertentu, status hidup tertentu, aneka ragam keadaan hidup Kristen
serta penggunaan benda-benda yang bermanfaat bagi manusia. Sesuai dengan
keputusan pastoral para Uskup, mereka juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dan kebudayaan serta sejarah khusus umat Kristen suatu wilayah atau zaman.
Mereka selalu mempunyai doa yang sering diiringi dengan tanda tertentu,
misalnya penumpangan tangan, tanda salib, atau pemercikan dengan air berkat,
yang mengingatkan kepada Pembaptisan.
1669 Sakramentali termasuk wewenang imamat semua orang yang dibaptis:
setiap orang yang dibaptis dipanggil untuk menjadi "berkat" Bdk. Kej
12:2. dan untuk memberkati. Bdk. Luk 6:28; Rm 12:14; 1Ptr 3:9. Karena itu, kaum
awam dapat melayani pemberkatan-pemberkatan tertentu. Bdk. SC 79; CIC, can.
1168. Semakin satu pemberkatan menyangkut kehidupan Gereja dan sakramental,
semakin pelaksanaannya dikhususkan untuk jabatan tertahbis (Uskup, imam, dan
diaken). Bdk. Ben 16; 18.
1670 Sakramentali tidak memberi rahmat Roh Kudus seperti dibuat
Sakramen, tetapi hanya mempersiapkan oleh doa Gereja, supaya menerima rahmat
dan bekerja sama dengannya. "Dengan demikian berkat liturgi
Sakramen-sakramen dan sakramentali bagi kaum beriman yang hatinya sungguh siap
hampir setiap peristiwa hidup dikuduskan dengan rahmat ilahi yang mengalir dari
Misteri Paska sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Dari misteri itulah
semua Sakramen dan sakramentali menerima daya kekuatannya. Dan bila manusia
menggunakan benda-benda dengan pantas, boleh dikatakan tidak ada satu pun yang
tak dapat dimanfaatkan untuk menguduskan manusia dan memuliakan Allah" (SC
61).
Aneka Ragam Bentuk Sakramentali
1671 Yang termasuk sakramentali pada tempat pertama ialah pemberkatan
(orang, benda, tempat, atau makanan). Tiap pemberkatan adalah pujian kepada
Allah dan doa meminta anugerah-anugerah. Di dalam Kristus, orang-orang Knsten
"telah dikaruniai dengan segala berkat rohani" (Ef 1:3). Karena itu
Gereja, apabila ia memberi berkat, menyerukan nama Yesus dan sementara itu
biasanya membuat tanda salib Kristus.
1672 Pemberkatan tertentu mempunyai arti tetap, yaitu, menahbiskan
pribadi-pribadi untuk Allah dan mengkhususkan benda atau tempat untuk keperluan
liturgi. Dalam pemberkatan yang diberikan kepada pribadi-pribadi - yang tidak
boleh dicampur-adukkan dengan tahbisan sakramental - termasuk pemberkatan abbas
pria atau wanita dari sebuah biara, pemberkatan para perawan, ritus kaul
kebiaraan, dan pemberkatan pribadi-pribadi yang melaksanakan pelayanan khusus
di dalam Gereja (seperti lektor, akolit, dan katekis). Contoh untuk pemberkatan
yang menyangkut benda-benda adalah tahbisan atau pemberkatan gereja atau altar,
pemberkatan minyak-minyak suci, bejana dan pakaian sakral, serta lonceng.
1673 Kalau Gereja secara resmi dan otoritatif berdoa atas nama Yesus
Kristus, supaya seorang atau satu benda dilindungi terhadap kekuatan musuh yang
jahat dan dibebaskan dari kekuasaannya, orang lalu berbicara tentang
eksorsisme. Yesus telah melakukan doa-doa semacam itu Bdk. Mrk 1:25-26.; Gereja
menerima dari Dia kekuasaan dan tugas untuk melaksanakan eksorsisme. Bdk. Mrk
3:15; 6:7.13; 16:17. Dalam bentuk sederhana eksorsisme dilakukan dalam upacara
Pembaptisan. Eksorsisme resmi atau yang dinamakan eksorsisme besar hanya dapat
dilakukan oleh seorang imam dan hanya dengan persetujuan Uskup. Orang harus
melakukannya dengan bijaksana dan harus memegang teguh peraturan-peraturan yang
disusun Gereja. Eksorsisme itu digunakan untuk mengusir setan atau untuk
membebaskan dari pengaruh setan, berkat otoritas rohani yang Yesus percayakan
kepada Gereja-Nya. Lain sekali dengan penyakit-penyakit, terutama yang bersifat
psikis; untuk menangani hal semacam itu adalah bidang kesehatan. Maka penting
bahwa sebelum seorang merayakan eksorsisme, ia harus mendapat kepastian bagi
dirinya bahwa yang dipersoalkan di sini adalah sungguh kehadiran musuh yang
jahat, dan bukan suatu penyakit. Bdk. CIC, can. 1172.
Kesalehan Rakyat
1674 Katekese tidak boleh hanya memperhatikan liturgi sakramental dan
sakramentali, tetapi juga bentuk-bentuk kesalehan umat beriman dan religiositas
rakyat. Semangat religius umat Kristen sejak dulu kala telah dinyatakan dalam
pelbagai bentuk kesalehan, yang menyertai kehidupan Gereja seperti penghormatan
relikwi, kunjungan tempat-tempat kudus, ziarah dan prosesi, jalan salib,
tarian-tarian religius, rosario, dan medali Bdk. Konsili Nisea: DS 601; 603;
Konsili Trente: DS 1882..
1675 Bentuk-bentuk pernyataan ini melanjutkan kehidupan liturgi Gereja,
tetapi tidak menggantikannya. "Sambil mengindahkan masa-masa liturgi, ulah
kesalehan itu perlu diaturur sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan liturgi
suci; sedikit banyak harus bersumber pada liturgi, dan menghantar umat
kepadanya; sebab menurut hakikatnya liturgi memang jauh lebih unggul dari semua
ulah kesalehan itu" (SC 13).
1676 Diperlukan suatu kemampuan untuk menilai secara pastoral guna
menunjang atau memajukan kesalehan rakyat, dan kalau perlu, menjernihkan dan
meluruskan semangat religius yang menjadi dasar devosi-devosi semacam itu,
sehingga devosi-devosi itu semakin mengembangkan pengetahuan mengenai misteri
Kristus. Perayaannya berada di bawah pengawasan dan keputusan para Uskup dan
kaidah-kaidah umum Gereja Bdk. CT 54..
"Religiositas populer pada
intinya adalah satu himpunan nilai, yang dengan kebijaksan Kristen menjawab
pertanyaan-pertanyaan besar mengenai eksistensi. Kebijaksanaan umat Katolik
mempunyai kemampuan untuk membuat sintesis kehidupan; demikianlah ia
menggabungkan atas cara penuh daya cipta, Yang Ilahi dan yang manusiawi,
Kristus dan Maria, roh dan tubuh, persekutuan dan institusi, pribadi dan
persekutuan, iman dan tanah air, akal budi dan perasaan. Kebijaksanaan ini
adalah satu humanisme Kristen, yang pada dasarnya mengakui martabat setiap
pribadi sebagai anak Allah, yang membuktikan dan mengajarkan satu persaudaraan
yang sangat mendasar untuk menemui alam dan mengerti pekerjaan, dan memberi
alasan-alasan untuk kegembiraan dan untuk humor, juga di tengah kehidupan yang
sangat kejam. Kebijaksanaan itu juga bagi umat adalah satu prinsip dasar supaya
mampu membeda-bedakan, satu naluri yang didukung oleh Injil, dan atas dasar itu
ia mengerti secara spontan, bilamana di dalam Gereja lnjil dilayani dan
bilamana ia dirongrong dan dimati-lemaskan oleh kepentingan-kepentingan
lain" (Dokumen Puebla 448). Bdk. EN 48. 426
TEKS-TEKS SINGKAT
1677 Sakramentali adalah tanda-tanda khusus yang
diadakan oleh Gereja, yang ditentukan untuk mempersiapkan manusia supaya
menerima buah-buah Sakramen dan supaya menguduskan berbagai keadaan hidup.
1678 Di antara sakramentali,
pemberkatan-pemberkatan memainkan peranan penting. Mereka serentak merupakan
pujian kepada Allah untuk karya dan anugerah-Nya dan permohonan Gereja untuk
manusia, supaya mereka dapat mempergunakan anugerah-anugerah Allah dalam
semangat Injil.
1679 Hidup Kristen tidak hanya dipupuk oleh
liturgi, tetapi juga oleh aneka ragam bentuk kesalehan populer yang berakar
dalam berbagai kebudayaan. Gereja berusaha untuk menjelaskan kesalehan populer
ini melalui terang iman; ia memajukan bentuk-bentuk itu, yang di dalamnya
terlihat satu naluri dan satu kebijaksanaan manusia yang sesuai dengan Injil
dan memperkaya kehidupan Kristen.
ARTIKEL 9 * PEMAKAMAN KRISTEN
1680 Semua Sakramen, terutama Sakramen-sakramen inisiasi Kristen,
bertujuan pada Paska terakhir, yang akan memasukkan Anak Allah ke dalam
kehidupan Kerajaan surga melalui kematian. Dengan demikian terpenuhilah, apa
yang ia akui dalam iman dan harapan: "kami menantikan kebangkitan orang
mati dan kehidupan di dunia yang akan datang" (Pengakuan iman Nisea
Konstantinopel).
I * Paska Terakhir Seorang Kristen
1681 Arti kematian secara Kristen nyata dalam terang misteri Paska,
kematian dan kebangkitan Kristus, harapan kita satu-satunya. Seorang Kristen
yang meninggal dalam Yesus Kristus, "beralih dari tubuh ini untuk menetap
pada Tuhan" (2 Kor 5:8).
1682 Dengan kematian, akhir kehidupan sakramental, mulailah untuk warga
Kristen penyempurnaan kelahiran kembali yang telah dimulai waktu Pernbaptis., -
"keserupaan secara definitif dengan citra Putera" berkat urapan oleh
Roh Kti(It - dan keikutsertaan pada perjamuan pesta Kerajaan surga yang
diantisipasi dahi Ekaristi. Dan itu pun berlakujuga, apabila ia masih
memerlukan penyucian lanjw supaya dapat mengenakan pakaian perkawinan.
1683 Gereja, sebagai ibu yang secara sakramental melahirkan warga
Kristen dalam penziarahannya di dunia ini, menyertai dia pada akhir
perjalanannya, untuk "menyerahkan dia ke dalam tangan Bapa". Di dalam
Kristus ia menyerahkan anak rahmat-Nya ini kepada Bapa dan dengan penuh harapan
menaburkan di bumi benih tubuh, yang akan bangkit dalam kemuliaan. Bdk. 1 Kor
15:42-44. Persembahan ini dirayakan dengan cara yang paling sempurna dalam
kurban Ekaristi; pemberkatan yang mendahului dan yang menyusul adalah sakramentali.
II. * Perayaan Pemakaman
1684 Pemakaman Kristen tidak memberi Sakramen ataupun sakramentali
kepada orang yang mati karena ia berada di luar tata rahmat sakramental. Namun
demikian perayaan itu adalah upacara liturgi Gereja Bdk. SC 81-82. - 3Bdk. SC
81.. Pelayanan Gereja di satu pihak hendak menyatakan persekutuan yang aktif
dengan orang yang mati; di lain pihak ia juga mengundang jemaat yang berhimpun
untuk pemakaman itu supaya mengambil bagian dalam upacara ini dan mengumumkan
kepadanya kehidupan abadi.
1685 Ritus pemakaman yang berbeda-beda menyatakan ciri Paska kematian
Kristen sesuai dengan keadaan dan tradisi tiap wilayah, juga menyangkut warna
liturgi. Bdk. SC 81.
1686 Ordo exsequiarum (OEx) liturgi Roma menyebut tiga bentuk upacara
pemakaman yang sesuai dengan tiga tempat di mana itu dilakukan: rumah, gereja,
dan tempat pemakaman. Ritus itu juga harus disesuaikan dengan bobot yang diberi
kepadanya oleh keluarga, kebiasaan setempat, kebudayaan, dan kesalehan populer.
Jalannya upacara untuk semua tradisi liturgi dan mencakup empat unsur pokok:
1687 Salam untuk jemaat. Salam imam membuka upacara. Sanak keluarga dari
orang yang mati mendapat salam berupa perkataan "hiburan" [dalam arti
Perjanjian Baru: kekuatan Roh Kudus dalam harapan]. Bdk. 1 Tes 4:18. Jemaat
yang berkumpul dan berdoa juga mengharapkan "kata-kata hidup abadi".
Kematian seorang anggota jemaat (atau hari ulang tahun kematian ataupun hari
ketujuh dan keempat puluh sesudah kematian) merupakan kesempatan untuk
mengarahkan pandangan melewati cakrawala dunia ini. Ia harus mengantarkan umat
beriman kepada pengertian yang benar dalam iman akan Kristus yang telah
bangkit.
1688 Ibadat Sabda. Perayaan upacara Sabda waktu pemakaman memerlukan
satu persiapan yang saksama, karena mungkin ada juga umat beriman hadir, yang
kadang sekali mengikuti liturgi, demikian juga sahabat yang bukan Katolik dari
orang yang mati. Terutama homili harus menjauhkan "gaya sastra pidato
perpisahan waktu pemakaman" (OEx 41) dan menjelaskan misteri kematian
Kristen dalam terang Kristus yang telah bangkit.
1689 Kurban Ekaristi. Kalau perayaan itu dilakukan di gereja, maka
Ekaristi adalah pusat kenyataan Paska kematian Kristen. Bdk. OEx 1. Di dalamnya
Gereja menyatakan persekutuannya yang berdaya guna dengan orang yang mati: ia
mempersembahkan kepada Bapa dalam Roh Kudus kurban kematian dan kebangkitan
Kristus dan memohon kepada-Nya, supaya membersihkan anak-Nya dari dosa-dosanya
dan dari akibat-akibatnya dan menerimanya di dalam kepenuhan Paska perjamuan
perkawinan surgawi. Bdk. OEx 57. Melalui Ekaristi yang dirayakan atas cara ini,
jemaat beriman, terutama keluarga dari orang yang mati, belajar hidup dalam
persekutuan dengan dia yang "telah meninggal dalam Tuhan", dengan
menerima Tubuh Kristus, dalamnya ia adalah anggota hidup, dan berdoa untuk dia
dan bersama dia.
1690 Perpisahan dengan orang yang mati dalamnya Gereja
"menyerahkannya kepada Allah". Perpisahan adalah "salam terakhir
dari jemaat Kristen kepada seorang anggotanya, sebelum jenazahnya diusung ke
makam" (OEx 10). Tradisi Bisantin menyatakan hal ini dalam kecup
perpisahan kepada orang yang mati:
Dalam salam terakhir ini
"orang menyanyi, karena ia telah berpisah dan berangkat dari kehidupan
ini, tetapi juga, karena ada satu persekutuan dan satu penyatuan kembali. Oleh
kematian kita sama sekali tidak dipisahkan satu dari yang lain, karena kita semua
berjalan di jalan yang sama dan kita akan bertemu kembali di tempat yang sama.
Kita tidak pernah akan dipisahkan satu dari yang lain, karena kita hidup untuk
Kristus dan sekarang telah bersatu dengan Kristus; kita pergi kepada-Nya....
Kita semua akan bersatu lagi satu dengan yang lain di dalam Kristus"
(Simeon dari Tesalonika, sep.).
Post a Comment